46

3.7K 488 245
                                    

'Breath'

.


.

Seperti biasa jika Sakura sudah sampai ke rumah tepat pukul sepuluh sang ibu pasti sedang membuat susu coklat dan buah apel kupas untuknya, kadang sambil nyanyi-nyanyi lagu jadul, atau sambil main onet, bahkan pernah juga sambil senam lantai.

"Tidak mau buah yang lain gitu?" tanya sang ibu saat melihat Sakura sudah berhasil menghabiskan potongan terakhir.

"Tidak,"

"Hebat, cuma kasihan saja ususmu tiap hari ketemunya sama apel terusss,"

"Bisa saja mereka saling suka 'kan bu di perutku? dan melakukan beberapa kencan malam," Tsunade terkekeh masih nyaman dengan apa yang dia lihat sekarang, anaknya terlihat lebih dewasa sekarang.

"Yasudah deh, oh iya kenapa makannya cepat? Tumben, biasanya makan sambil melamun, sambil garuk kepala, atau kadang sambil mendengarkan musik, lah sekarang lancar sekali," Sakura tersenyum sambil meneguk susunya yang tinggal setetes.

"Mau tidur bu, ngantuk," padahal sih ingin cepat-cepat mencari sesuatu yang sedikit mengganggu perasaannya sejak tadi pagi, dan dia berharap ibunya pun melakukan hal yang sama, tertidur saat Sakura masuk ke kamar.

"Aku ke kamar dulu ya bu," Tsunade mengangguk sambil membereskan piring dan gelas.

"Mimpi indah sayang," Sakura pun beranjak meninggalkan ruang makan dengan langkah yang lumayan berat dan perasaan yang aneh, takut kalau rencananya berantakan.

"Ibu juga ya,"

Dia masih menunggu waktu yang tepat untuk mencari berkas-berkas di ruangan kerja ayahnya, walaupun sesaat lalu Sakura sudah melihat bahwa ruang makan sudah gelap, tapi tetap saja dia tak boleh sembarangan, dia juga bahkan sudah mematikan lampu kamarnya dari tadi, berharap sang ibu bisa tenang dan cepat terlelap.

"Aman," ucapnya pada diri sendiri setelah dengan seenak jidatnya memantau ruangan memakai cctv di ponsel, untung saja tadi pagi sempat tanya-tanya pada security, jadi sekarang ada gunanya juga.

Dia melangkahkan kaki dengan kecepatan yang lumayan tapi tak mengeluarkan suara, dia memutuskan untuk tak memakai sandal juga, terlalu beresiko.

Ruangan kerja ayahnya yang bahkan kuncinya menggantung di knop luar, membuat Sakura tak usah susah-susah kerepotan mencari kunci, padahal tadi pagi dia sudah mengambil kunci cadangan ternyata tak di butuhkan.

"Yosh," dia juga tak menghidupkan lampu, dengan modal senter ponsel Sakura mencari satu persatu berkas, dia yakin pasti ada di sini, mengingat universitas yang Ino sebutkan terlalu luar biasa, jika sampai ada yang lolos pasti berkasnya akan Jiraiya simpan baik-baik, atau mungkin akan di beri pigura.

"Huh," tak ketemu atau bahkan tak ada yang lulus? Sakura tersenyum dengan kebahagiaan membuncah di dada, seluruh laci sudah di periksa dan dia yakin tak melewatkan satu pun, dia pasti akan mimpi indah sekalii malam ini.

"Eh," Sakura tak sengaja menjatuhkan satu buah map berwarna kuning mencolok walaupun ruangannya gelap ke lantai, dengan sigap Sakura mengambilnya, ternyata dari tadi ada satu buah map yang di masukan kedalam map lain, Sakura pikir isinya sama dengan map yang tadi dia baca, ternyata berbeda.

'Berkas Universitas 'Pierrot' tak mau membuang waktu gadis itu pun membukanya dengan satu lengan, karena lengannya yang lain dipakai untuk penerangan, dia membaca semuanya, sampai akhir.

Sakura merasa lututnya lemas, ah bukan bukan  hanya lutut tapi seluruh organ tubuhnya tiba-tiba saja menegang, tapi dia masih mampu untuk menyimpan map itu ke tempat semula, dia juga masih bisa berjalan dengan benar, walaupun airmatanya sudah jatuh, dia tetap berjalan, yang terpenting harus masuk ke kamarnya dulu, jika sudah sampai, entahlah dia pun tak tau harus melakukan apa.

So Long! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang