38. Hancur.

1.7K 63 0
                                    

Sudah lima hari ini Tika tidak kunjung membuka matanya. Lelaki bodoh itu masih saja menunggu istrinya tanpa mau mandi dan mengganti pakaiannya. Bahkan dia juga jarang sekali makan jika Vania tidak memaksanya makan.

Sekarang tugas Maurel dan Juna yang menemani Rehan. Karena yang lain sudah mulai sibuk dengan kerjaan mereka masing-masing. Jadi mereka membagi tugas untuk menjaga Tika dan menemani Rehan.

Malam ini terasa sangat dingin. Maurel duduk di sofa bersama Juna, sedangkan Rehan...

Lelaki itu duduk di kursi yang dekat dengan brankar Tika. Mata lelaki itu terus menatap wajah istrinya, seakan enggan untuk berpaling.

Tanpa disangka mata indah itu terbuka dengan sendirinya. Perlahan tapi pasti, mata yang sudah sekian lama tertutup sekarang mulai terbuka.

"Argg..." Erang Tika, Rehan yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya. Matanya terfokus pada wajah pucat di depannya. Sedangkan Juna dan Maurel, mereka berlari mencari Dokter.

"Sayang kamu udah sadar?" Tanya Rehan kaget dan sekaligus senang. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan kebahagiannya.

Tika menatap Rehan dalam diam. Lalu pertanyaan yang sangat Rehan dan semuanya hindari meluncur begitu saja dari bibir Tika.

"Mana anakku? Mana, Rey? Mana?" Tanya Tika, panik. Air matanya berderai saat mengingat kejadian tragis beberapa hari lalu.

Diam, untuk membuka mulutnya saja Rehan tidak sanggup.

"Anakku mana, Mas?!" Teriak Tika, dia mencoba duduk dan bersandar di brankar rumah sakit. Namun tidak bisa, tubuhnya masih sangat lemas.

"Mas, Agil sama Alea mana?!" Bentak Tika, dia memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing.

"Maaf sayang, maaf, maafkan aku. Gara-gara aku anak kita harus meninggal." Tangis Rehan pecah saat ini juga. Dia sangat menyesal atas kejadian yang menimpa keluarganya.

Tika yang berada di pelukan Rehan terdiam dengan wajah tegang. Meninggal? Apa maksud dari kata meninggal?

Dokter dan dua perawat datang. Tika yang tadinya hanya diam sekarang mulai sadar dan mulai mencerna apa arti dari kata meninggal yang di ucapkan oleh suaminya?

"Ini mukzizat dan sangat mustahil. Keadaan Mbak Mika sudah mulai membaik. Dia hanya perlu pemulihan saja. Saya permisi dulu." Pamit sang Dokter. Semuanya menghela nafas syukur.

"Mik, akhirnya kamu sadar dan sembuh. Aku kira aku akan kehilangan sahabatku, namun..."

"Anakku mana? Ini gak mungkin 'kan? Aku cuma mau anakku, Rel. Anakku mana?" Teriak Tika, menggema di ruangannya. Maurel yang tadinya memeluk Tika langsung melepasnya secara spontan.

Tika turun secara paksa dari atas brankarnya. Dia mencabut selang infus yang berada di punggung tangannya hingga berdarah.

"Agil, Alea, dimana kalian sayang?!" Teriak Tika, dia berlari keparkiran. Tika seperti orang gila yang sedang mencari keberadaan kedua anaknya.

Semua orang yang berada di parkiran menatap Tika dengan berbagai ekspresi.

Tit, Tit, Tit.

"Aaa...." Teriak Tika, dia menutup matanya dengan menggunakan kedua tangannya. Dadanya naik turun ketika dia mendengar klakson mobil.

"Huf, kamu gak apa-apa, Mik? Maafin aku sama Mas Alex yang gak pecus bawa mobilnya." Sesal Tania. Dia memegang kedua pundak Tika yang sedang panik. Rasa khawatir sekarang mendomisi hati Tania ketika melihat wajah pucat Tika.

"Minggir." Dorong Tika pada pundak Tania. Tania yang belum siap atas dorongan Tika langsung terhuyung kebelakang. Untung ada Alex yang berada di belakangnya dan sigap menangkap tubuhnya.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang