Weekend!
Kalimat manis yang sangat Tika sukai. Pagi ini dia sibuk menyiram tanaman di depan rumahnya.
"Lala..., Lalala..., La.., La.., Lalala." Tika terus bersenandung. Harum semerbak bunga melati membuat dia tersenyum senang.
Bunga-bunga bermekaran hingga membuat Tika tersenyum kagum. Lilis dan Galuh sampai menggelengkan kepalanya.
"Kayak anak kecil saja kamu, Tik." Ucap Galuh, sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Ih, Papa." Tika mengerucutkan bibirnya lucu.
"Mama sama Papa ada urusan sebentar diluar, kamu gak apa-apa kita tinggal?" Tanya Eva, sambil menghampiri Tika. Eva mengusap lembut rambut putrinya.
"Gak apa-apa kok, Ma. Mama sama Papa pergi aja." Jawab Tika, santai. Kedua orang tuanya mengangguk dan berjalan pergi. Tika kembali masuk kedalam rumahnya. Baru saja dia ingin duduk.
Tapi tiba-tiba....
TOk, Tok!
Tika menggeram kesal. Lalu dia bangkit dari duduknya dan bersiap memaki siapa saja yang bertamu di rumahnya pagi ini.
Tangan Tika memegang kenop pintu dengan wajah kesal. Dia membuka pintunya, malas.
Ceklek...
Mulut tika menganga lebar. Dia? Si makhluk akstral. Ngapain dia ke rumahnya? Benar-benar cari mati.
"Pagi sepupuku tersayang," Sapanya dengan cengiran khas. Tika menggeram kesal, bisa-bisanya ikan asin ke rumahnya. Sepertinya Tika mencium bau-bau mencurigakan.
"Mau ngapain kesini, Hah?" Tanya Tika, sambil berkacak pinggang. Sepertinya dia tidak membuat hajatan sehingga rempengan rengginang datang kesini.
"Mampir, aku lapar. Apa tante udah masak?" Lelaki itu berjalan masuk kedalam rumah kediaman Guana, sungguh sopan sekali dia.
"Udah." Jawab Tika, dia berjalan mengekori tamu tidak di undang itu.
"Baguslah, kalau begitu aku mau makan dulu." Ujar Lelaki itu. Kakinya melangkah kedapur. Tangannya sibuk mencari dimana tantenya meletakkan lauknya.
"Sudah habis maksudnya." Tawa Tika pecah. Aldo menatap Tika tidak percaya. Mulutnya menganga lebar seperti ikan paus yang kelaparan.
"Baiklah, baiklah, aku beliin makanan di perempatan jalan dulu." Ujar Tika sambil tertawa keras. Lelaki itu memalingkan wajahnya kesal.
***
"Pak, bubur ayamnya satu." Seru Tika, dia duduk di kursi pojokan.
"Iya, Neng." Jawab si penjual itu. Tika sibuk bermain heandpone. Dia membuka akun medianya dan nencari informasi tentang sosok idolanya, Siapa lagi kalau bukan Rizki Nazar.
Suara manja seorang perempuan mengganggu ketenangan Tika. Suaranya semakin jelas dan sepertinya Tika kenal suara itu.
"Ih, sayang. Kok makan disini sih? Gak higienis tauk." Oceh perempuan yang memakai baju dan make up ala korea. Perempuan itu merengek seperti anak kecil.
"Bodoamat." Lelaki di samping perempuan itu tidak perduli. Tika mengangkat kepalanya, dunia memang sempit. Kata itu cocok di definisikan untuk keadaannya saat ini.
Rehan dan Agnes duduk di samping Tika dengan posisi kepala Agnes bersandar di bahu Rehan.
"Mbak, ini buburnya." Penjual itu menyerahkan plastik putih yang berisi bubur kepada Tika. Saat Tika ingin pergi, tiba-tiba ada tangan lembut yang menahan pergelangan tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...