Tika tersenyum ketika dia bangun tidur langsung melihat Rehan yang sedang tidur meringkuk di sofa kamar. Sedangkan dirinya tidur diatas kasur.
Tika berjalan santai sambil memakan es krim. Padahal masih pagi, tapi mau bagaimana lagi? Tika ingin sekali makan es krim.
Pagi ini Tika membeli barang-barang makanan yang sudah habis. Tidak bisa disebut pagi sih, karena jam sudah menunjukkan pukul 08.35.
"Tik, Tika...."
Tika bergegas masuk kedalam rumah ketika mendengar teriakan Rehan. Bahkan lelaki itu masih terlihat berantakan.
"Tik...."
Rehan menatap Tika dalam. Dia tidak melanjukkan kalimatnya melainkan dia langsung memeluk Tika dengan erat. Tika sampai terperanjat kaget oleh pelukan tiba-tiba Rehan.
"Ish, lep_lepasin. Sesak tahu, gak bisa nafas." Protes Tika, dia mendorong pelan dada bidang Rehan. Dia mengambil nafas dalam-dalam.
"Kamu kenapa sih? Pagi-pagi teriak-teriak gak jelas. Gak enak tahu di dengar tetangga." Omel Tika, dia berjalan kedapur dan meletakkan semua belanjaannya ke dalam kulkas.
"Kebo banget jadi orang. Udah siang juga gak bangun-bangun."
Tika terus mengoceh. Bukannya marah, Rehan malah tersenyum penuh arti.
Tika memotong bawah putih dengan bibir terus mengoceh. Sepertinya Rehan tidak perduli, lelaki itu malah sibuk meneguk air minum mineral dari dalam kulkas.
"Aaa...." Tika mengibas-ngibaskan tangannya keudara. Pekikkan yang keluar dari bibir Tika membuat lelaki itu tersedak minumannya.
Crup...
Rehan membawa jari Tika yang ke potong tadi kedalam mulutnya. Lalu dia bergegas mengambil kotak P3k dan mengobati tangan Tika.
"Makanya hati-hati kalau masak, jadi kepotongkan tangannya!" Sekarang bukan Tika yang mengomel, tetapi Rehan, lelaki itu meniup pelan jari Tika yang kepotong.
"Kok malah marah-marah sih?!" Kesal Tika, dia menarik tangannya yang di pegang Rehan dan melipatnya kedepan dada.
"Bukannya gitu,"
"Tapi aku gak suka di marahin. Kamu ngerti gak sih?!" Sentak Tika, bibirnya dia majukan kedepan.
"Bodoamat, aku mau pulang." Tika menghentak-hentakkan kakinya. Rehan yang melihat kepergian Tika langsung cepat-cepat.
Der...
Rehan menutup pintu rumahnya lalu menguncinya.
"Duduk dan diamlah, biar aku yang masak." Putus Rehan, tegas. Tika mendengus kesal.
"Selalu seperti itu, egois." Ketus Tika.
***
Tanpa berniat memakannya, Tika hanya mengaduk-aduk sayur dan juga nasi di depannya. Bahkan semuanya belum tersentuh olehnya.
"Kenapa gak di makan? Gak enak?" Tanya Rehan yang melihat Tika tidak bernafsu makan.
Sedari tadi Tika hanya mengembungkan pipinya dan mengaduk makanan di depannya tidak minat.
"Makan, Tika." Suruh Rehan pada Tika. Namun tidak ada pergerakan tangan dari lawan bicaranya.
"Apa susahnya sih makan?" Geram Rehan, Tika hanya diam tanpa berniat membantah.
"Kalau gak enak ngomong, Tik." Rehan mencoba mengontrol emosinya.
"Tika!"
Pyar..

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...