64. Jangan Pergi.

1.4K 45 0
                                    

Suara bel pintu apartemen yang terus di tekan oleh seseorang membuat Tika yang sedang sarapan menggeram kesal.

Ting, Tong!

Suara bel pintu terus terdengar. Hal itu membuat telinga Tika memanas. Tika menelan rotinya tanpa dia kunyah.

"Siapa sih orang yang bertamu di apartemenku pagi-pagi?" Geram Tika. Dia pergi untuk membuka pintu apartemennya.

"Lama banget kamu buka pintunya." Kesal seorang lelaki yang langsung nyelonong masuk kedalam apartemen Tika tanpa permisi.

"Ck, gak sopan banget." Decak Tika, kesal. Sepertinya lelaki itu tidak perduli. Dia membuka tas ransel hitam miliknya lalu membuka leptopnya.

"Kamu harus tonton ini." Suruh lelaki itu pada Tika.

"Apa ini, Jun?" Tanya Tika bingung. Iya, orang yang datang ke apartemen Tika pagi ini adalah Juna.

Lelaki itu duduk di karpet ruang tamu Tika. Dia memasukkan micro SD kedalam leptopnya.

"Lihat dan jangan bertanya sebelum selesai." Tegas Juna. Dia sudah mulai lelah dengan percintaan kedua sahabatnya.

Kadang Juna merasa bingung dengan keduanya. Jelas-jelas keduanya masih saling mencintai. tmerrks berdua terlalu gengsi untuk mengakui.

Sepertinya Juna harus merukiah kedua sahabatnya itu agar sadar bahwa cinta keduanya itu sejati.

Vidio di dalam leptop Juna berputar. Disana memperlihatkan sosok lelaki dewasa dengan rahut wajah pucat.

"Hallo, Tika?"

Lelaki itu menyapa Tika sambil menghadap kamera. Bibir pucat lelaki itu tersenyum tipis. Sangat tipis, mungkin tubuhnya masih lemas.

"Maafkan aku yang tidak tahu malu masih mencintaimu, mengharapkan cinta darimu, dan membuat kamu tidak nyaman dengan bentuk perhatianku."

Tika terdiam. Rehan, orang yang bicara di dalam Vidio itu adalah Rehan, mantan suaminya dulu yang masih dia cintai dari dulu hingga sekarang ini.

"Maaf, aku hanyalah benalu di kehidupanmu. Aku sudah merusak semua kebahagiaanmu dengan Atala."

Lekai yang memakai baju biru khas rumah sakit itu sedang tersenyum hambar menghadap kamera.

"Aku tidak tahu mengenai perasaan ini, semakin aku ingin menghilangkan namamu dari hatiku, perasaan cinta untukmu kian menambah."

Juna melirik Tika sekilas. Perempuan itu sama sekali tidak mengalihkan matanya dari layar leptop di depannya.

"Sekarang aku menyerah. Maaf atas semua kesalahanku. Terimakasih atas semua kebaikanmu. Aku berjanji tidak akan mengganggumu lagi. Kamu bisa pegang janjiku itu. Silahkan kamu bahagia dengan pilihanmu, tentang sakitku,"

Rehan menjeda kalimatnya, dia memegang dadanya yang tiba-tiba berdenyut sakit.

"Biar waktu yang mengobati. Aku akan mencoba melupakanmu, tapi aku mohon kepadamu untuk memberiku waktu. Karena melupakanmu sama saja membunuh diriku sendiri secara perlahan."

Tika menggelengkan kepalanya pelan. Dia menatap Juna dengan tatapan sendu. Tangisnya pecah tanpa bisa dia tahan.

"Semoga kamu bahagia atas kepergian diriku dari hidupmu. Tentang sakit hatiku, biar aku yang menanggungnya sendiri."

Vidio itu di tutup dengan senyuman milik Rehan. Senyuman terluka tentunya.

Tika berdiri dari duduknya. Dia tahu apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia harus menemui Rehan.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang