*****
"Jadi?" tanya Sakura masih dalam posisi yang sama seperti tadi, sulit sekali rasanya untuk melepaskan diri.
"Jadi?" ucap Sasuke dengan intonasi yang sama seperti Sakura.
"Kapan kau sampai?"
"Tadi siang," Sakura diam sejenak lalu melepaskan pelukan yang bertahan hampir sepuluh menit itu.
"Siang? Kenapa tidak datang ke pernikahan Kak Itachi?" Sakura menatap mata hitam pekat yang selalu ia suka itu, padahal waktunya sangat cukup, mengapa tak menyempatkan diri untuk singgah?
"Ada seseorang yang memintaku untuk menemuinya terlebih dulu, sebelum aku bertemu dengan yang lain, harus dia yang pertama ...hm ingat?" tentu saja perempuan itu ingat, padahal barusan dia sudah bisa berbicara dengan benar, dia juga sudah berhenti menangis, kenapa sekarang jadi sulit lagi setelah mendengar ucapan Sasuke.
"Kenapa menangis lagi?"
"Aku ingat, tapi karena aku kalah seharusnya kau tak melakukan ini," Sasuke membawa lengan Sakura untuk duduk di kursi taman, dia menyingkirkan dua kopernya dan membiarkan Sakura duduk dengan manis.
"Tidak masalah, setelah ku pikir-pikir itu bukan ide yang buruk," Sakura tersenyum sambil menghapus sisa-sisa air mata, menatap Sasuke dengan penuh kebahagiaan.
"Ayo jalan-jalan, ada festival akhir tahun, aku juga kemarin melihat ada beberapa spot foto yang bagus, berselancar di tempat ski juga sepertinya seru, ayo ayo...."
"Kan besok juga bisa," Sakura menggeleng, pria ini hanya akan ada sebentar saja di sini untuk liburan, tak boleh disia-siakan.
"Tidak bisa, aku tidak mau menyesal kalau nanti Sasuke kembali lagi kesana, aku tak mau membuang kesempatan,"
"Aku sudah mulai kedinginan, maaf," Sasuke tak bohong, tubuhnya sudah sedikit aneh walaupun yah dia yakin kalau untuk berjalan-jalan sebentar tak akan membuat penyakitnya kambuh.
"Ayo ke rumahku,"
"Aku sudah memesan hotel barusan sebelum ponselku mati," Sakura mengangguk lalu dengan sigap menawarkan diri sekali lagi.
"Ayo ku antar, aku akan membantumu membawa koper itu, aku bisa memastikan kau akan selamat sampai ke sana," Sakura beranjak lebih dulu, berharap Sasuke memberikan satu saja kesempatan karena dari tadi di tolak terus, egois dalam waktu yang seperti ini boleh 'kan?
"Mana pinjam ponselmu," Sasuke tak ikut beranjak, dia masih duduk sambil menengadahkan tangan, Sakura tak langsung memberikan barang yang diminta Sasuke, dia hanya menatap Sasuke dengan aneh.
"Aku akan menelpon ayahmu untuk meminta izin,"
"Tidak usah, ayah tidak ada di rumah, mungkin pulangnya besok, tidak apa-apa kok," Sasuke masih diam, kalau sudah begini berarti harus menurut, daripada dia terus kedinginan disini.
"Oke, biar aku yang menelpon ayah," Sakura mengeluarkan ponsel, dia sedikit menyesal juga karena tak membawa mantel atau sejenisnya, bayangan Sasuke terbaring di rumah sakit terus-terusan terputar dalam kepala.
"Halo ayah, aku hari ini pulang agak terlambat, tolong izinkan, Sasuke pulang ayaaah, aku benar-benar ingin bersama dia dulu, ayah mengerti kan? Ah harus mengerti pokoknya, ayah mau apa? Aku belikan deh, uangku banyak hasil membuat kue aku bisa belikan makanan kesukaan ayah, aku janji tidak akan mengadu pada ibu walaupun dalam keadaan genting," ucapnya dalam sekali napas, membuat sang pendengar ayahnya dan Sasuke engap.
"Iya,"
"Ahhh terimakasih ayah, aku pasti akan menjadi anak yang berbakti dan manis, yasudah ya, semangat kerjanya," ucapnya semangat sekali lalu mematikan sambungan telpon itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Fanfic"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto