"Nya, Den Agil dari tadi gak mau diam." Adu Dina kepada Tika yang sibuk mengecet kuku-kukunya. Hari sudah sangat gelap, tapi Rehan masih saja belum pulang kerja.
"Kayaknya Den Agil haus. Coba Nyonya kasih dia asi." Suruh Dina. Tika mengambil alih Agil dari gendongan Dina. Tapi bukannya diam, Agil malah menangis semakin kencang, hingga membuat kepala Tika pusing.
Agil saja belum reda tangisnya, sekarang Alea juga ikut menangis.
"Oek.., Oek..., Oek..." Tangisan keduanya begitu nyaring. Hingga membuat Tika kebingungan.
"Din, kamu pegang Alea dulu, saya mau kasih Agil asi." Suruh Tika, sambil memberi Agil asi. Tapi bukannya diam, tangisan Agil malah semakin kencang.
"Aduh, Nak. Diam dong sayang." Pinta Tika, panik. Dia tidak bisa membayangkan betapa repotnya mamanya dulu saat merawatnya dan Mika, kakaknya.
Si kembar masih terus menangis. Tika semakin dibuat bingung oleh keduanya.
"Assalammualaikum," Seru Rehan, dari depan pintu utama. Tika yang mendengarnya langsung menghampiri Rehan dan mencium tangan suaminya.
"Si kembar kenapa?" Tanya Rehan pada Tika. Tika hanya mengedikkan bahunya tidak tahu.
Jujur Tika sangat bingung. Kenapa anaknya dari tadi gak mau berhenti nangis? Rehan melempar tas kerjanya ke sofa ruang tamu. Lalu dia mengambil alih Alea dari gendongan Dina.
Alea yang tadinya menangis langsung berhenti. Ajaib memang, Tika sampai dibuat tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Anak kamu itu nyebelin banget." Ucap Tika sambil mengembungkan pipinya. Dia bernafas lega. Sekarang tinggal satu lagi, Agil masih menangis.
Bocah lelaki itu masih terus menangis.
"Dina, tolong kamu bersihin kamar si kembar. Beresin mainan mereka yang tadi saya gunakan buat ngehibur mereka." Suruh Tika. Lalu dia mengambil tas Rehan dan membawanya ke kamar.
Tika meletakkan tas kerja Rehan diatas kasur, lalu dia memberikan Asi kepada Agil. Sedangkan Rehan sedang bermain dengan Alea.
Bocah perempuan yang baru berusia dua minggu itu sedang tersenyum kepada papanya.
"Mandi sana." Suruh Tika, dia tidur di samping Agil.
"Gak mau, toh aku gak mandi juga masih tetep ganteng." Ucap Rehan, Tika mendesis sebal. Tingkat kenarsisan suaminya makin bertambah setelah kehadiran Agil dan Alea.
"Terserah, bodoamat."
***
Tika mengucek kedua matanya. Dia berjalan masuk kedalam kamar mandinya. Tidak lama kemudian dia keluar dari kamar mandinya dengan menggunakan daster merah bermotif bunga-bunga.
Kaki jenjang Tika melangkah keluar dari kamarnya dan masuk kedalam kamar anaknya. Sepi, kemana kedua anaknya?
Dengan langkah terburu-buru, Tika menuruni anak tangga rumahnya.
"Bi', Alea sama Agil mana?" Tanya Tika kepada Bi' Inah. Dia sangat panik ketika tidak melihat kedua anaknya di dalam kamarnya.
"Kalau Non Alea lagi sama Dina Nyonya. Katanya mau diajak jalan-jalan pagi. Kalau Den Agil lagi dibawa Mas Bian sama Mbak Vania." Jawab Bi' Inah. Tika menganggukkan kepalanya, dia tersenyum simpul, semoga dengan adanya Agil, Vania dan Bian bisa memperbaiki hubungan mereka.
"Bi', Mas Rehan mana?" Tanya Tika, yang sedari tadi tidak melihat suaminya. Padahal jam masih menunjukkan pukul 06.13. Biasanya suaminya berangkat kerja jam 06.45.
"Udah barangkat kerjanya." Jawab Bi' Inah, tidak enak.
"Oh, Yaudah Bi', saya mau ke rumah mama dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...