What if?.
.
Pagi yang sulit untuk di jelaskan, ada banyak perubahan yang Sasuke sadari, beberapa bulan yang ia lalui bersama gadis itu, terkadang dia ingin menjauh, mengambil langkah sebanyak-banyaknya, tapi ternyata dia masih di sini, menatap langit dari jendela kumuh, masih mendengarkan suaranya yang nyaring di sambungan telpon, masih mengikuti jejak takdir, ternyata lumayan menyenangkan juga.
'Sasuke, aku kesana sekarang deh, kasian Kak Itachi, pasti dia belum makan,' sudut bibirnya berkedut, merasa jengah dan lelah menghadapi laki-laki aneh itu, semenjak pertemuan mereka di rumah sakit, sosok itu terus menghantuinya, mengganggu ketenangan, hei alam semesta, apa Sakura masih belum cukup?
"Jangan, kalau lapar dia pasti mencari makan sendiri,"
'Kemarin aku lihat dia pucat, kalau dia mati di depan rumahmu bagaimana? Nanti rumahmu ada garis polisinya, nanti aku dilarang masuk kesana tau,'
"Sudahlah biarkan saja," sebenarnya Sasuke pun merasa sedikit kasihan, tapi setelah mendengar kalimat menjijikan keluar dari mulut orang itu mau tak mau dia harus jadi jahat juga, mau mati kek, mau berjalan memakai tangan kek, itu pilihan dia sendiri, jadi Sasuke tak bisa di salahkan kalau orang itu kenapa-kenapa.
'Oh iya semalam aku menaruh termos di meja belajarmu, pagi-pagi minum coklat panas pasti menghangatkan perut,' Sasuke sudah melakukannya sebelum gadis itu menelpon, sekarang jatah minumnya di ganti dengan air panas di termos, dan tentu saja motifnya aneh-aneh, tangan Sasuke bahkan kemarin hampir terkena air panas gara-gara menekan kepala gajah, Sasuke pikir itu hanya hiasan saja padahal tombol untuk membuat airnya mengalir.
'Kau yakin tak mau mengasihani Kak Itachi?'
"Untuk apa mengasihani orang seperti dia?"
'Lagipula dia itu ...' Sakura tak bersuara lagi, sepertinya dia keceplosan.
"Apa?" kemarin laki-laki gondrong sialan itu menunjukan hasil test dna padanya dan pada Sakura, positif, tapi tetap saja Sasuke menutup mata, ini tak masuk akal, makanya dia malas berbicara pada orang itu lagi.
"Kau mau bilang tentang hasil tes itu?"
'Tidak, aha kau salah, tumben sekali tebakanmu meleset,' padahal benar, tebakan Sasuke selalu benar, Sakura tadi keceplosan, untung keceplosannya hanya sedikit, kalau semuanya nanti dia di amuk lagi, dan tentu saja Sakura tak mau hal seperti itu terulang.
'Sasuke aku dipanggil ibu, nanti aku main kesana ya sebentar lagi, sampai jumpa,' padahal tak ada, ibunya sedang terlelap tidur, bahkan sang ibu banyak melewatkan waktu sarapan dengan alasan tak kuat bangun dari kasur, padahal sih bilang saja malas, tapi kalau Sakura sih tak malas, dia malah ingin cepat-cepat bangun untuk bertemu Sasuke, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk bergegas, dia harus cepat.
Tut tut ...sambungan itu terputus, pembohong abal, sungguh tak cocok seseorang seperti dia melakukan hal yang salah, dia tak pandai untuk sekadar berbohong, padahal apa sih susahnya bohong? Mengapa yang seperti itu pun dia tak mahir?
"Sasuke, boleh minta air hangat?" suaranya sayup-sayup terdengar karena barusan ada angin yang berhembus, tangan Sasuke sudah hendak mengambil termos yang ada di depannya tapi tak jadi, dia tak boleh baik pada orang asing, apalagi orang asing yang berbicara kalau Sasuke adalah keluarganya, jadi biarkan saja, banyak air hangat di sekitar sini, tak selalu harus di rumahnya.
Tok tok ... "Sasuke? Sudah bangun 'kan?" ketukan demi ketukan terus menggema di telinga Sasuke, ini terlalu aneh, musim dingin kali ini tampaknya dia memiliki banyak kesialan, salahnya sendiri tak pernah ikut acara festival tahunan, jadi tak tau ramalan nasib, tapi masa bodoh, semenjak lahir pun dia tak pernah beruntung.

KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfiction"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto