Sekarang Rehan sedang berkutat pada leptopnya. Dia berkacak sebal, rahut wajahnya sedari tadi terlihat murung.
Harusnya sekarang dia sedang berada di rumah sakit, Tapi apa daya dirinya?Sekarang perusahaan sangat membutuhkannya.
Dia rindu dengan istri dan anaknya. Perasaan cemas semakin dia rasa, walau banyak orang yang menjaga istrinya, tapi dia ingin tetap berada di samping istri dan anaknya selama istrinya masih di rawat di rumah sakit.
Tania dan Maurel sekarang sedang berada di dalam ruang inap Tika. Tidak lupa dengan orang tua Tika dan Rehan, mereka juga ada disana.
"Rey, laporan tentang pengajuan dana belum kamu tanda tangani. Terus setumpuk berkas itu juga butuh tanda tangan kamu." Ucap Alex pada Rehan. Rehan menghela nafas berat, Rehan melakukan apa yang Alex katakan.
"Tentang rapat kemarin, apa semua berjalan dengan lancar?" Tanya Rehan, dengan mata tidak beralih dari berkas-berkas di depannya. Alex hanya melirik Rehan, lalu matanya kembali fokus pada heandponenya.
"Lancar, btw kemarin semua proposalnya dibawa sama Juna. Kamu minta dia aja, aku mau ngerjain pekerjaanku bentar." Pamit Alex. Rehan mendengus kesal.
"Arggg...., kapan aku bisa pulang?" Erang Rehan, kesal.
***
"Aduh lucu banget sih anak kamu, Mik. Jadi pengen bawa pulang deh." Ucap Maurel, dia terus mencium pipi chabby Alea. Tania tersenyum ketika melihat sikap kekanan-kanakan Maurel.
Orang tua dan mertua Tika memilih pergi. Mereka membiarkan Tika bersama dengan teman-temannya.
"Makanya kalau diajak nikah jangan banyak alasan, keburu Juna diambil orang." Gurau Tika. Maurel mendengus kesal, dia mencabikkan bibirnya lucu.
"Ck, aku 'kan masih mau jadi wanita karir dulu. Aku juga masih mau ngejar semua impianku yang belum tercapai." Bela Maurel, pemikirannya seperti anak kecil.
"Karir masih bisa di kejar kok, Mbak. Walau Mbak udah nikah." Sahut Tania, kikuk. Dia masih belum bisa menyesuaikan ketika dia di hadapkan dengan kekasih dan istri atasnya, yaitu Maurel dan Tika.
"Sante aja. Slaw..., kita seumuran, gak usah panggil mbak." Ucap Maurel, sambil tersenyum ramah.
"Tapi...."
"Shutt...., iya, panggil kita nama aja." Tambah Tika. Tania hanya mengangguk dengan senyuman canggung.
"Yaudah, kita foto-foto dulu. Mayankan, kapan lagi foto sama model dan Mahmud." Ucap Maurel sambil mengeluarkan heandponenya dari dalam tasnya.
"Mahmud?" Tanya Tika dan Tania, mereka tidak mengerti dengan ucapan gaul Maurel.
"Ck, Mamah muda. Buru ah foto." Jelas Maurel, Tania dan Tika saling pandang dan kompak menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga berfoto dengan Tania yang memegang Alea, Tika yang memegang Agil, serta Maurel yang memegang Heandponenya.
***
Rehan berjalan terburu-buru melewati koridor rumah sakit. Rasa tidak sabar untuk menemui kedua anak dan istrinya membuncah memenuhi hatinya.
Ceklek...
Tika menolehkan kepalanya, dia menatap kearah pintu tempat dia di rawat.
"Sayang...." Rehan mencium singkat kening istrinya. Bibir merah alami Tika tersenyum tipis.
"Alea sama Agil mana, Ma?" Tanya Rehan, dia duduk di kursi samping brankar istrinya sambil memainkan rambut panjang terurai milik istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...