Rehan masuk kedalam rumahnya di ikuti oleh mama Eva dan Papa Galuh. Tidak lupa si buat onar Juna ikut bersama mereka.
"Assalammualaikum." Seru Juna tanpa rasa malu. Tika menghampiri mereka dengan langkah santai. Dia mencium punggung kedua orang tuanya dan juga suaminya.
Dengan iseng, Juna pun ikut menggantungkan tangannya di depan wajah Tika. Dan dengan kesal Rehan langsung memukul punggung telapak tangan Juna.
"Aku aduin kamu ke Maurel, biar kamu tahu rasa." Ancam Rehan, menyeringai bak Raja Namrud. Juna mendengus pelan, bibirnya mendumel tidak jelas.
"Silahkan duduk. Papa mau aku buatin kopi?" Tanya Tika kepada papanya yang sedang berbincang kepada Juna.
"Gak sayang, papa sama mama mau lihat si kembar dulu. Mereka ada dimana?" Galuh bertanya kepada anaknya dengan nada lembut. Matanya celingukan mencari keberadaan kedua cucunya.
"Di kamar mereka, Pa. Mereka lagi main sama Dina. Tadinya sih mereka main sama aku juga. Tapi aku tinggal sebentar buat nyamperin kalian." Jawab Tika. Galuh dan Eva menganggukkan kepala mereka.
"Yaudah, kita keatas dulu ya, Mik? Kita mau ketemu cucu kita dulu." Ijin Eva. Tika mengangguk sambil tersenyum.
Lalu mata Tika beralih menatap Juna dan suaminya yang sedang rebahan di sofa ruang tamu. Kaki mereka berselonjoran diatas meja.
"Mik, aku numpang makan ya?" Tanya Juna tanpa rasa malu. Rehan mendelik tajam, mulutnya terbuka lebar.
"Gak, Zaman sekarang mana ada yang gratis. Kencing aja bayar, apa lagi makan." Tolak Rehan, dia sedikit memejamkan matanya. Mungkin dia sangat kelelahan.
"Pelit amat sih sama teman sendiri." Cibir Juna, dia menatap Tika dengan penuh harap.
"Emang aku pernah nganggep kamu teman?" Sinis Rehan dengan nada sok serius. Tika memutar kedua matanya malas.
"Jangan dengerin Rehan, Jun. Kamu makan aja. Semuanya udah aku siapin di meja makan." Ucap Tika. Juna berjalan kearah dapur, lebih tepatnya ke meja makan. Sebelum dia menghilang di balik dapur, Juna menjulurkan lidahnya kearah Rehan.
"Juna...." Geram Rehan, sambil mengangkat sepatu kulitnya. Tika duduk di samping Rehan sambil membaca manjalah perempuan yang tadi siang sempat tertunda dia baca.
"Yank...." Panggil Rehan, dia menatap lekat wajah istrinya.
"Mandi dulu sana. Aku udah siapin semuanya di kamar. Aku mau lihat anak-anak dulu." Potong Tika, dia berjalan mendahului Rehan.
***
"Mik, anak kamu kok gak rewel ya? Gak kayak kamu waktu kecil." Ucap Eva, dia sibuk menciumi pipi Chabby cucunya dengan gemas. Dina dan Galuh tertawa saat Eva melemparkan pertanyaan yang menurut mereka lucu.
"Iya, Ma. Mereka berdua itu kebanyakan mirip papanya." Jawab Tika, dia mengusap lembut gumoh anaknya.
"Kamu kebanyakan ngasih mereka Asi, sampai muntah begini." Omel Eva, Tika tersenyum sambil mengangguk. Mau bagaimana lagi? Ini kan pengalaman pertamanya jadi seorang ibu.
"Mama kamu itu loh, Mik. Cerewet banget gara-gara mau kesini. Mana Papa sibuk lagi. Mama kamu disuruh kesini sendiri gak mau." Adu Galuh. Tika terkekeh pelan, mamanya memang selalu begitu, manja sama papanya.
"Kayak gak tahu sikap mama aja, Pah." Kekeh Tika, dia membalas ucapan papanya dengan gelengan kepala pelan.
"Ibu sama bapak ini lucu ya? Jadi ingat sama orang tua Dina di kampung." Ucap Dina tiba-tiba. Semuanya terdiam, Eva memberikan Agil kepada Galuh. Lalu dia mendekap Dina kedalam pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...