[ by phone 2 ]

2.6K 380 60
                                    

.

.

.

Dia berlatih dengan begitu keras, sesuai dengan apa yang Sasuke ucapkan, apapun yang ingin kita capai pasti akan berhasil jika kita mau berusaha dengan keras dan terus fokus pada tujuan itu sendiri, itulah alasan kenapa Sakura berdiri di depan kelasnya bersama dengan Temari, dari beberapa kelas hanya dua orang saja yang masuk ke final, dan sungguh sesuatu hal yang sulit untuk di percaya Haruno Sakura bisa bersanding dengan Temari, sesuatu yang membuat mereka semua cukup terkejut meskipun beberapa orang sudah tau karena melihat perkembangan Sakura yang begitu pesat.

"Kalian akan merebutkan posisi itu lusa nanti, tolong istirahat yang cukup," ucap kepala tim sambil tersenyum, sebentar lagi tim inti akan kedatangan satu orang yang berbakat, yang satu sudah tak di ragukan lagi dari awal, dan yang satu nya adalah kejutan, peserta yang benar-benar meningkat dalam waktu singkat.

"Siap kakak," jawab Sakura dan Temari nyaris berbarengan, lalu mereka semua kembali ke meja masing-masing dan bersiap untuk pulang.

"Kau menyuap pihak panita 'kan?" tanya seorang perempuan berambut ikal, bulu matanya panjang dan bagus, hanya ucapannya saja yang menyebalkan.

"Tidak, lagi pula tak ada yang kenal, bagaimana bisa menyuapi?" jawab Sakura enteng, lagi pula mereka semua sudah besar, bagaimana bisa Sakura melakukan hal seperti itu?

"Enak ya jadi kau, pakai uang dan semuanya beres deh," timpal yang lain sambil terus mengikuti Sakura berjalan.

"Aku tidak mengerti, kau bicara mengenai apa sih? Kok jadi bawa-bawa uang?" dia menggapai tasnya hendak pergi namun langkahnya terhenti melihat mereka semua menatapnya tajam.

"Kau curang 'kan?" suara itu cukup melengking keras, bikin sakit telinga tapi masih kalah oleh nada dering telpon Sakura.

"Sebentar ya aku angkat telpon dulu," Sakura berhasil pergi, dia tersenyum, berterimakasih pada Sasuke yang membuatnya bisa pergi dari kerumunan perempuan-perempuan seram, untung Sakura bukan daging kalau iya bisa habis kali di makan.

"Bagaimana?"

"Maaf Sasuke," ucapnya sedih dengan penuh drama, sudah mulai bisa pura-pura ternyata.

"Yasudah, belajar lagi kalau begitu,"

"Maaf, aku lolos sampai final," ucapnya riang, ternyata dia tak bisa lama-lama pura-puranya, susah juga ya tak pamer, padahal mau sedih-sedihan dulu tapi ahhhh tak sempat.

"Selamat,"

"Selamat saja nih?" dia berjalan agak cepat, takut juga kalau mereka semua mengikutinya.

"Kenapa napas mu tak beraturan begitu?" tanya Sasuke lagi, tak merespon pertanyaan Sakura yang barusan.

"Aku takut," suaranya terdengar cukup berbeda, Sasuke sadar tentang itu.

"Ada yang mengikutimu? Tolong telpon siapa saja, matikan saja telponku," ucapnya gusar, Sakura langsung tertawa, merasa bersalah karena sudah membuat pacarnya khawatir.

"Hehe aku bercanda, bagaimana bisa ku matikan, aku kan kangen," dia sudah berhasil memberhentikan taksi, sudah masuk dan duduk dengan nyaman.

"Tidak lucu tau,"

"Sasuke sih tegang terus, bercanda sekali-kali kan tidak apa-apa," tak ada suara yang telinga Sakura tangkap, laki-laki itu diam mungkin masih kesal.

"Yasudah aku cerita deh,"

"Bercanda lagi 'kan?"

"Tidak, ini serius," Sakura menatap pepohonan tinggi menjulang dengan mata yang sedikit sembab, akhir-akhir ini banyak sekali kejadian yang membuat dia sedih.

"Mereka terus saja bilang kalau aku curang, padahal aku kan tidak, ayah saja sedang kesal padaku bagaimana bisa aku curang memakai uang?" Sakura juga beberapa kali mendapatkan mimpi buruk, bangun tidur dadanya terasa sakit, terkadang malas pergi ke kampus, dia menderita untuk beberapa alasan.

"Mereka tidak tau saja, aku kurang tidur, berlatih sampai tanganku kapalan, rambutku berminyak terus-terusan di dapur, tapi tetap saja mereka menganggapku curang," dia melewati rumahnya, Sakura sadar akan hal itu hanya saja dia juga tak bisa pulang dengan keadaan menyedihkan begini.

"Maaf,"

"Kenapa kau minta maaf?" tanya Sakura, dia kesal tak mendapatkan saran apapun tapi juga lega karena tak memendam hal seperti ini sendirian lagi.

"Aku tak ada di sana, aku benar-benar minta maaf,"

"Tidak apa-apa, begini saja sudah cukup kok," ucapnya tulus, dia sudah mengerti ini saat melepas Sasuke di bandara saat itu.

"Aku tak bisa bilang jangan dengarkan mereka karena kau pasti sudah berusaha untuk itu dan mereka tetap melakukan hal yang sama 'kan?" Sakura mengangguk, matanya masih fokus pada pemandangan sore yang bagus.

"Aku juga tak bisa menyuruhmu untuk berhenti mengikuti tes itu, kau sudah lolos, aku hanya mau bilang kalau kau hebat sudah bertahan sampai detik ini, aku tau rasanya tak punya teman, tapi kita tetap harus fokus pada tujuan kita 'kan?"

"Ya, aku bahagia Sasuke berbicara banyak sekali, aku akan tetap ikut tes itu kok, aku tak apa-apa di bilang curang yang penting aku tidak begitu, aku juga berusaha,"

"Semangat,"

"Tentu saja," mereka terdiam untuk beberapa waktu, tak lama sampai Sakura mengenali satu jalan menuju rumah Sasuke, sudah lama rasanya tak melalui jalan ini dengan perasaan bahagia.

"Sasuke?"

"Hm?"

"Aku sedang menuju rumahmu," laki-laki itu diam lalu suara tersenyumnya memenuhi telinga Sakura, membuat wanita itu ikut tersenyum juga.

"Kau tidak pergi ke sini lagi 'kan?"

"Rumahmu yang di Konoha,"

"Ah, kok tiba-tiba kesana?"

"Hm entahlah, hanya saja dulu aku selalu senang jika akan pergi kesini, mungkin sekarang pun begitu," Sakura menunjuk ke arah kanan saat supir bertanya ke arah mana lagi mereka akan pergi.

"Sakura?"

"Apa?"

"Aku sedang bekerja di restoran jika jam segini,"

"Sengaja, agar aku bisa menaruh coklat di ranjang tidurmu,"

"Nanti coklatnya ku hitung,"

"Ha? memangnya kau sering menghitungnya?"

"Ya, kalau bertambah berarti kau datang lagi,"

"Ah berarti ketauan dong kalau aku setiap hari ke rumahmu?"

"Tentu saja," Sakura tertawa, dia tak pernah kepikiran jika Sasuke akan melakukan hal yang seperti itu.

"Yasudah sekarang aku tak jadi ke rumah mu deh, aku mau pulang saja,"

"Hati-hati,"

"Iya, kau juga ada kelas 'kan?"

"Ya, sebentar lagi,"

"Oke, kututup ya," Sakura pun menutup sambungan telpon itu lalu turun dari taksi yang sedari tadi sudah berhenti di lapangan.

"Ah, tempat ini... tidak ada yang berubah," tapi rasa senang itu tak ada lagi, saat dia ingat bahwa Sasuke tak lagi menyumbangkan napas di daerah ini, sosok itu berada jauh sekali dari jangkauannya.

'harusnya kalau aku menang dan masuk tim inti, kau datang kesini memberiku selamat, tapi tak bisa ya? jarak kita ini membuat segala sesuatu menjadi sangat mustahil ya?'

Angin nya pun terasa berbeda, Sakura kembali lagi ke dalam taksi, meninggalkan beberapa bayangan yang tercipta saat mereka bersama dulu, saat Sakura bisa mendengar detak jantung Sasuke dalam jarak yang sangat dekat.

****

So Long! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang