Sore ini sangatlah tidak bersahabat. Awan kelabu menutupi indahnya cakrawala langit di sore hari.
Perempuan cantik dengan baju putih duduk di tepi jendela rostop. Matanya terus menatap keluar jendela kaca itu.
Bosan!!
Satu kalimat yang menggambarkan perasaannya saat ini. Makanan di depannya belum dia sentuh sama sekali. Tatapan matanya kosong. Pikiran perempuan itu sedang tidak baik-baik saja.
"Hufff...." Helaan Nafas lelah terus keluar dari bibir merah alami perempuan itu. Andai disini ada putra kecilnya mungkin dia tidak akan merasakan bosan seperti ini.
"Kenapa kamu pulang sih, Vin? Mama kangen." Monolok perempuan itu. Iya, perempuan itu adalah Tika. Tika yang sangat merindukan sosok Kevin, anak sepupunya yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.
Di lihatnya foto dari dalam galeri heandponenya. Disana terpampang jelas senyum anak kecil yang baru berusia 5 tahun.
"Sangat manis." Gumam Tika tanpa sadar.
Siang tadi Kevin harus pulang ke Bandung untuk kembali bersekolah. Anak kecil itu sempat merengek pada papanya agar di ijinkan tinggal di Jakarta sebentar lagi. Tapi Aldo tetaplah Aldo, manusia dingin yang egois. Dia menolak keras permintaan putra semata wayangnya. Dengan alasan,
"Pendidikkan itu penting. Papa tidak mau anak papa bolos sekolah dan malah malas-malasan di rumah kakek dan neneknya."
Terpaksalah Kevin kembali ke Bandung dan meninggalkan Tika sendiri. Kalau kalian tanya kenapa Tika tidak ikut kembali ke Bandung? Jawabannya cukup simpel.
Eva, mama Tika masih rindu dengan putrinya. Dia berharap putrinya tinggal lebih lama disini.
Tika terus melamun hingga lamunannya buyar ketika......
Brak....
Tika terlonjat kaget diaat mendengar seseorang menggebrak mejanya.
"Apa-apaansih kamu, Van? Main ngegebrak meja orang aja." Tegur Tika, tidak terima. Bisa-bisanya mantan adik iparnya berbuat seenaknya kepada dirinya.
"Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Kak Tika. Disaat Kak Rehan sedang terbaring lemah di kamarnya, Kakak malah enak-enakkan disini. Jangankan minum obat Kak, Makan saja Kak Rehan tidak mau. Setiap malamnya, disetiap tidurnya, dia selalu mengigau dan memanggi nama Kak Tika." Ucap Vania. Air matanya jatuh begitu saja. Urat malunya mungkin sudah putus. Dia tidak perduli dengan tatapan semua orang terhadapnya. Rasa marah, kecewa, dan benci menguasai hatinya.
"Saat Kak Rehan sedang berjuang untuk sembuh, disini kakak malam enak-enakkan nongkrong. Ingat Kak, tuhan saja maha pemaaf. Lah Kakak yang umatnya...." Vania menjeda kalimatnya. Dia mengusap air matanya dengan kasar. Vania berlutut di depan Tika.
"Tolong, kali ini saja Vania mohon sama Kak Tika untuk menemui Kak Rehan dan beri dia semangat untuk sembuh. Dia sedang demam tinggi Kak." Isak Vania, sesenggukan. Kedua iris matanya menatap wajah Tika dengan sendu. Dia memohon hingga hampir mencium telapak kaki Tika.
Shock, Tika mundur beberapa langkah. Jantungnya berdetak tak karuan. Ada apa ini? Kenapa Vania sampai memohon kepadanya? Apa penyakit yang Rehan derita sangat parah?
"Beri Kak Rehan satu kesempatan lagi untuk memperbaiki semuanya, Kak. Aku mohon kepada kakak untuk memaafkan kesalahan Kak Rehan." Racau Vania terus menerus. Tika berdiri mematung, lalu dia melangkah pergi begitu saja.
Vania menatap sendu kepergian mantan kakak iparnya. Hatinya mencelos perih. Sebegitu bencinya mantan kakak iparnya kepada kakaknya? Bahkan untuk menjenguknya saja dia enggan. Padahal kejadian itu tidak sepenuhnya kesalahan kakaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...