"Kak Mika," Semua orang menoleh kesumber suara. Perempuan berparas cantik yang sedang memakai dres berwarna merah sekarang sedang berdiri di depan Tika.
"Aduh kakak ipar ini gimana sih, Tadi pagi kok main cabut ke kamar gitu aja? Vania kan mau minta foto sama kakak. Gak sabar ya mau Ahemm..., Ahemm..., Sama Kak Rey, Kan jatahnya nanti mal...."
"Toa masjid, ngapain sih kamu teriak-teriak? Sana pergi, gangu acara kakak aja." Potong Rehan, dia mendorong pelan bahu adiknya agar menjauh dari istrinya. Dia yang tadi baru keluar dari kamar mandi langsung berjalan tergesa-gesa saat melihat adiknya berbicara dengan Mika, istrinya.
"Aduhh, kakakku tersayang, aku itu mau..."
"Mau apa? Buru pergi sono, tuh udah di tungguin Bastian di depan. Katanya kamu mau pergi ke rumah calon mertua kamu." Potong Rehan dengan cepat.
"Iya, iya, bawel banget sih kayak emak-emak komplek. Oh ya kakak ipar, aku pesan keponakan yang cakep, berhidung mancung, mata sipit, dan kulitnya harus seputih kristal." Ucap Vania dengan gampangnya.
Setelah berkata seperti itu, Vania langsung berlari pergi sebelum kakaknya marah kepadanya nanti.
"Dasar bocah, emang buat anak kayak buat gado-gado apa." Cibir Rehan pada adiknya yang sudah berlalu pergi.
"Aduh...." Pekik Tika dengan suara tertahan. Rehan yang tadinya sibuk menyalami tamu langsung menatap istrinya khawatir.
"Kenapa sayang? Ada yang sakit? Kamu capek? Atau....."
"Aku gak apa-apa, kaki aku cuma capek berdiri terus dari tadi." Jawab Tika sambil menunduk. Dia takut kalau Rehan marah padanya. Dia kan belum tahu benar sikap dan sifat lelaki di sampingnya yang sekarang sudah menyandang sebagai suaminya.
"Ma, Rehan sama Mika ke kamar dulu ya, Kasihan kaki Mika sakit." Ucap Rehan kepada mamanya.
"Iya, buruan gih kamu bawa Mika ke kamar. Kasihan menantu mama kecapean." Balas Lilis, dia menatap menantunya iba. Dia tahu betul apa yang sekarang sedang menantunya rasakan, karen dulu dia juga pernah di posisi menantunya.
"Iya Ma, ayo sayang." Rehan menggendong Tika menuju kamar yang sudah dia siapkan. Dia tersenyum geli saat melewati kamar yang harusnya dia tempati malam ini. Dia tahu, bahkan sangat tahu, kalau adiknya itu kemarin merencanakan hal konyol untuk istrinya dan dirinya.
"Kamu istirahat aja dulu, aku mau mandi." Ucap Rehan yang hanya dianggukin kepala oleh Tika.
Air mata yang sedari tadi Tika tahan luluh seketika membanjiri kedua pipinya. Dia ragu dengan jalan yang dia pilih. Dia tidak mengenal siapa itu Rehan Admaja,Dia tidak kenal dengan siapapun disini. Tapi dia terpaksa menikah dan masuk di keluarga ini.
"Kak Mika, aku takut." Lirih Tika sambil terisak pilu. Dia menoleh kearah pintu kamar mandi dengan ekspresi wajah sendu.
Tuhan, aku takut_Batin Tika, merintih.
Tanpa membersihkan make up nya, Tika tertidur pulas diatas kasur. Wajah cantiknya terlihat mempesona, tidak henti-hentinya Rehan menatap wajah perempuan yang sekarang sudah menyandang status menjadi istrinya.
Rehan mencium lembut seluruh wajah Tika. Hingga membuat perempuan itu menggeliat dan mengerang dengan mata masih terpejam.
"Bangun sayang, mandi gih." Suruh Rehan dengan suara lembut. Bukannya beranjak dari tempat tidurnya lalu mandi, justru Tika malah kembali tidur dengan memunggungi Rehan.
"Sayang...."
"Lima menit lagi." Potong Tika dengan suara serak. Mungkin efek habis nangis tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...