70. Memulai Kehidupan Baru.

4.1K 74 5
                                    

Tika meremas tangan mamanya yang sedang membelai kedua pipinya. Sekarang Tika sudah tampil cantik dengan kebaya berwarna abu-abu yang melekat indah di tubuh rampingnya. Rambut Tika di gelung rapi. Tidak lupa Make Up tipis ikut melengkapi penampilannya saat ini.

"Wah, Mbak Tika cantik banget kayak artis yang ada di televisi." Puji perias yang membantu Tika merias wajahnya. Tika tersipu malu, dia menenggelamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.

"Tentu saja, putri siapa dulu?" Kekeh Eva. Dia memeluk Tika dengan sangat erat.

Berat rasanya melepas seorang putri yang kita cintai. Rasanya waktu berputar begitu cepat. Eva rasa baru kemarin dia melahirkan dan menyusui Tika. Rasanya baru kemarin dia mengantar dan mengajari Tika belajar. Tapi lihatlah sekarang,

Putrinya sudah tumbuh dewasa. Dia bukan anak kecil lagi yang menangis karena terjatuh dari sepeda, merajuk karena tidak dibelikan mainan, Dan marah karena dia dan suaminya yang jarang mempunyai waktu dengannya di rumah.

"Mama kenapa nangis?"

Mati-matian Tika menahan tangisannya ketika dia melihat mamanya menangis.

"Kamu sudah besar sayang, mama mau kamu berbakti kepada suami kamu. Jangan bertingkah layaknya anak kecil seperti dulu. Mama sangat menyayangimu." Eva menangkup wajah cantik anaknya. Dia mengusap air mata yang membasahi pipi sang putri.

"Jangan menangis, Ma. Aku mohon." Tika memeluk mamanya dengan erat. Bahkan perias yang merias Tika juga ikut menangis.

"Saya jadi ikut sedih."

Mereka bertiga tertawa bersama. Suasana haru tadi berubah menjadi gelak tawa.

***

Tika duduk di samping Rehan. Hatinya was-was ketika mendengar Rehan mengucapkan ijab Kabul. Tika menundukkan kepalanya, dia takut jika Rehan salah sebut nama atau apapun itu.

"SAH..." Suara lantang papanya sebagai wali membuat Tika mengangkat kepalanya. Dia langsung mencium telapak tangan Rehan, kemudian Rehan membalasnya dengan mencium kening Tika.

Acara selanjutnya adalah sungkeman. Rehan dan Tika meminta restu kepada kedua orang tua mereka.

"Ma, Pa, " Seperti ini lah Tika, cengeng.

Tika menangis dalam dekapan kedua orang tuanya. Rasanya berat meninggalkan kedua orang tua yang sudah membesarkannya.

"Jangan menangis, Nak. Papa bangga mempunyai anak seperti kamu." Galuh mencium kening anaknya dan mengusap setiap tetes air matanya.

"Anak Papa udah dewasa sekarang. Udah punya kehidupan baru. Papa doa 'kan kalian selalu bahagia."

Tika mengangguk lemah. Rasanya dia ingin kembali kemasa kecilnya dulu. Dia ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya dan menyimpan semua moment itu kedalam memory otaknya agar bisa dia kenang hari ini.

"Mama selalu berdoa untuk kebahagiaanmu sayang." Eva tidak kuasa menahan tangisannya.

Rehan memeluk kedua orang tuanya. Dia bahkan mencium kedua telapak kaki mamanya.

"Terimakasih, Ma. Terimakasih, Pa. Terimakasih karena kalian sudah merawat dan membersarkan aku. Aku menyayangi kalian." Air mata yang Rehan tahan akhirnya runtuh seketika. Kedua orang tuanya adalah orang yang paling berjasa di dalam hidupnya.

"Jangan ngomong begitu, Nak. Itu memang sudah menjadi kewajiban kami. Sekarang tugas kami selesai. Mama dan Papa berharap kamu bisa bahagia bersama istrimu." Lilis tidak kuasa untuk tida menangis. Anak yang selalu dia banggakan sekarang sudah dewasa.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang