1 - Pertemuan Pertama

2.4K 61 15
                                    

Note: Sudah direvisi.

Happy Reading💙
.
.
.

"Hoam!" Lelaki itu menyipitkan matanya karena merasa terganggu cahaya matahari yang perlahan memasuki kamarnya.

Tok tok

"Al, bangun!"

"Udah kok, Bun."

Altara—lelaki itu—bangkit dari kasurnya, dia siap-siap untuk melakukan ritual pagi yang pasti bakal berbeda dari hari sebelumnya, karena hari ini dia masuk sekolah.

🐱

Hari ini, hari pertama murid SMA Kencana masuk sekolah setelah menghabiskan liburan panjang mereka. Tahu deh, pasti mereka sedang bermalas-malasan karena masih pagi.

Sama halnya dengan seorang gadis bernama Tasya Veneria yang belum lepas dari kasurnya, dia masih asik memainkan selimutnya, menaik turunkan selimut yang dia pakai.

"Tasya, bangun udah siang!" Teriakan itu sungguh membuat Tasya kesal, Tasya udah bangun malah disuruh bangun lagi.

"Iya, Ma. Tasya udah bangun," ucap Tasya sambil menggeliat.

Tasya bangkit. "Coba aja setiap hari itu hari minggu, gue orang paling bahagia kayaknya," gumam Tasya sambil berjalan ke dapur dan mengambil minum.

"Ayo mandi, abis itu pergi sekolah, ini kan hari pertama kamu sekolah. Jangan telat," ucap Laras, mama Tasya.

"Siap, Ma."

Langkah kaki terdengar di koridor sekolah, Tasya berjalan tidak semangat. Liburan kemarin dia bisa bangun siang, tapi kalau hari ini dan seterusnya jangankan bangun siang, berharap bangun siang aja udah bikin Tasya mikir dua kali.

Satu hal lagi, Tasya paling malas jadi sorotan yang lain, Tasya memang cantik, tapi muka Tasya yang imut itu yang bikin orang betah melihatnya. Tasya sih malu, lagian masih banyak gadis yang lebih mau disorot.

"Tumben mading penuh? Ada apa sih gue kan mau liat juga!" rutuk Tasya saat mading dikelilingi banyak orang seperti gula.

Tasya menunggu para siswa disana pergi, dia mendekati mading itu. Baru saja Tasya menenggak dan membaca sekilas isi mading itu: ada deretan kelas dan nama murid, ada juga nilai UTS tertinggi perkelas. Sayangnya bel masuk berbunyi.

"Ish kan, karna badan gue pendek selalu aja susah liat mading," rutuk Tasya lagi.

Tasya berjinjit mencari namanya, tiba-tiba seorang lelaki berperawakan tinggi menghampirinya, tepatnya menghampiri mading. Tasya menoleh, aroma maskulin masuk ke dalam hidungnya tatkala lelaki itu berdiri di sampingnya, Tasya sedikit tergoda dengan aromanya.

Lelaki itu pergi setelah sebelumnya membalas tatapan Tasya sekilas, membuat jantung Tasya berdetak tidak karuan, mimpi indah apa dia semalam.

"Eh, ni-nilai gue berapa ya tadi?" Tasya salting.

Tasya berjalan ke kelasnya sambil memikirkan lelaki tadi. "Ehm.. Namanya siapa ya? Kelas mana ya? Kayak jarang liat," ucap Tasya tidak sadar. "Eh, malah dipikirin. Nanti kalo ketemu aja baru tanya nama, kalo berani," gumam Tasya cengengesan.

"Dih, lo ngapain sih ngomong sendiri? Kayak orang gila aja," ucap Anna, sahabat Tasya dari SMP.

"Nggak, Na," ucap Tasya sambil duduk di sebelah Anna.

🐱

Bel istirahat berbunyi, seisi kelas berhamburan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang kosong.

"Ngantin?" tanya Anna.

"Kuy lah," balas Tasya sambil menggandeng lengan Anna.

Langkah Tasya tiba-tiba berhenti tepat di depan pintu kantin, dia tidak sengaja melihat lelaki tadi sedang berjalan di depannya. Spontan Tasya menggerakkan tangan Anna.

"Na, itu siapa sih?" tanya Tasya penasaran.

"Yang lagi sama dua cowok itu?" Anna menunjuk tiga lelaki.

"Ish, gak usah ditunjuk juga, entar ketauan."

"Altara, Gilang, dan Rama, 12-5. Kenapa emangnya?"

"Oh. Nggak, tadi gue ketemu kakak itu pas liat mading, penasaran aja," jawab Tasya.

Anna hanya mengangguk.

🐱

"Permisi, Tasya dipanggil Bu Intan di kantor."

Tasya berjalan menuju kantor dan menemui wali kelasnya. Dia diberi amanat untuk menyampaikan tugas kepada teman kelasnya. Belum Tasya melangkah pergi, seseorang memanggilnya.

"Tasya, bisa tolong Ibu?" tanya Bu Ratna, guru BK sekaligus guru kedisiplinan.

"Oh iya, Bu. Ada apa?"

"Tolong panggilkan Altara 12-5 suruh ke Ibu di ruang BK ya."

Tasya mengangguk. "Iya, Bu."

Tok tok

"Permisi, Pak. Saya mau panggil Kak Altara, disuruh ke Bu Ratna di ruang BK."

"Altara?" panggil Pak Udin.

Altara bangkit dari duduknya. Refleks semua orang menatap Altara bingung, seperti hal yang aneh kalau Altara ke ruang BK.

"Ta, lo ada masalah apa?"

"Tumbenan lo dipanggil guru BK."

"Lo ketauan adu jotos, ya?"

Altara tidak menghiraukannya, dia langsung keluar setelah pamit pada Pak Udin.

"Terima kasih, Pak. Kalau begitu saya permisi," ucap Tasya sambil menutup pintu.

Tasya berjalan menuju kelasnya. Selama di koridor, Tasya terus mengoceh padahal dia hanya sendirian, saking tidak ada temannya dia sampai mengajak diri sendiri ngobrol. "Kak Alta cakep-cakep suka bikin ulah ya sampe dipanggil Bu Ratna segala," ckckck.

"Ekhem, gak baik ngomongin orang di belakang."

"E-eh, Kak Altara? A-nu, Kak. Maaf gak maksud," ucap Tasya sambil menundukkan kepalanya.

"Hm."

ALTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang