Sorry!
.
.
"Kenapa kau mengambil darahku?" ucapan Sasuke yang dingin membuat sang suster kehilangan kata-kata sebentar, biasanya pasien akan patuh-patuh saja, selama dia jaga di rumah sakit ini pun semuanya tak pernah ada yang protes, ini bukan tindakan kriminal 'kan? Meskipun yaaa ini tak bisa disebut benar juga, seenaknya mengambil darah oranglain tanpa sebab, tapi kan... tapi kan... Izumi penasaran walaupun sudah yakin dua juta persen, tetap saja dia harus memiliki bukti yang kuat."Untuk memastikan bahwa virusnya tak menyebar,"
"Aku sudah sembuh," mungkin Sasuke hanya butuh satu atau dua hari saja, atau bisa jadi sore nanti dia sudah di bolehkan untuk pulang, kenapa darahnta harus diambil?
"Tapi untuk jaga-jaga tak apa-apa 'kan? Tak selalu harus saat kau sakit 'kan?"
"Terserah," musim dingin masih menguasai jagad alam, beberapa salju turun pagi ini, yang belum datang hanyalah sosok itu, perempuan yang luar biasa bikin pusing, biasanya dia datang sepuluh menit yang lalu sambil ngos-ngosan, alasannya sih memutari rumah sakit membagikan coklat, atau dia terpeleset? Atau hilang semangat makanya berkeliling kurang gairah, atau bisa juga dia masih tidur di kamarnya yang luas, godaan selimut mampu melupakan segalanya bukan?
"Sasuke... Suster... Mau cokelat? Banyak sisanya nih, entah pada kemana deh orang-orang, aku jadi kehabisan waktu mencari, tau begini langsung saja bertemu Sasuke," gadis itu datang dengan senyum lebar dia menepuk-nepuk jaketnya agar salju yang menempel hilang.
"Alasan ya, pasti kamu main salju," tebak Izumi sambil menempelkan sedikit kain kasa dan plester pada bekas suntikan di lengan Sasuke.
"Hehe habis saljunya banyak, kemarin-kemarin tak sebanyak ini sus,"
"Nah makanya orang-orang malas keluar, dingin sekali 'kan ..." Sakura menaikan kedua bahunya berusaha acuh, satu plastik coklat dia taruh di meja bersamaan dengan buah-buah yang dia ambil di kulkas sebelum berangkat kesini.
"Aku 'kan kuat, memangnya Sasuke main salju langsung sakit dia, padahal dia dingin, sifatnya seperti es balok ehh kena salju sakit, kan tak sesuai ya sus?" Izumi tersedak salivanya sendiri, Sasuke ...alergi dingin? Sebenarnya dari awal dia sudah di beritahu oleh dokter, sial kenapa baru sadar sekarang? Tapi walaupun begitu darah ini harus tetap masuk lab, biar Itachi percaya padanya dan mau berusaha sekali lagi.
"Jadi menurutmu aku lemah begitu?" Sakura yang tadinya menatap suster Izumi kini dengan cepat mengalihkan pandangan pada Sasuke.
"Aku tidak berpikir begitu, kau saja yang perasa, dasar menyebalkan gara-gara kau kita menghabiskan sepuluh hari liburan di rumah sakit, aku mau liburan denganmu di tempat romantis tau..."
"Hei kau pikir aku begini gara-gara siapa?"
"Kau sih tidak jujur, kalau jujur kan kita bisa pacaran dirumahmu berduaan sambil mencari kehangatan," mendengar ucapan lantang Sakura, Izumi yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri langsung terkejut, apa katanya mencari kehangatan? Berduaan di rumah Sasuke? Kan Sasuke tak memiliki keluarga ...
"Tidak boleh, kalian masih sekolah," tiba-tiba saja ruangan itu jadi hening, Sasuke menepuk keningnya sendiri, pasti suster itu berpikir yang macam-macam.
"Memangnya kenapa? Kan kalau hangat jadi semangat pergi ke sekolah,"
"Ha?" Sasuke yakin dia sudah sembuh dari semalam badannya tak gemetaran lagi, kepalanya pun sudah tak sakit, kenapa sekarang tiba-tiba saja sakit itu kembali menyerang? Ya ampun ....
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfiction"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto