9. Ketidak Sengajaan

1.5K 100 0
                                    

"Bayyy......" Setelah Mobil Rehan menghilang dari pandangan matanya, Tika kembali masuk kedalam rumah. Perutnya semakin membesar, karena sekarang kehamilannya sudah masuk 6 bulan. Dari dulu hingga sekarang, dia dan suaminya sepakat untuk tidak melakukan USG. Karena apapun jenis kelamin anak mereka nanti, mereka akan menerimanya dengan lapang dada.

"Kak Mika, how are you?!" Teriak Vania, dari arah gerbang rumah Tika. Tika yang semula sedang bersih-bersih dapur langsung berjalan keluar untuk menghampiri adik iparnya.

"Ada apa, Van? Kalau kamu nyari kakak kamu, dia baru aja berangkat kerja." Tanya Tika, kepada adik iparnya. Vania menggeleng pelan, tangannya memegang sebuah rantang makanan.

"Siapa yang nyari dia, aku kesini mau ngasih ini ke kakak. Kata Mama, Kak Mika harus banyak makan sayur." Jelas Vania. Dia keluar dari mobilnya untuk menghampiri Tika yang sedang berdiri di halaman rumahnya. Tepatnya di samping gerbang. Hal yang tidak diinginkan pun terjadi, kaki Vania tergelincir saat mau masuk kedalam halaman rumah Tika. Tika yang semula berniat ingin menolong Vania, ikut tergelincir juga.

"Aa....." Teriak Vania dan Tika bersamaan. Mereka berdua langsung pingsan tak sadarkan diri.

Tetangga komplek Tika yang sedang membeli sayuran langsung membawa keduanya ke rumah sakit.

"Aduh, gimana ini? Mana ibu yang satu ini lagi hamil." Keluh Ibu-ibu yang agak sedikit muda kepada temannya.

"Tolong, Bu. Nngebut dikit." Pinta ibu-ibu yang memakai baju putih. Dia menatap Tika dan Vania kasihan.

Mobil yang di kendarai oleh ibu tersebut masuk kedalam perkarangan rumah sakit Adijaya. Mereka keluar dari mobil dengan panik.

"Dokter, suster, tolong...." Teriak Kedua ibu itu panik. Suster yang mendengar teriakan mereka langsung membawa tubuh Tika dan Vania kedalam rumah sakit dengan mendorong brankar mereka.

Bastian yang baru keluar dari ruangan pasien tidak sengaja melihat Vania dan Tika. Dia terkejut dengan apa yang dia lihat.

"Bawa keduanya ke ruang UGD!!" Pinta Bastian, tegas dan lantang. Dia sangat khawatir kepada keduanya.

"Emm..., Apa Dokter kenal dengan mereka?" Tanya salah satu ibu tersebut.

"Mereka calon istri dan kakak ipar saya, Bu. Ibu yang menolong mereka?" Bastian menatap wajah kedua ibu itu.

"Iya, kita tidak sengaja melihat mereka berdua terpeleset tadi." Jawab salah satu ibu itu. "Kalau begitu kita permisi."

"Tunggu, Bu. Saya ganti ongkos pulangnya." Ucap Bastian, sambil mengeluarkan 3 lembar uang 100 ribuan.

"Gak usah, Dok. Kita berdua ikhlas. Kalau begitu kita permisi."

Kedua ibu itu pun pergi. Bastian langsung berlari masuk kedalam ruang UGD. Disana kedua perempuan yang sangat dia sayangi sudah di tangani oleh kedua dokter andalan rumah sakit ini.

"Bagaimana keadaan tunangan saya, Dok?" Tanya Bastian, kepada Dokter yang sedang menangani Vania.

"Kepalanya cuma terbentur dikit, tidak parah. Jadi dia sudah bisa di pindahkan ke ruang inap sekarang." Jawab Dokter, tersebut. Bastian sedikit bernafas lega. Tapi tiba-tiba dia kembali panik ketika melihat wajah kakak iparnya.

"Keadaan calon kakak ipar saya bagaimana, Dok? Apa dia juga baik-baik saja?" Tanya Bastian, dengan nada khawatir. Pasalnya dia tahu bahwa calon kakak iparnya itu sedang hamil. Dokter yang di tanya Bastian terdiam lama.

"Jawab dokter!!" Bentak Bastian. Rehan bisa marah besar kalau istrinya kenapa-napa.

"Dia mengalami pendarahan. Saya belum tahu pasti keadaannya sekarang." Jawab Dokter itu dengan berat hati. Nafas Bastian tercekak, bagaimana jika Rehan tahu semuanya?

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang