'Ayo ulangi ucapan ibu yang tadi,' anak satu-satunya itu memasang kamera, membidik mereka dalam sebuah video, pagi-pagi mereka sudah harus berkali-kali mengucapkan kalimat yang sama, anaknya itu benar-benar.....
'Tapi ekspresinya kurang narutal, ayo kita ulangi,'
'Lagi?'
'Ya,' dia memulai kembali rekamannya, belum juga menemukan video yang cocok untuk ini.
'Ibu tolong jawab, boleh tidak aku menyukai laki-laki yang tak kaya?' ibunya ingin tertawa, tapi dia tahan karena tak mau lagi mengulangi, sang ayah memilih untuk berpura-pura sakit perut kali ini, daripada harus ada di video yang entah kenapa terasa tak masuk akal itu, Sakura benar-benar ingin membuat reputasinya jatuh, padahal tinggal bilang saja tanpa harus pakai video segala.
'Iya akan ibu jawab,'
...dan tut, laki-laki itu harus melihat ini.
***
"Selamat pagi Sasuke," cengiran yang sudah tak aneh, Sasuke juga sudah tak alergi lagi, perlahan-lahan laki-laki itu sudah mengurangi dosis obat puyernya, dia sudah terbiasa mendengar suara yang membuat pengang ini.
"Aku ingin menunjukan sesuatu padamu--- tapi kau harus minum dulu, niiih." botol minum yang berbeda-beda setiap hari, motif-motif lucu, warna-warna terang, dan entah mengapa Sasuke menurut saja, toh meminum air putih yang banyak kan menyehatkan juga, walaupun sebenarnya dia tak haus, tapi yasudahlah.
"Kau mau tau kan apa jawaban ayah dan ibuku?" Sasuke mengernyitkan halis, perasaan dia tak pernah bertanya apa-apa pada pemilik sekolah dan istrinya itu.
"Memang aku menanyakan apa?" tanyanya bingung, otaknya yang cair pun sepertinya tak mengetahui hal apa itu, tapi gadis bermarga Haruno itu tersenyum lebar sekali.
"Jangan pura-pura lupa dong," jawabnya sumringah hendak mengeluarkan ponsel tapi tak jadi saat melihat ibu guru Anko berderap masuk sambil mengambil kertas besar sekali, bahkan lebih besar daripada tubuhnya.
"Selamat pagi ibu guruuuuu," ucap hampir seluruh siswa kecuali Sasuke dan Sakura.
"Selamat pagi anak-anak, ayo tebak apa ini?" ibu guru itu menunjuk gulungan besar yang masih dia peluk, sebuah perjuangan mengambilnya dari ruang properti, dia memang tak suka menyuruh-nyuruh jadi melakukannya sendiri, ya hitung-hitung diet.
"Peta," jawab beberapa siswa dan dibalas dengan sebuah senyum.
"Benaaarr," Sakura tak lagi memperhatikan sang guru, kali ini tatapannya teralih pada sosok di sampingnya, yang masih tampak berpikir.
"Aku akan menunjukannya nanti setelah bu Anko selesai mengajar," dan laki-laki itu tak merespon, dan itu sudah Sakura duga sebelumnya, Sasuke pasti akan seperti itu.
"Sasuke," sesuai dengan ucapannya tadi saat gurunya pergi dia akan menunjukan satu buah video yang ia buat susah payah tadi pagi.
"Lihat ini," laki-laki itu tak bergerak, tampak tak tertarik tapi Sakura menarik wajahnya untuk melihat ini, sambil menghela napas Sasuke mau tak mau melihatnya juga, dan sedikit terkejut saat video itu mulai terputar.
'Ibu tolong jawab, boleh tidak aku menyukai laki-laki yang tak kaya?'
'Boleh,'
'Kenapa? Apa alasannya?'
'Karena uang kita sudah sangat banyak, tak masalah jika kau menyukai laki-laki tak kaya,'
'YAY,' dan sudah, video itu habis menghasilkan satu buah gelak tawa yang tidak seharusnya Sasuke dengar, ini adalah penghinaan yang luar biasa dibanding dengan penolakan karena Sasuke miskin, jawaban yang barusan itu, maksudnya apa eh?
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfiction"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto