Dilema itu adalah kesalahan, seharusnya hati harus memiliki keyakinan, tak mencoba-coba, tak menerka-nerka, karena saat kau kehilangan salah satu dan tak bahagia dengan satunya lagi, akan terasa sulit untuk kembali, saat dia berusaha untuk menutupnya, saat kau mencoba untuk terus masuk, penolakannya akan jelas, tak semudah dulu lagi, jika kau masih ingin perjuanganmu mungkin akan berat, sekarang hanya ada satu yang mudah, bersama dia yang kau pilih, atau meninggalkannya, lalu berjuang sampai darah penghabisan.Sebelum karma menyapa, putuskan semuanya dengan baik.
***
Pagi hari yang cukup tenang di Haruno high school, di kelasnya Sakura tampak sedang jalan-jalan mencari tempat baru, sebenarnya di kelas ini tempat duduk pun diatur, karena untuk mengurangi populasi gadis gosip, obrolan make up, seberapa besar uang saku, atau seberapa seksi kekasihmu, jadilah dibuat aturan ini, duduk sebangku dengan lawan jenis, kecuali dua orang itu, iya benar dua orang yang tak dapat jatah duduk dengan wanita, mereka berdua duduk persis di depan bangku Tenten, jadilah Sakura memilih pindah disini saja, selain dekat dengan Tenten dia juga tak mau kalau Sasuke duduk dengan aaah, pokoknya alasan Sakura adalah untuk dekat dengan Tenten titik.
"Aku duduk di sini," ucapnya sambil menurunkan tas dan headphone, dia di beri hadiah berupa tatapan bingung.
"Kenapa kau keberatan?" laki-laki itu menggeleng lalu menatap meja malang itu, dan memikirkan temannya.
"Tapi Kiba...."
"Dia duduk dengan Sasuke, oke paham ya?" laki-laki berambut kuning bermata biru itu pun hanya mengangguk pasrah, mau bagaimana lagi? Di sekolah ini Sakura bebas duduk dimana pun.
***
Sasuke datang satu menit sebelum bel seperti biasa, Sakura tau akan hal itu dan berusaha sekuat tenaga untuk tak menengok ke arah sana saat bel berbunyi, tak mau beradu tatap, atau bahkan tertangkap basah sedang memperhatikan laki-laki itu.
"Itu tempatku," Sasuke mengajak bicara pada anak laki-laki seusianya yang tampak sedang bermimpi, maunya apa sih malah tidur di bangku Sasuke.
"Eh ...apa?" tanya Kiba, saat melihat ada satu tetes air liur jatuh ke meja Sasuke jadi enggan untuk duduk di bangku itu lagi dan memilih di bangku Sakura saja, eh iya ngomong-ngomong kemana wanita itu? Dan kenapa ada orang ini disini, ikut ngeces pula.
"Tidak," Sasuke berusaha mencari melalui sudut mata, tak mau menoleh, tapi dia tak menemukan gadis itu, kemana dia?
"Sakura yang menyuruhku duduk di sini," kata Kiba lalu kembali tidur, tampaknya dia sedang mengantuk sekali.
"Hm," bangku anak laki-laki ini berada di ujung sana pantas saja tak terlihat, dan tanpa sadar dia melihat ke arah sana, perempuan itu sedang duduk sambil mengunyah sesuatu, dia juga mengikat rambutnya, hal yang tak pernah Sakura lakukan saat duduk di sini.
'apa dia marah?' Sasuke mengeluarkan buku seperti biasanya, jika saja Sakura pergi menjauh saat dulu, saat dia tak melakukan kesalahan mungkin Sasuke akan biasa saja, akan tenang dan bahagia hidup tanpa pengganggu, tapi lain cerita kalau sekarang, Sasuke sadar bahwa dia membuat kesalahan kemarin lalu malah berpikir bahwa manusia sejenis Sakura tak bisa marah dan kesal, Sasuke lupa satu fakta bahwa Sakura pun adalah manusia.
"Sasuke," dengan cepat Sasuke menoleh, mencari sumber suara, suara yang nyaris sering ia dengar, dengan nada manja yang khas, tapi tak ada, di sampingnya hanya ada Kiba yang masih tertidur, bukan gadis itu, dia tak memanggilnya, itu hanya perasaannya saja, apa karena sudah terlalu biasa? Apa ini sejenis ilusi?
'ayo fokus,' tapi buku-bukunya malah memberi respon lain, atau bahkan otaknya? Dia tak bisa fokus, tak bisa melakukan hal mudah ini, sejenak Sasuke menyederkan badannya di bangku, semalam dia bahkan tak memikirkan untuk meminta maaf, dia berpikir semuanya tetap akan sama, apa semalam dia keterlaluan ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfic"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto