'Ternyata belajar itu lebih sulit daripada mencintai ya?'
***Hari ini sepasang suami istri itu harus di kejutkan kembali oleh perbuatan ajaib anak semata wayangnya, dia tak duduk di meja makan, tapi disana ada sesuatu yang tertinggal, sebuah buku yang terbuka, menampilkan beberapa angka dan rumus, Jiraiya terkejut alih-alih harus bahagia, tau begini dari awal saja dia memilih Sasuke.
"Sakura?" panggil sang ibu sambil merapikan dasi suaminya yang sedikit miring, anaknya hanya menjawab 'ya' suaranya berasal dari dapur, setelah sepuluh menit dia pun bergabung dengan kedua orangtuanya di meja makan, menaruh sesuatu ditasnya lalu menutup buku itu.
"Habis apa sih? Lama sekali,"
"Ada deh," Sakura mengambil selembar roti dan selai strawbery kesukaannya, menyantap makanan itu dengan lahap.
"Kemarin pulang jam sepuluh, bangun lebih pagi, kau tak mengantuk?" tanya ibunya lagi, rasa penasaran Sakura pagi-pagi sudah di dapur lenyap begitu saja saat ia ingat kemarin anaknya itu pulang diatas jam malam yang sudah mereka sepakati, walaupun Jiraiya sudah menjelaskan bahwa Sakura belajar, tapi tetap saja dia sebagai ibu merasa sedih, baru kali ini Sakura melanggar aturan yang dia buat.
"Tidak,"
"Laki-laki itu tak macam-macam kan?" tatapan seram suaminya tak serta merta membuat dia takut, sejenius apapun lelaki itu jika sampai selarut itu dia tetap curiga juga.
"Macam-macam bagaimana?" tanya Sakura polos, kali ini dia membuka buku catatannya lagi, meyakinkan diri bahwa jawabannya benar.
"Curi-curi kesempatan, pegang-pegang kamu,"
"Hm....aku malah yang pegang-pegang dia," jawabnya enteng tak memperdulikan reaksi aneh sang ibu, dia masih sibuk menelaah soal-soal matematika yang dia kerjakan mati-matian itu.
"Kenapa kau pegang-pegang dia?" tanya ibunya lagi, sekarang dia malah takut anak jenius itu di macam-macamkan oleh Sakura.
"Karena dia diam terus," kali ini biarkah Tsunade memikirkan hal yang lebih positif, seperti ya percaya pada ucapan suaminya dibanding harus terkejut mendengar jawaban Sakura di pagi hari yang cerah ini, mungkin dia harus kembali kedunia onet.
***
"Kau datang lebih cepat lima belas menit daripada biasanya," sapa Sakura saat melihat sosok itu hendak akan duduk di bangkunya, Sasuke hanya diam, tampak tak mau menanggapi, sebenarnya Sasuke selalu datang pagi-pagi hanya saja langsung pergi ke perpustakaan, dan hari ini perpustakaan tutup katanya sih petugasnya sedang ada keperluan dan datang lebih siang, jadi mau tak mau Sasuke langsung saja ke kelas.
"Kau pasti haus," kata Sakura lagi, mengeluarkan dua botol besar minuman ion dan air putih, ternyata anak ini benar-benar membawa minum, besar pula. "Jalannya jauh sekali, kalau sedikit mana berasa kan,"
"Ayo diminum, nanti kau depresi," Sasuke mengernyit, kok depresi sih?
"Dehidrasi," ucapnya membenarkan, Sakura hanya mengangguk-anggukan kepala, tersenyum tanpa merasa malu sedikit pun.
"Iya apa saja lah yang penting sekarang, di minum dulu," sebenarnya Sasuke tak haus tapi yaah kasian juga dia sudah berat-berat membawa botol yang bisa menampung satu liter air itu.
"Dan aku juga membawa ini untukmu," Sasuke masih meneguk air tapi matanya teralih pada tempat makan lucu bermotif anjing berwarna merah mudah yang sedang Sakura pegang.
"Kemarin kan aku memakan makananmu, kau pasti lapar sekarang, maaf ya...." Sakura sama sekali tak sadar bahwa dia sedang di tatap dengan pandangan yang aneh, dia hanya menunduk menatap benda lucu yang masih bersarang di lengannya, berharap Sasuke akan menerima. "Aku tau semalam kau lapar, tapi aku egois malah memakan semuanya, aku benar-benar kelaparan, jadi sekarang....tolong makan ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfiction"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto