43

3.3K 463 184
                                    


Dreams.

.


.


Ini bahkan belum bisa di sebut pagi karena sedikit pun cahaya matahari belum tampak, tapi pintu rumah Sasuke terus-terusan mengeluarkan bunyi tuk..tuk tukk dengan irama yang tak sinkron.

"Selamat pagi Sasuke, aku bawakan coklat hangat, tadi malam alergimu tak kambuh 'kan?" ucapnya tanpa nada mengantuk sedikit pun, lihat lah hari masih begitu gelap, jam pun masih menunjukan angka lima, dan perempuan ini begitu ceria dengan dres pendek selutut, apa kakinya tak beku eh?

"Aku khawatir sampai sulit tidur, kau tau aku bangun setiap lima belas menit sekali,"

"Aku baik-baik saja,"

"Ah syukurlah," dia langsung saja melangkahkan kaki masuk ke rumah mungil Sasuke tanpa menunggu perintah, dia juga dengan seenaknya membuka tempat makan yang kemarin Sasuke dapat dari sang ibu.

"Ya ampun kau belum memakannya," kali ini nada suaranya meninggi, padahal sih seharusnya biasa saja, lagipula ini bukan sesuatu yang harus di hebohkan.

"Semalam aku mengantuk sekali," jawab Sasuke malas sambil mengunci pintu dan berjalan kembali menuju ranjangnya.

"Yasudah sekarang saja,"

"Sekarang juga masih ngantuk," setelah menjatuhkan diri ke kasur dan menarik selimut, Sasuke berniat melanjutkan tidurnya, masa bodoh dengan wanita itu, salah dia sendiri juga datang terlalu pagi begini.

"Sasuke,"

"Aku mau tidur, jangan berisik."

"Tapi kau harus makan ini dulu, yasudah biar ku hangatkan," Sasuke menyeringai di balik selimutnya, mau menghangatkan pakai apa? Disini kan tak ada kompor atau sejenisnya.

"Ini agak lama sih, tapi tak apa-apa, Sasuke tidur saja dulu, kalau sudah siap aku bangunkan, tak apa-apa ya?" ada suara gaduh di sebelah sana, mau tak mau Sasuke  menoleh juga, takut wanita itu membakar rumahnya.

"Hei, tadi kau tak membawa itu 'kan?" kini Sasuke bangun dari tidurnya dengan tergesa, melihat kompor berukuran tak begitu besar hendak di nyalakan, bahkan stekernya sudah di masukan ke stopkontak.

"Tenang saja dia tak memakan banyak listrik kok," Sasuke menghela napas, memang itu cukup mencuri atensinya, tapi lebih dari sekedar listrik, kompor itu terlalu mencuri fokusnya.

"Sejak kapan benda itu ada disini?" kantuknya hilang semua, kini dia lebih memilih untuk mendekati Sakura dan kompor listrik itu.

"Sejak kau sakit, kasurmu yang basah itu pun aku ganti, kau tak sadar ya?" sebelum Sasuke mengeluarkan suara dengan tatapan membunuh Sakura sudah berhasil membekapnya, benar kata ibunya Sasuke mungkin akan marah, dan ya itu terjadi sekarang walaupun agak terlambat.

"Kalau kasurmu sudah kering akan dibawa kesini lagi kok, dan kompor ini juga, hanya akan ada saat musim dingin saja, kata ibu kau butuh ini," tak ada lagi suara yang tertangkap oleh indera pendengar mereka, yang ada hanya  suara helaan napas, dan genting yang berdentum kala angin menyapa.

"Katanya ngantuk," ruangan ini tak sepenuhnya terang, lampu tidur beruang itu pun tak memberi pencahayaan yang cukup mengingat ini masih jam tidur, salah Sakura memang datang lebih dahulu daripada mentari.

"Sekarang tidak," sejenak Sasuke tak lagi memperhatikan gerak-gerik ataupun wajah Sakura lagi, pandangannya hanya terfokus pada panci kecil yang terduduk kaku di atas kompor yang bahkan apinya tak begitu kentara, dia merasa buruk, terlalu merepotkan, dan menyedihkan, dulu dia tak pernah merasa sebegini kecilnya, perlahan dia menunduk, menatap lengannya yang menumpu tubuh agar tetap seimbang, apa dia sudah melupakan beberapa visi hidupnya untuk tak bergantung dan di kasihani, apa dia lupa bagaimana sakitnya saat harapan dihancurkan oleh mereka semua yang memiliki segalanya.

So Long! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang