[ gomen ]

3.5K 394 117
                                    

*****

"Non kenapa menangis?" sekarang tanggal sudah berganti, hari tadi sudah berlalu, dan mereka berdua masih terlibat dengan perjalanan menuju rumah, padahal biasanya sudah tertidur dan bermimpi, tapi sekali-kali tak apa-apa 'kan, karena besok dan besoknya lagi Sakura mungkin akan terus berada di rumah, tak akan singgah lagi ke tempat yang barusan dia pijak.

"Tidak apa-apa, bapak jangan bilang ayah dan ibu ya kalau aku menangis,"

"Pasti gara-gara masalah uang bonus itu ya non? padahal tidak apa-apa non, tidak usah daripada non jadi sedih begini," musim dingin dan suasana yang melow begini malah membuat Sakura kesal, dia benar-benar sulit untuk tak menangis saat melangkahkan kaki dari apartemen Sasuke, dan kini pak supir malah memutar musik jadul yang menyedihkan judulnya reality, penyanyinya Richard Sanderson, dan itu membuat Sakura tambah sedih dan tak mau berhenti menangis.

"Bukan kok," pak supir mengangguk, perlahan mengerti kenapa perempuan sejenis Sakura bisa menangis begini di hadapannya, padahal dari dulu dia tak pernah melihat Sakura menangis, eh pernah deh saat dia SD dia malu katanya guru seni menyuruh menggambar burung dia malah menggambar ikan, tapi sekarang permasalahannya pasti bukan tentang ikan dan burung 'kan?

"Iya bapak tidak akan bilang pada bos kok, non yang tenang saja menangisnya,"

"Terimakasih," dia tau ini adalah sesuatu yang seharusnya tak dia tangisi, Sakura jelas-jelas sudah memilih, tapi tetap saja ini bukanlah perkara yang mudah untuk di lalui, meskipun masih banyak rasa sayang yang tersisa tapi dia tak tahan menjadi oranglain dalam hubungan percintaannya, tidak apa-apa, ini adalah yang terbaik, daripada hati terus-terusan terluka karena di abaikan, dia senang sudah bisa memutuskan hal yang besar, agar Sasuke tau bahwa dia pun perempuan biasa, dia bukan pengidap happy virus seperti yang selalu Sasuke sematkan padanya.

****

Semenjak gadis itu pergi dari hadapannya tadi, Sasuke kini merasa lelap tidurnya menghilang, daripada lelah memiringkan badan ke kanan dan ke kiri tapi tak juga tertidur akhirnya dia memilih untuk duduk di kursi saja sambil menatap selembar kertas yang di berikan oleh guru kuliahnya saat itu, sebuah penawaran untuk bekerja di tempat bagus dan pastinya gaji yang di dapat bisa berkali-kali lipat, dia membaca kata demi kata yang tertulis di kertas itu, apa dia pergi saja kesana? karena perempuan yang menjadi alasannya bertahan disini pun sudah pergi, Sasuke menggeleng lemah, jelas saja jika bukan karena perempuan itu dia pasti masih belajar di kampusnya dengan tenang, dia tak akan memilih pekerjaan berat, tanggung jawab yang besar, dan nekat begini menjadi anak baru yang di benci karena terlalu berambisi.

Kini lengannya menggapai kertas yang lain, kertas yang berisi tulisan tangan Sasuke yang lebih banyak diisi oleh coretan, dia membaca kata pertama 'mobil' dan butuh berapa lama dia bisa membeli itu dengan uang gajinya ternyata, butuh berbulan-bulan karena kalau kredit jatuhnya akan rugi besar, uangnya bisa dipakai dengan kebutuhan yang lain, kenapa harus mobil yang menjadi prioritas utamanya? karena selama ini Sakura selalu memakainya, dia akan aman di sana tanpa harus berdesak-desakan di kereta lalu terjatuh seperti saat itu, dia juga tak perlu naik bus dan mengangkat barang, Sasuke tersenyum sebentar, merasa menyesal karena tadi tak mengucapkan banyak kata, dia juga tak bisa menahan lengan gadis itu untuk tetap tinggal, karena kini dia masih belum memiliki apapun, dia tak bisa menjanjikan apapun, dan tak bisa memaksa Sakura untuk menerus mengerti tentang keadaannya yang malang, dia juga sudah memperhitungkan semuanya, rumah, barang-barang dan segala sesuatu untuk membuat Sakura bahagia dan ternyata membutuhkan banyak sekali waktu, perempuan itu tak seharusnya menunggu sebegitu lamanya.

'Sasuke kalau butuh apa-apa, uang atau apapun kau bisa menghubungi kakak, ayah atau ibu, bukannya kami tak menghargaimu ya, kau itu masih sekolah dan kamu juga ada bagian dari keluarga,' suara Itachi di bandar saat itu terus terngiang, sampai kapanpun dia tak akan pernah meminta pada mereka, sesulit apapun, dia akan terus berdiri sendiri.

So Long! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang