Di setiap perjalanan Kevin terus mengoceh tentang kenapa bentuk jalanan selalu di buat persegi panjang dan tidak kotak atau bulat? Kenapa daun berwarna hijau bukan ungu? Dan kenapa jalanan tidak di cet saja biar menarik?
"Dan kenapa mulut kamu tidak di jahit saja supaya tidak bisa mengoceh di sepanjang perjalana dan membuat kepala papa dan mama pusing?" Potong Aldo, hingga membuat Tika menahan tawanya.
"Papa, tuhan menciptakan mulut buat Kevin itu untuk bicara. Kalau Kevin diam berarti Kevin sedang....."
"Sedang apa?" Potong Aldo, geram.
"Kevin sedang makan, kalau Kevin sedang makan sambil bicara otomatis semua makanan yang ada di dalam mulut Kevin keluar semua. Lalu saat Kevin sedang tidur, mulut Kevin tertutup rapat, jadi Kevin tidak bisa bicara." Jawab Kevin dengan santai. Dia menatap papanya yang sedang menyetir. Selanjutnya dia kembali menatap keluar jendela mobil.
"Oh, ya? Bukannya kalau tidur mulut kamu kebuka dan ada suara Hog, Hog, Hog." Aldo melirik wajah terkejut putranya lewat kaca depan mobilnya.
"Benarkah, Pa?" Kevin terlihat shock. Sedangkan Tika menatap tajam wajah Aldo.
"Kamu mana tahu, kamu 'kan kalau tidur kayak orang mati." Jawab Aldo, santai.
"Jangan dengerin Papa kamu yang sudah mulai gila ini, Vin. Tidurlah, nanti mama bangunin kamu saat sudah sampai di Jakarta." Nasehat Tika, tangannya mencubit lengan Aldo hingga menimbulkan bekas kecil kemerahan.
"Au...." Ringis Aldo. Tika hanya meliriknya sekilas, lalu dia mencoba memejamkan matanya.
***
Besok pernikahannya dan Agnes akan berlangsung. Tapi tidak ada senyuman yang terbit dari bibirnya. Hanya tatapan sendu yang terus dia perlihatkan kepada semua orang.
Rehan berharap agar besok Kota Jakarta di guyur hujan deras agar tamu di rumahnya berkurang.
Juna dan Alex melangkah masuk kedalam kamar Rehan. Kamar yang berantakan seperti kapal pecah.
"Ya tuhan, apa tadi baru saja terjadi gempa, Al? Hingga membuat kamar Rehan hancur berantakan." Juna menggelengkan kepalanya, dia menatap sekeliling kamar Rehan dengan mulut terbuka.
"Sepertinya barusan ada Angin Tornado yang menerjang kamar teman kita, Jun." Tambah Alex, Rehan menatap kedua sahabatnya dengan rahut datar. Dia lebih memilih kembali menarik selimutnya.
"Jika kalian berniat mengejekku, pergilah. Aku mau balik tidur." Ucap Rehan dengan ekspresi dingin. Kedua matanya kembali tertutup.
"Woy calon pengantin baru, kebo banget sih. Ayam jago aja udah bangun sebelum subuh tadi." Sindir Juna, Rehan menyibakkan selimutnya dengan kasar. Mata elangnya menatap kedua mata temannya tajam.
"Ngapain kalian kesini?" Tanya Rehan, sambil bersandar pada belakang tempat tidurnya.
"Kamu yakin mau nikah sama tuh nenek lampir? Gak nyesel, Rey?" Alex bertanya sambil menyalakan televisi di depannya.
"Andai aku bisa nolak permintaan Mama, Al." Rehan memijat pangkal hidungnya, dia merasa kepalanya sangat pusing hari ini.
Alex menatap sahabatnya kasihan, dia tahu betul bagaimana Rehan, dia tidak bisa menolak permintaan Mamanya, Perempuan yang paling Rehan sayang.
"Aku gak nyangka pilihan Mamamu rendahan." Timpal Juna sambil menumpang dagunya. Dia menatap langit-langit kamar Rehan.
"Dari si malaikat Tika, menjadi Si Iblis Agnes, hebat." Lanjut Juna. Alex memukul kepala Juna hingga membuat Juna memekik sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomanceBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...