Sekarang ini Tika sedang berada di hotel milik Admaja grup. Hotel milik lelaki yang sama sekali belum dia kenal. Sedari tadi Tika hanya diam sambil sesekali menggembungkan kedua pipinya bosan. Lelaki di depannya sedang sibuk berkutat pada layar leptop miliknya.
"Sayang, tadi malam waktu aku telepon kamu, kenapa kamu gak angkat? Terus pesan aku juga gak kamu balas. Tadi malam kamu sibuk ngapain, hem?" Pertanyaan macam apa itu? Seketika tubuh Tika menegang. Sekarang dia harus jawab apa?
"Itu_anu_emm....."
"Kok kamu gugup? Gak kayak kamu yang biasanya." Sela lelaki itu sambil menghampiri Tika. Bibir Tika terkantup rapat. Dia bingung harus menjawab apa.
Tok! Tok!
"Masuk," Suruh lelaki itu dengan suara dingin. Perempuan yang memakai baju terlalu minim itu masuk kedalam ruangan lelaki yang sama sekali tidak Tika kenal.
"Pak Rehan, anda di tunggu Mbak Vania di bawah." Ucap perempuan itu sambil tersenyum menggoda kearah Rehan.
"Suruh aja dia yang kesini." Balas Rehan dengan suara dingin. Tika hanya diam di tempat. Siapa lagi Vania itu? Sungguh kepalanya semakin pusing dengan situasi ini. Ini semua salah kakaknya dulu yang tiba-tiba membuat acara lamaran dengan cara mendadak. Sedangkan waktu itu dia ada acara KKN, jadi dia tidak bisa pulang dan tidak bisa menghadiri acara pertunangan kakaknya.
Pintu terbuka lebar. Menampilkan sosok perempuan cantik yang memiliki lesung pipi di kedua pipinya.
"Kakak, kenapa kakak belum transfer uang ke rekeningku? Kata mama dia udah nyuruh kakak buat transfer uang bulanan aku dari kemarin. Pokoknya aku marah sama kakak." Seru perempuan yang bernama Vania sambil melipat kedua tangannya kedada.
"Kakak lupa, kamu tahu sendirikan kalau kakak dari kemarin itu lagi sibuk ngurusin acara pernikahan kakak. Jadi kakak mohon sama kamu untuk mengerti sedikit kesibukan kakak. Yaudah, kamu sekarang pergi dulu dari ruangan kakak, nanti kakak transfer uang buat kamu." Balas Rehan sambil menghela nafas kasar. Vania hanya menganggukkan kepalanya dengan bibir terus mengoceh.
"Awas aja kalau lupa." Ancam Vania dengan nada marah.
"Kakak ipar, aku pergi ke kampus dulu ya, Bayy...." Seru Vania sambil tersenyum kepada Tika.
Tika terkikik geli ketika melihat tingkah lucu Vania yang menurutnya seperti anak kecil. Tapi saat matanya sibuk mengamati tingkah lucu Vania, tiba-tiba ada tangan kekar yang memeluk pinggangnya posesif.
"Aku capek." Adu Rehan, dia menyembunyikan wajahnya di cekukan leher Tika.
"Kamu kok seharian diam aja, kamu marah ya perihal tadi pagi?" Tanya Rehan kepada Tika. Dia menatap dalam kedua bola mata Tika. Perlahan Tika menggeleng, bibirnya tersenyum tipis.
"Aku hanya tidak enak badan. Kepalaku pusing dan kurasa mataku seperti panda sekarang ini, menghitam." Jawab Tika dengan suara lirih. Rehan menatap cemas kearah Tika. Sedangkan Tika hanya diam sambil menutup kedua matanya. Punggungnya dia sandarkan kebelakang sofa ruangan Rehan.
"Mana yang sakit? Kita ke dokter ya? Aku kan udah bilang sama kamu, istirahat di rumah. Pernikahan kita tinggal besok, kalau kamu sakit bagaimana?" Rehan terlihat sangat panik. Tika tersenyum tipis, lelaki didepannya sangat berlebihan menurutnya.
Mata Tika menatap lekat wajah lelaki tampan di sampingnya. Sekarang dia tahu kenapa kakaknya dengan cepat jatuh cinta kepada lelaki di sampingnya. Perlahan senyumannya memudar, hatinya tercabik perih. Harusnya kakak-nya lah yang merasakan kasih sayang ini, bukan dirinya. Air mata yang mati-matian dia tahan luluh seketika membasahi kedua pipinya. Takdir memang sulit di tebak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomantizmBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...