30. Buka Bersama.

820 38 0
                                    

Sore hari yang indah, Tika dan Dina berjalan-jalan mengelilingi taman bermain anak dekat komplek rumahnya. Disana juga ada beberapa penjual makanan yang menjual berbagai pernak-pernik makanan untuk berbuka. Bahasa istilahnya sih takjil.

Tika dan Dina mendorong kereta bayi Alea dan Agil. Kedua bayi itu sedang tersenyum bahagia. Tika berbenti di depan penjual martabak manis.

"Din, jagain anak saya dulu ya? Saya mau beli martabak itu." Ucap Tika, dia berjalan riang mendekat kepada gerobak martabak. Bibirnya tersenyum senang.

"Pak, saya beli martabak manisnya satu kotak." Pesan Tika, dia menunjuk kotak persegi yang berjajar rapi di samping penjual.

"Ini neng, harganya 35 ribu." Ucap si penjual. Tika membayar martabaknya, lalu dia kembali menghampiri kedua anak dan beby sisternya.

Mata Tika sedari tadi melirik Dina yang sedang menatap sate madura penuh minat. Bahkan saat Tika panggil, Dina tidak menyahutinya.

"Din, Dina...." Panggil Tika, sambil mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah cantik Dina. Perempuan cantik itu tidak berkedip.

"Dina....." Seru Tika, dia menepuk bahu Dina. Sepontan Dina langsung menoleh kearah Tika. Dina terlonjat kaget, perempuan itu tersenyum kikuk.

"Kamu ini ngelamunin apa? Kamu mau itu..." Tunjuk Tika pada sate madura yang berada tepat di depan mereka.

"Eh, enggak kok, Nya. Yaudah, Nya. Ayo kita jalan lagi." Dusta Dina. Tika tahu kalau Dina berbohong, dengan langkah pasti Tika menghampiri si penjual sate madura. Kebetulan Rehan juga suka sate itu, jadi tidak ada salahnya jika Tika membelikan Dina satu bungkus dan juga suaminya satu bungkus.

"Pak, saya beli satenya dua porsi ya? Tapi di bungkus." Pesan Tika. Harum semerbak bumbu sate itu menyeruak masuk kedalam hidup mancung Tika.

"Siap, neng." Balas si penjual itu Ramah. Dina menghampiri Tika yang sedang duduk menunggu sate pesanannya.

Tika terkekeh saat melihat Dina kesulitan mendorong kedua kereta bayi milik anaknya secara bersamaan.

"Nih neng, totalnya 50 ribu" Ucap si penjual.

"Iya, Pak. Ini," Tika menyodorkan uang kepada si penjual. Lalu dia mengambil alih kereta dorong Agil. Dina berjalan mengikuti Tika di belakang.

Tika membeli bakso untuk Bi' Inah, Pak Ali, dan Pak Agus. Orang yang udah kerja di rumahnya. Senang memang berbagi dengan mereka.

"Pak, bakso beranaknya tiga." Pesan Tika. Dia terlihat santai menunggu pesanannya.

"Ini neng, harganya 75 ribu." Ucap si penjual bakso. Tika membayarnya, lalu dia bergegas pulang.

"Din, saya mau nanya deh. Kenapa kamu mau gitu jadi beby sister? Padahal gajinya 'kan gak seberapa. Kalau saya jadi kamu nih, saya akan ngelamar jadi manager marketing di kantor. Kalau gak, minimal jadi mbak-mbak minimarket yang kerjaannya cuma bilang kayak gini, Selamat Pagi, Mas, Mbak, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Tika. Dina tersenyum tipis.

"Nyonya ada-ada saja, deh. Mana ada gitu yang mau nerima saya jadi manager, orang saya cuma gadis desa yang hanya lulusan SMA." Jawab Dina, merendah. Tika tertawa lebar, beby sisternya itu memang sangat lucu.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang