.
.
.
Sasuke sekali lagi meremas kertas yang baru saja keluar dari mesin printer, selalu saja ada yang kurang, padahal ia yakin tadi semuanya sudah benar, sejenak dia berhenti, tak baik bila di teruskan jika dia terus menerus melakukan kesalahan seperti ini.
Istirahat yang cukup Sasuke, jangan terlalu sibuk.
Suara itu lagi yang terus memenuhi isi kepalanya selain tentang pelajaran dan bagaimana bisa dia mendapat uang yang cukup, musim dingin sudah mulai menunjukan taring, sudah hampir dua tahun, dan dia belum memenuhi semua rencana yang ia susun, ternyata cukup sulit, dia sedikit kerepotan.
"Halo?"
"Besok saya bisa,"
"Ah tentu, terimakasih mister," bak padang pasir yang di aliri hujan, kepalanya terasa lebih dingin dan ringan setelah mendengar suara gurunya, tapi itu tak bertahan lama saat ia menyadari bahwa sudah lebih dari enam jam Sakura tak memberi kabar, Sasuke tak tau dia menang atau tidak, bisa jadi karena terlalu senang dia sampai lupa memberi kabar atau bisa juga sebaliknya?
Lelah menduga-duga sendiri akhirnya Sasuke kembali pada ponselnya yang barusan sudah ia biarkan tergelatak tak berdaya di meja, tapi gagal, nomor wanita itu tak aktif, ada apa? Tak biasanya Sakura membiarkan ponselnya mati.
'hey kau tak ingat aturan, kau sendiri yang bilang kalau nomor ponsel itu harus selalu aktif,'
Sasuke mencari kontak ayah kandung dari gadis berambut merah muda itu, dia ingin memastikan, hanya ini yang bisa dia lakukan, tiba-tiba saja ada perasaan tak enak, walaupun bisa di bilang berlebihan tapi tetap saja.
'tolong angkat,'
Butuh waktu yang cukup lama sampai ia mendengar telponnya tersambung, semoga saja ini hanya dugaan salah saja, semoga saja Sakura lupa atau menghilangkan ponselnya lagi, walaupun yah biasanya akan langsung memberi tahu, mungkin sekarang dia sibuk selebrasi atau apalah.
"Halo, Sasuke ya?"
"Iya, maaf mengganggu pak......" belum sempat Sasuke menyelesaikan ucapan Jiraiya malah memotongnya.
"Sakura ...... Sakura..."
****
Pertandingan berjalan cukup seru, mereka berdua tampak sudah sangat handal memotong, menggoreng, merebus, mengukus, semua bahan makanan yang di sediakan, Sakura tersenyum senang karena semua yang ada di depan matanya bisa ia masak dengan baik, waktunya cukup, penyajiannya juga lumayan, tak berantakan seperti dulu.
"Waktu yang tersisa tinggal empat puluh menit lagi," sorak sorai penonton yang mendukung Temari tak membuat Sakura kehilangan konsentrasi, tatapan matanya sesekali hanya memperhatikan sang ibu yang membawa poster besar sekali, berteriak dengan heboh, sementara ayahnya tetap memasang wajah dingin, andai saja bisa jujur bahwa ayahnya tak cocok jadi cowok cool.
"Semangat Sakura," teriak sang ibu saat penonton yang lain mulai terdiam, Sakura mengepalkan tangannya lalu menganggukan kepala sambil tersenyum.
"Siap bu," ucapnya pelan, tapi Sakura yakin ibunya mengerti, lalu setelah ia melihat Tsunade yang bersemangat tiba-tiba saja ruangan penuh manusia itu mendadak menggelap, suara-suara itu terasa menggema di kepalanya dan yang terakhir ia merasa perutnya perih dan mual, kenapa? Padahal dia belum selesai.
"SAKU--RA," dan pada akhirnya, pertahanan terakhirnya rubuh, dia masih bisa merasakan beberapa orang terus memanggil namanya, dia juga bisa merasakan tubuhnya di pegang oleh seseorang, dia melaju, dia merasakan angin, tapi matanya berat, tapi kepalanya pusing dan yang paling terasa adalah....
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfiction"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto