***Sakura adalah tipe manusia yang di kategorikan tidak bisa tidur cepat, dia menganut sistem melakukan apa saja sebelum tidur, dan malam ini dia memilih untuk melamun saja, biasanya jam segini dia masih duduk manis dilantai rumah Sasuke yang dingin, jika beruntung sedang jalan-jalan, atau mengganggu laki-laki itu belajar, tapi kali ini tak boleh, dia harus bersyukur dengan keadaan kamarnya yang sepi, dia tuh bosan seumur hidup disini terus.
"Sakura, mau puding?" ibunya kali ini langsung masuk saja karena pintu kamar Sakura terbuka, anak itu tak juga merubah ekspresi wajahnya dari kemarin, pasti gara-gara itu.
"Boleh," dan satu suapan dia dapatkan begitu saja.
"Ih aku tak mau di suapin lagi," ucapnya kesal sambil berniat membuang puding itu di mulutnya.
"Hei jangan dilepeh," ibunya langsung menutup mulut Sakura, anaknya berusaha untuk melepaskan tapi tenaganya tak cukup, dia lupa ibunya ini jago karate.
"Kalau mau dilepas, telan dulu makanannya," mau tak mau Sakura menelannya, berharap kejadian barusan bisa terlupakan dalam ingatan.
"Kalau ayah lihat nanti aku dibilang manja, aku kan tidak manja," ucapnya sambil menengok kanan-kiri, berharap ayahnya tak menonton adegan terlarang yang barusan.
"Ayahmu sudah tidur, tenang saja," tapi tetap saja Sakura tak bisa bernapas tenang seperti tadi.
"Tumben," ucap ibunya lagi menatap anaknya yang sedang cemberut, tak biasanya dia berada disini di jam delapan malam lebih sedikit.
"Apa?"
"Tumben tidak mengajak supirmu jalan-jalan," ibunya tertawa melihat ekspresi aneh Sakura, siapa coba yang mengajak supir jalan-jalan?
"Aku itu belajar, bukannya mengajak pak supir jalan-jalan," ibunya pun duduk di dekat anak satu-satunya itu, masih tertawa, membayangkan mereka berdua berjalan-jalan di bawah sinar bulan.
"Iya deh tumben tak belajar, apa sudah sadar lagi bahwa belajar itu susah?" Sakura mengangguk, dia memang sudah tak niat lagi untuk lulus.
"Apa sedang berantem dengan Sasuke?" anak itu diam tampak berpikir sejenak lalu menggeleng, kenyataannya mereka memang tidak begitu.
"Lalu kenapa? Akhir-akhir ini murung terus, padahal dua bulan kemarin sering tertawa sampai sering mengeluh pipimu sakit," dan tiba-tiba ibunya harus mendengar tawa sumbang Sakura yang menggelegar, sampai-sampai ayahnya bangun dari tidur lalu mendatangi mereka, ketakutan katanya mendengar suara hantu wanita tertawa, lalu kembali lagi ke kamarnya saat tau bahwa itu suara Sakura, tak lupa ayahnya pun mencubit pipi Sakura sampai merah karena kesal di buat terkejut malam-malam, coba saja kalau dia punya penyakit jantung.
"Sakura anak ibu, kau itu kenapa?" Sakura menggeleng sambil mengusap-usap pipinya yang panas akibat di cubit, salah ibunya tadi pakai bilang begitu, jadi dia kena cubit kan.
"Ibu ingat tidak saat aku kecil pernah merebut mainan Shion, yang tetangga kita itu?" ibunya tampak menimang-nimang, dia tak ingat tapi dia pura-pura ingat saja.
"Iya ingat, kenapa memangnya?"
"Saat itu aku suka sekali merebut mainannya, dan yang terakhir itu, delman-delmanan yang ada barbienya itu, aku mengambilnya terus dia menangis, terus mainannya rusak, terus dia sakit karena menangis terus," ibunya mengangguk-anggukan kepala, walaupun merasa aneh juga tiba-tiba Sakura membahas ini.
"Dia tak mau memaafkan aku, kita musuhan sampai besar, aku sedih sekali, makanya sampai sekarang aku tak mau merebut apapun dari siapapun,"
"Jadi?" ibunya bertanya lagi, tidak paham akan ucapan anaknya itu.
"Itu adalah jawaban dari pertanyaan ibu yang tadi, yang menanyakan kenapa aku tak pergi ke tempat Sasuke."
***
Sakura masuk ke kelas seperti biasanya dengan langkah besar-besar, kemarin obrolannya dengan Naruto terpotong gara-gara anak itu harus langsung pulang saat bel berbunyi, katanya kalau sudah cinta tak bisa pisah lama-lama dengan ikan-ikan itu.
Tapi tak di sangka dia malah bertemu Sasuke yang akan keluar dari kelas, laki-laki itu sedikit membuka mulut saat melihat Sakura yang berdiri di depannya.
"Jangan bicara, aku tak akan bicara padamu soalnya BYE," ucapnya kemudian berlalu, meninggalkan Sasuke yang mengerutkan mata, yang barusan itu bisa di sebut dengan bicara kan? Benar kan? Sasuke hanya menggeleng-gelengkan kepala lalu pergi menuju perpustakaan, terserah dia saja lah.
"Naruto, bagaimana?" belum sempat duduk di bangkunya Sakura malah lebih memilih mengajak laki-laki itu untuk bicara.
"Seperti biasa, selalu sukses, lihat uangku banyak kan?" Naruto menunjukan beberapa lembar uang, membuat Sakura tanpa sadar menadahkan tangan, tak masalah kan jika uang sebanyak itu untuk berbagi.
"Kau itu anak pemilik sekolah masa minta uang padaku?" Sakura akhirnya duduk di bangkunya sambil tertawa, memangnya kenapa kalau dia anak pemilik sekolah? Kan uang jajan dia tak banyak, kalau minta tambah pasti disuruh aneh-aneh, nilai harus bagus lah, jangan makan mie instan lagi lah, atau harus mandi dua kali sehari, dan semuanya itu sulit untuk dilakukan, makanya Sakura malas minta tambah lagi, percuma saja, akhir-akhirnya dia yang harus berkorban.
"Kalau mau baik itu harus pada semua orang dong, aku juga senang jika diberi uang," yee siapa juga yang tak senang dibagi uang cuma-cuma, masalahnya jika beramal pada orang kaya pahalanya tak begitu banyak, Naruto kan maunya berbagi dan pahalanya setimpal.
"Tidak ah," tangan yang menadah itu sudah tak ada, sekarang lengan itu malah memukul pundak Naruto yang malang.
"Dasar pelit, aku akan ingat wajahmu nanti saat dewasa, kau si peternak lele, yang tak mau berbagi, padahal aku sudah memintanya," Naruto hanya menjulingkan mata, tampak tak takut akan ucapan itu, memangnya kenapa kalau diingat terus bukannya bagus?
"Atau mau bekerja saja, jadi sekertarisku, kau akan dapat gaji,"
"Kerjanya bagaimana?" jadi sekertaris tidak begitu buruk kan? Dia hanya menulis-menulis saja, memainkan komputer, lalu hanya mengetuk ruangan Naruto kalau ada tamu.
"Ya membantuku menyaring lele lah, memasukan ke kantung, membawanya ke mobil, menguras kolam, mengganti air, memberi makan, memberi minum,"
"Itu bukan sekertaris namanya, sekertaris itu kerjanya hanya duduk sambil main komputer,"
"Kan sekertaris ternak lele, mana ada duduk-duduk di depan komputer, leleku itu nyata bukan game,"
"Ih tau ah," Sakura menyimpan tasnya dimeja, mengeluarkan satu kotak coklat, lalu memakannya, dia stres pagi-pagi begini.
"Bagi dong Sakura, sepertinya enak,"
"Tidak mau, beli saja sana sendiri, uangmu kan banyak," dan adegan ini di akhiri saat guru masuk kelas, eh kapan ada belnya kok Sakura tak dengar, dan diujung sana, dibangku yang dulu Sakura duduki, Uchiha Sasuke menatap mereka yang daritadi menjadi manusia paling ribut diantara yang lain.
Sakura, aku haus.
***
Ya allah semoga yang bikin cerita so long ini diterima kerja, semoga yang tadi chat di wa serius dan buru-buru fix-in tidak php-php lagi aamiin, makasih semuanya udah doain, heheu *maksa banget deh laaauuuu*
![](https://img.wattpad.com/cover/194013181-288-k68651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfiction"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto