Tika menghentak-hentakkan kakinya ketika mendengar teriakan Eva, mamanya. Sedari pagi mamanya selalu menyuruhnya itu dan ini.
Seharusnya hari ini Tika sedang pergi ke salon dan merawat tubuhnya, mengingat besok adalah hari pertunangannya.
"Kamu ini bagaimanasih, Tik? Mama 'kan udah nyuruh kamu buat nelpon Tante Mela dan Aldo. Sudah sampai mana mereka?" Omel Eva. Ingin sekali Tika berkata kasar. Tadi mamanya menyuruh Tika menelpon si tukang ketring, lalu dia di suruh bersihin kamar tidur tamu untuk saudaranya yang akan menginap di sini. Dan sekarang....
"Lihat itu di depan rumah, bunga yang udah mati tolong kamu ganti. Kamu ini apa-apa harus mama suruh. Seharusnya kamu itu...."
"Iya, doro putri. Siap, laksanakan." Potong Tika, penuh penekanan. Abis dirinya sangat kesal kepada mamanya yang menyuruh dirinya tanpa henti dari tadi.
Ingin sekali Tika mengutuk teman-temannya yang katanya ingin datang ke rumahnya dan membantu dirinya membersihkan rumah. Tapi mereka malah tidak datang.
Tika menelepon kenalannya yang menjual berbagai bunga. Dia memesan bunga mawar, lily, anggrek, dan tentunya bukan bunga bangke dan reflesia. Bisa mati dirinya di kutuk mamanya.
Sebuah motor metic berwarna hitam masuk kedalam halaman rumah Tika.
Kedua orang yang sangat Tika kenal turun dari atas motor dan menghampiri Tika.
"Maaf lama, Tik." Cengir Maurel pada Tika yang sudah berkacak pinggang di depannya.
"Iya, Tik. Abis anak kita sama sekali gak mau kita tinggal. Jadi mau gak mau kita harus nunggu mereka lengah dulu." Tambah perempuan yang memakai jilbab sampai menutupi dadanya. Siapa lagi kalau bukan Tania, perempuan lemah lembut yang entah kenapa bisa tertarik dengan si jutek Alex.
"Lah terus anak kalian sekarang dimana?" Tanya Tika, bingung. Tidak mungkin Raja dan Rara mau ikut dengan papa mereka. Karena kedua anak itu pasti berada di suatu tempat.
"Kita titipin sama Amel." Cengir Maurel yang membuat Tika mendengus.
***
Ingin sekali Vania memaki kedua teman kakaknya. Keduanya membuat kepala Vania menjadi pusing.
Bukannya ikut membukus parsel, Alex dan Juna malah mengacaukannya. Vania sengaja membuat seserahan sendiri untuk Tika. Dia rasa jika dia memesan kepada seseorang dengan jangka waktu pendek, hasilnya tidak akan bagus.
"Woy, Jun. Handuknya itu di bentuk kelinci, lalu apa ini?" Alex menatap kesal wajah sahabatnya. Dia benar-benar ingin mencekik leher Juna. Juna membentuk handuk menjadi kelinci saja tidak bisa.
"Ini juga sedang proses. Kamu pikir ngebentuk kayak gini mudah? Susah bodoh!" Maki Juna, tidak terima. Dia 'kan bukan pekerja beginian, lalu kalau ada kesalahan sedikit apa dia salah?
"Kalian ini berisik banget. Ganggu Salsa, Rara, sama Raja yang sedang tidur." Tegur Amel yang baru saja menuruni anak tangga. Dia membantu Vania membukus buah-buahan. Hari ini dia harus bekerja ekstra.
Sedangkan Rehan, orang yang mempunyai acara ini sedang mencuci mobil diluar. Dia juga harus mengecek mesin mobilnya, apakah ada yang rusak atau tidak?
Semua orang sedang sangat sibuk. Tidak terkecuali dengan Lilis dan Syam. Mereka berdua sedang pergi ke salon untuk memboking perias terbaik untuk besok pagi. Lengkap bukan pekerjaan mereka?
"Btw, kenapa Kak Rehan cerai sama Kak Tika?" Tanya Amel kepada Vania yang sedang fokus menata buah-buahan ke keranjang parsel.
"Eh bocah, nanya mulu. Makanya kalau sepupu nikah itu datang, biar gak ketinggalan cerita." Sembur Juna kepada Amel. Dia maupun Alex sudah kenal dengan Amel sejak SMA dulu. Bahkan Juna sempat menyukai Amel, tapi....

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...