'Silent'
.
.
"Aku malas sekali kalau ingat besok, aku malas sekolah," sudah bisa di pastikan sosok manusia yang berbicara seperti itu, tidak lain dan tidak bukan Haruno Sakura yang masih memukul-mukul kasur malang milik Sasuke.
"Sasuke, kau tak akan sakit lagi 'kan kalau sekolah?"
"Tidak, kecuali kau mengajaku mengelilingi kampung lagi," ini adalah penghujung hari dimana mereka berdua bebas tugas tanpa harus pergi ke sekolah, padahal mereka libur lebih lama daripada kelas yang lain, tapi tetap saja rasanya kurang.
"Kenapa tidak sakit saja sih? Agar aku punya alasan tak masuk sekolah," Sasuke hanya menggelengkan kepalanya walaupun dia sedang sibuk membaca buku biografi seseorang yang tebalnya bahkan melebihi gumpalan perut Jiraiya.
"Tak akan ku biarkan penderitaanku menjadi peluang kebahagiaanmu,"
"Oke oke," Sakura sudah tak nyaman lagi tidur-tiduran dan memilih duduk di dekat Sasuke, ya dekat saja, kursinya hanya satu, jadi Sakura duduk di lantai saja, mengikuti naluri karena badannya pegal tiduran terus.
"Ini hari terakhir loh, kau tak mau melihat langit malam secara langsung? Saljunya tak banyak, aku ingin...."
"Film romantis lagi?" tebakan Sasuke seratus persen benar, keliatannya memang menyenangkan kok melihat langit malam yang sedikit bersalju bersama kekasih, seperti film drama romantis yang selalu Sakura lihat setiap sabtu malam di channel favoritnya.
"Tapi jangan deh, nanti kau sakit," Sakura selalu melupakan satu fakta yang penting, kenapa sih dia harus terlihat bodoh terus?
"Bukannya kau mau? Biar ada alasan tak masuk sekolah," nada suaranya datar dan dingin seperti biasa tapi entah mengapa Sakura sedikit tergelitik mendengar ucapan itu.
"Jadi kau mau menjadi peluang kebahagiaanku?" tanya Sakura super heboh, padahal hal yang seperti ini tak seharusnya ditanggapi berlebihan begitu 'kan?
"Tidak juga,"
"Yasudah aku keluar sebentar ya, besok-besok kalau lihat langit rasanya pasti jadi berbeda," dia berdiri dengan cepat, tubuhn Sakura 'kan enteng jadi kalau berdiri pasti cepat deh.
"Bedanya?" tapi Sasuke masih belum sepenuhnya mengakhiri perbincangan ini.
"Kalau sekarang malam liburan terakhir, dan besok malam pertama kali masuk sekolah, jadi beda, besok pasti aku tak senang melihat langit," sudah terdengar suara kerikan pintu yang terbuka, juga suara angin yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan yang tak besar itu.
"Tapi kalau lihat Sasuke, tak akan ada yang beda kok," ucapnya lumayan keras sambil menutup pintu, menyisakan sebuah rasa yang sulit dicerna oleh si lelaki berambut hitam kebiruan sedikit, dia langsung menaruh buku tebal itu di meja, sepintas menatap pintu yang sudah sepenuhnya tertutup, perempuan itu tak lagi ada disana.
"Haruno Sakura," bisiknya yang hanya terdengar oleh dia sendiri, entah mengapa dari dulu selalu ada perasaan aneh jika Sasuke menyebut nama lengkap perempuan itu, hingga dia sadar dari lamunan, dan tak ingin menunggu waktu lebih lama berlalu, dia pun pergi menuju tempat yang tadi Sakura sempat sebutkan, tak lupa mantel tebal dan syal, tak lupa sedikit senyum lemah.
"Eh?" Sasuke tanpa aba-aba mengamit kelima jari Sakura dengan sedikit gerakan tak mulus, hingga si rambut merah muda sedikit terkejut, dia pikir ada hantu lewat.
"Pakai sarung tangan," perintah Sasuke yang hanya dibalas dengan sedikit senyum.
"Aku kan kuat," ucap Sakura sambil menaikan genggaman lengan Sasuke ke udara, hal seperti ini sudah sering terjadi, laki-laki itu sudah tak merasa kesal lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfiction"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto