Mobil yang di tumpangi Tika dan Vania berhenti di depan restoran bintang5 kawasan jakarta barat.
Kedua perempuan cantik itu melangkah anggun menuju tempat duduk yang berada di pojokan restoran.
"Lama banget sih kalian. Dandan kesalon dulu?" Cibir Maurel, sambil melahap spageti pedas pesanannya. Di depannya sudah terdapat berbagai makanan berat.
"Enak aja. Mancet kalik." Balas Vania tidak kalah sinisnya. Mereka berempat duduk bersama, menikmati makanan yang sudah tersedia.
Tania menatap istri bosnya dengan kagum. Perempuan muda itu masih tetap cantik walau sudah memiliki dua anak.
"Mbak Mika cantik banget malam ini. Sumpah, kalau Pak Rehan lihat, dia pasti terpesona." Celetuk Tania, Tika tersenyum malu-malu. Sedangkan Maurel mendengus pelan.
"Aku yang model aja gak pernah dia puji. Nah kamu, Mik. Yang udah jadi emak-emak dia puji-puji." Sindir Maurel. Mereka bertiga tertawa ketika melihat wajah Maurel yang memerah.
"Oh ya, makanan kalian aku yang traktir." Ucap Vania, berbangga diri. Bibirnya tersungging manis.
"Idih, tumben. Dalam rangka apa kamu neraktir kita?" Tanya Maurel, sambil memincingkan matanya kearah Vania. Sedangkan Tania dan Tika hanya saling pandang.
"Mbak Vania gak ulang tahun 'kan?" Tebak Tania, sambil menumpang dagunya pada kedua tangannya. Dia menatap Vania yang sedang tersenyum manis kepada teman-temannya.
"Gak usah sok imut kamu, buru jawab. Dalam rangka apa kamu neraktir kita?" Desak Maurel, sambil menyenggol bahu Vania.
"Minggu depan Vania 'kan mau nikah." Jelas Tika. Vania tersenyum malu-malu, dia menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.
Uhuk..., Uhuk....
Sontak Tania dan Maurel tersedak makanan mereka ketika mereka mendengar penuturan Tika. Mereka berdua kompak menatap Vania dan seakan bertanya yang benar?
"Kenapa? Jangan shock gitu kalik. Kamu Rel, tenangkan dirimu, aku takut kamu jantungan nanti saat dengar aku mau nikah, makanya entar-entar aja aku ngasih tahu kamu." Ucap Vania dengan sombong.
"Dan untuk kamu, Tan. Tenangkan fikirmu. Jangan nangis karena belum dapat pasangan." Tambah Vania.
Tania dan Maurel kompak mendengus, sedangkan Tika menoyor kepala adik iparnya sedikit keras.
"Sarap kamu ya, Van. Aneh-aneh aja." Cibir Tika.
Mereka berempat kompak tertawa. Entah apa yang sedang mereka tertawakan, yang pasti sekarang mereka sangat bahagia.
Tidak terasa jarum jam terus berputar, detik demi detik telah berganti menit, menit demi menit telah berganti jam, dan jam demi jam telah berganti dengan waktu perpisahan.
Mereka berempat berjalan menuju parkiran. Dan entah kenapa saat Tika ingin menghampiri mobil Vania, Maurel malah menahannya.
"No, no, no. Kit_kita masuk aja dulu, ngopi-ngopi. Ya gak guys?" Tawar Maurel, sambil mengerlingkan matanya kearah teman-temannya. Vania dan Tania yang awalnya tidak mengerti maksud Maurel kompak mengerutkan keningnya.
"Guys, aku mau nyobain jus Leci. Langka loh itu jus. Kedalam lagi yuk," Ajak Maurel, sambil menginjak kaki Vania dan Tania bergantian.
"Hah?" Beo Vania dan Tania tidak mengerti dengan maksud kerlingan mata Maurel. Mereka bertua menutup mulutnya disaat melihat sesuatu yang akan membuat malam ini kelabu.
"Gak usah kalian tutup-tutupin. Aku udah lihat dari tadi. Van, aku naik taxi aja. Kamu pulang sendiri ya?" Tanya Tika, dia berjalan santai menghampiri mobil putih yang sangat familiar di matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...