13

4.1K 519 142
                                    


Aku tak menyangka akan menangis tersedu-sedu di bahu seseorang yang tak memiliki ikatan darah denganku, sebenarnya ada beberapa alasan mengapa aku tak suka menangis, salah satunya reaksi ibuku yang berlebihan, jika ada yang membuatku terluka ibu akan berusaha bagaimana pun caranya agar luka itu tak ku temui lagi, penjagaannya pun jadi lebih ketat, kebebasan yang aku miliki sebelumnya bisa jadi akan hilang, makanya aku tak mau menangis.


***

"Ada apa kesini lagi? Memangnya kau masih memiliki tekad?" laki-laki itu salah perkiraan, dia menyangka perempuan yang tadi menangis sampai ingusnya menempel di seragam Sasuke tak akan pernah datang kerumahnya lagi, karena apa? Bukan kah prioritasnya sudah tak ada? Atau dia cukup nekat? Seperti membelah tubuh Sai jadi dua begitu? mungkin-mungkin saja 'kan, mengingat gadis ini sedikit ..bar-bar?

"Tekad apa?" jawabnya dengan pandangan yang sama seperti dulu, Sasuke pikir gadis ini akan menangis di bawah bantal sampai ketiduran atau menatap langit malam sambil mendengarkan lagu mellow setelah kejadian tadi pagi, tak di sangka gadis itu malah duduk di lantai rumahnya sambil mengunyah permen karet, jangan lupakan headphone yang sebesar gaban itu, kenapa tak sekalian pakai speaker?

"Lulus dan kuliah di Konoha university mungkin," Sasuke kali ini tak langsung pergi ke toilet untuk mandi, bisa dibilang dia cukup penasaran tentang keadaan gadis ini.

"Memangnya aku kesini mau belajar gitu?" perempuan itu menarik beberapa permen karet disaku jeansnya yang masih tersegel, berniat memberikan pada Sasuke tapi laki-laki itu menolak.

"Terus mau apa?

"Main," ucap Sakura sambil memasukan kembali permen karet berwarna merah muda ke sakunya itu lalu beranjak.

"Ku ingatkan, di sini bukan taman bermain anak-anak," Sakura tersenyum lalu duduk di ranjang kumuh yang entah sejak kapan ada di sini, yang jelas sih dia main duduk-duduk saja habis bokongnya dingin duduk di ubin daritadi.

"Memang bukan, ini sejenis bermain ke rumah teman,"

"Kenapa tidak ke rumah Tenten saja atau Ino..." ucapnya tanpa kontrol tapi melihat ekspresi Sakura yang begitu-begitu saja sepertinya tak salah jika menyebut nama Ino.

"Kau tidak tau sih, ibunya Tenten galak sekali, kita tidak boleh berisik kalau main kesana, berisik sedikit langsung dimarahi, jadi aku harus diam saja, padahal bibirku gatal sekali ingin bicara, pokoknya tidak seru deh," dan Sasuke tadi seharusnya mandi saja, wanita ini sepertinya berada dalam kesehatan mental yang baik, dan seharusnya Sasuke tak perlu khawatir sedikit pun.

"Kalau ke rumah Ino kita hanya diam saja di kamarnya tapi Ino nya malah tidak ada, dia itu sibuk, selain sekolah menjadi model juga, lagipula sekarang dia berpacaran dengan Sai, pasti lebih sibuk lagi hehe," ucapnya dengan nada aneh, tapi tetap saja wajahnya berbinar, memang Sasuke tak pernah bisa mengerti tentang jenis manusia ini.

"Aku mau mandi," ucap Sasuke akhirnya, tak mau lagi mendengar cerita gadis itu dengan badan yang gatal, toh dia baik-baik saja, tak mungkin akan bunuh diri dirumahnya, jadi ini aman.

Dan setelah Sasuke mandi pun gadis itu masih ada di sana, masih saja tak bisa diam mengacak-acak barang.

"Keluar yuk?" ajaknya yang tentu saja di tolak mentah-mentah oleh Sasuke, lebih baik istirahat atau belajar 'kan?

"Kau tega sekali pada wanita yang sedang patah hati," tiba-tiba saja Sakura cemberut, menatap Sasuke dengan mata yang sedih.

"Kau bahkan tak terlihat sedang patah hati sedikit pun,"

"Memangnya kau bisa melihat hatiku?" Sakura sekarang mendekati sosok yang masih berdiri di dekat pintu toilet itu.

"Tidak, tapi aku cukup yakin kau baik-baik saja,"

So Long! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang