17. Jangan Tertipu Oleh Penampilan

1.1K 65 0
                                    

Rehan berjalan terburu-buru memasuki Mall. Kaki jenjangnya melangkah masuk kedalam toko yang menjual berbagai macam keperluan bayi. Mata elangnya seperti leser yang sedang menyapu bersih setiap sudut toko. Dia sedang mencari seseorang.

Toko terlihat sangat ramai. Segerombolan orang sedang menonton perdebatan sengit antara perempuan muda dan salah satu pembeli.

"Tidak perlu kalian menghina kita. Kalian tidak tahu siapa kita, Hah?" Bentak seorang perempuan cantik sambil berkacak pinggang. Dia berdiri sangat angkuh. Perlu kalian ketahui, perempuan itu masih menggunakan baju tidur.

"Memangnya anda siapa? Orang miskin mana sanggup membayar baju bayi seperti ini." Hina pembeli itu. Dia menatap wajah cantik perempuan yang memakai baju tidur itu, remeh. Rehan bisa melihat tatapan sinis pembeli itu kepada perempuan yang memakai baju tidur.

"Apa anda bilang? Bahkan jika saya di suruh membeli Mall ini juga mampu." Sinis perempuan yang memakai baju tidur itu. Dia menatap geram seorang perempuan yang juga ingin membeli baju bayi.

"Baju itu sudah kakak saya ambil. Dan anda main merebutnya. Mana sopan santun anda?" Bentak perempuan yang menggunakan baju tidur itu dengan suara lantang.

"Berani anda membentak saya? Awas aja, saya akan suruh satpam mengusir anda." Sinis pembeli itu dengan nada marah. Sedangkan perempuan cantik yang memakai baju tidur itu malah menyondongkan tubuhnya kedepan.

"Silahkan anda panggil satpam. Saya jamin, anda dan satpam itu akan menyesal karena telah merendahkan saya dan kakak ipar saya." Tantang perempuan yang menggunakan baju tidur sambil mengibaskan rambut panjangnya hingga mengenai si pembeli sombong itu.

"Oh ya? Memangnya kalian berdua siapa? Orang miskin aja belagu. Jangan sok deh jadi orang miskin. Sok-sok'an mau beli baju di Mall. Mending beli baju di pasar loak sana." Hina si pembeli yang memiliki mulut kurang pendidikan.

"Perkenalkan, nama saya Vania Admaja." Ucap Vania, memperkenalkan diri. Semua orangpun terkejut, lalu mereka tertawa.

"Jangan ngayal, Mbak. Sok-sok'an ngaku-ngaku jadi anak kolongmerat."

"Iya, orang susah aja belagu."

"Awas mbak, nanti mbak jatuh. Mimpi kok pas siang bolong."

"Gak usah bohong, Mbak. Tampang Mbak itu tampang orang susah. Mana mungkin anak orang terkaya seasia belanja ke Mall makai baju tidur."

"Udahlah, Van. Kita pulang aja. Aku gak jadi beli baju itu juga gak apa-apa kok." Ucap Tika, sambil menunduk. Tika terlihat biasa saja. Bahkan sedari tadi dia tidak melawan. Tampilannya memang agak kurang berkelas. Dia hanya memakai daster dengan alasan males pakai baju aneh-aneh. Enakan juga pakai daster.

"Diam dulu, Kak. Biar aku kasih pelajaran tuh orang." Vania menatap pembeli itu, geram.

Iya, orang yang sedang beradu mulut adalah Vania dan seorang perempuan muda berperut buncit karena dia sedang hamil.

"Percuma bicara sama orang yang kurang berpendidikan seperti anda. Pinginnya menang sendiri" Ucap Tika, santai. Pembeli itu pun maju tepat di depan wajah Tika. Hampir saja tangan pembeli itu mendarat di pipi mulus Tika. Tapi semua itu tidak jadi terjadi karena ada tangan kekar yang menahannya.

"Tangan kotor anda tidak pantas menyentuh pipi istri saya." Ucap Rehan, dingin. Dia menghempaskan tangan pembeli itu dengan kasar.

"Tu_tuan Rehan. Maaf, maafkan saya. Saya tidak tahu jika perempuan itu adalah istri anda." Ucapnya gugup. Kepala pembeli itu menunduk. Dia tidak berani menatap mata tajam seorang Rehan Admaja.

"Hiks..., hiks..., mereka menghina kita Kak. Lihat itu Kak Mika, kasihan dia dihina terus dari tadi." Adu Vania, sambil nangis di pelukan Rehan. Tika yang melihat adik iparnya menangis berkidik ngeri. Adik iparnya memang seorang artis yang berbakat dalam berakting.

Air Mata PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang