Hampir satu minggu Tika berada di rumah sakit. Dia mengalami pendarahan setelah operasi. Bosan? Jelas rasa itu yang sedang Tika rasakan sekarang.
Bintang dan bulan menghiasi langit malam. Hiruk-pikuk orang berlalu lalang ikut meramaikan rumah sakit kawasan Jakarta.
Di taman bermain anak, Tika duduk seorang diri. Dinginnya malam menusuk kulit putih pucatnya.
"Sayang....." Panggil Rehan, dia ikut duduk bersama Tika di kursi taman rumah sakit.
Mata coklat Tika menatap Rehan dengan bibir tersenyum.
"Ngapain disini sendirian? Yang jaga anak kita siapa?" Tanya Rehan, dia mengusap lembut rambut panjang istrinya.
Hangat perlakuan Rehan membuat hati Tika tenang. Dia menyandarkan kepalanya pada dada bidang suaminya.
"Ada Mama Lilis, Mama Eva, Papa Syam, dan Papa Galuh." Tika menjawabnya dengan pelan.
Seakan peka akan sebuah perubahan pada istrinya, Rehan pun mulai bertanya.
"Kenapa, Hem?" Rehan bertanya sambil menatap lembut kedua manik mata istrinya.
"Aku kangen suasana rumah." Ungkap Tika. Tangannya terus bermain dengan kancing kemeja Rehan.
"Sabar ya sayang, besok pagi kita pulang." Ucap Rehan, bagaikan ditimpa berlian, Tika langsung tersenyum lebar. Dia sungguh sangat bahagia.
"Serius?" Tanya Tika, antuasis. Dia langsung mencium dan memeluk suaminya.
"Kamu tuh senangnya kayak abis dapat mobil undian." Ucap Rehan yang di balas Tika dengan kekehan.
***
Tika terdiam dengan bibir tersenyum, dia menatap jalanan lewat jendela mobilnya.
Mata lembut Rehan terus melirik kearah Tika. Diam-diam dia tersenyum, istrinya sangat bahagia hari ini, dilihat dari bibirnya yang tiada henti menyunggingkan senyuman.
Tangan kiri Rehan terurur untuk menggenggam jemari istrinya. Seperti ada sengatan listrik yang mengalir pada darah Tika, tubuh perempuan itu membeku.
Mereka berdua terlalu hanyut dalam tatapan mata mereka. Lampu merah dan kedua anak mereka yang di titipkan kepada orang tua mereka seakan memberi kesempatan untuk mereka kembali bernostalgia.
"Sayang, besok kamu gak kerjakan?" Tanya Tika, sambil menatap wajah Rehan dengan tatapan wajah memelas. Dia berharap suaminya itu menganggukkan kepalanya.
"Maaf, besok aku..."
"Aku paham." Potong Tika, dia memalingkan wajahnya keluar jendela mobil. Dia sibuk melamun, jujur Tika ingin menjadi istri seorang pengusaha rumahan agar bisa menemaninya setiap saat. Tapi kenyataannya....
"Besok kamu kalau mau apa-apa minta di temani Vania aja ya?" Ucap Rehan, tapi Tika hanya diam dan tidak perduli.
***
"Suprise..." Seru Vania dan lainnya. Keluarga besar Admaja dan Guana berkumpul untuk menyambut kedatangan Tika.
Bukannya senang, justru Tika malah tidak perduli dan masuk kedalam kamarnya.
Dia masuk kedalam kamar mandi lalu setelah beberapa menit dia keluar lagi dengan wajah segar dan sudah memakai baju santai.
"Ma, mau kemana?" Teriak Tika, dia berlari menghampiri mamanya yang baru saja keluar dari rumahnya.
"Mau pulanglah sayang." Jawab Eva, reflek Tika langsung memeluk mamanya hingga membuat Galuh dan Eva bingung.
"Udah punya anak kok masih aja manja." Sindir Galuh yang di balas Tika dengan memanyunkan bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Pernikahan
RomansaBerpura-pura menjadi orang lain tidaklah mudah. Melepaskan orang yang kita cintai dan merelakan semuanya, termasuk hati dan perasaan itu sangat sulit. Jiika waktu itu adalah uang, lalu perasaan cinta itu apa? Dipaksa menikah dengan seorang lelaki ya...