Teman itu selamanya, walaupun ada luka yang tercipta kata maaf selalu ada, berbeda dengan pasangan/kekasih, dari berbagai keluhan dan riset banyak sekali yang sudah mengakhiri hubungan tak bisa kembali membaik, singkatnya tak akan ada pertemanan lagi setelah putus.
***Sakura sudah membeli sebotol air mineral tapi laki-laki itu masih berdiam diri di toilet, daripada bosan menunggu dia memilih memakan permen warna-warni yang berisi coklat dan kacang, lumayan rasanya enak juga.
"Sasuke," panggilnya setelah mendengar pintu toilet terbuka, laki-laki itu sudah berpakaian rapi, rambutnya pun basah.
"Kau mau pergi?" tanya Sakura lagi setelah merasa laki-laki itu tetap diam saat namanya dipanggil.
"Iya," Sasuke mengambil satu buah handuk kecil yang di jemur, mencoba mengeringkan rambutnya lalu menyisirnya perlahan.
"Aku ikut ya," kali ini Sakura mendekati sosok yang baru selesai mandi itu, dia tampak bagus jika sedang begini.
"Tidak,"
"Memangnya mau kemana coba ku tebak, hmm ...panti?" Sasuke menggeleng tampak sibuk mencari sesuatu, jika bukan kesana berarti..
"Atau pergi dengan Karin?" entahlah hanya itu yang bisa dia pikirkan, tak mungkin kan Sasuke bekerja siang bolong begini.
"Aa," Sakura beranjak mendekat pada sosok itu, melihat Sasuke dari atas sampai bawah.
"Kalau bertemu wanita jangan terlalu rapi begini," Sakura sudah berada di depan Sasuke, membenarkan tatanan rambut juga melepaskan satu kancing yang tampak menutupi tulang selangkanya.
"Kalau begini kan keren," Sasuke hanya menatap perempuan itu tanpa bernapas, di depannya kali ini tampak Sakura yang sibuk sendiri dengan penampilannya, tampak jauh berbeda dengan dia yang biasanya, senyumnya pun hilang, dia tampak sangat fokus sekali.
"Nah sudah," Sakura melepaskan kemeja Sasuke lalu tersenyum ke arah laki-laki itu tapi tanpa disengaja mereka malah bertatapan, dan jantung Sakura terasa tak nyaman lagi, dia pun mengalihkan pandangan, bertanya-tanya kenapa ada getaran aneh, apa karena tatapan Sasuke menakutkan?
"Apa kau akan terus di sini?" Sakura menggeleng, dia mungkin akan pergi ke rumah Tenten atau kembali ke rumahnya, entahlah kemana saja asal jangan di sini.
"Oh, pergi saja sekarang kalau begitu," gadis itu tersenyum lemah, sekali lagi berusaha menatap Sasuke, dia tak boleh takut.
"Kau mengusirku terus, kenapa sih?"
"Kau itu merepotkan," Sakura mengangguk-anggukan kepala, lalu berusaha untuk sedikit menjauh, entah karena apa, badannya bergerak sendiri.
"Padahal kalau tak ada aku tak akan ramai loh," ucapnya percaya diri, tapi memang benar kok, Sasuke itu hidup terlalu lurus, terlalu tertata, terlalu sempurna, makanya harus kenal Sakura agar kesempurnaannya ada yang menguji.
"Aku suka hidupku yang sepi," jawabnya datar tapi terdengar cukup serius.
"Dan kau suka Karin," Sasuke menaikan kedua bahu, tampak tak mau membahas ini lagi.
"Aku jadi tak khawatir, kau malah bisa memiliki kehidupan remaja yang manis, hari minggu berjalan-jalan dengan orang yang disukai, pasti senang ya?" kali ini Sasuke tak menjawab melalui ucapan atau bahasa tubuh, laki-laki itu diam saja sambil memakai jam tangan, dia sudah siap dan akan segera pergi.
"Hati-hati,"
"Oke," Sasuke pun pergi meninggalkan dia sendirian, kali ini hatinya sakit lagi seperti saat itu, tapi kali ini dia tau apa alasannya, bukan karena lupa sesuatu, atau tersangkut sesuatu, tapi karena Sasuke yang pergi dengan perempuan lain, bahunya bahkan sudah menjauh, tapi tak apa-apa, karena teman itu selamanya, karena teman itu tak akan pernah berpisah, karena teman itu ...tak memiliki hak untuk menahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fiksi Penggemar"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto