Andai saja dia itu sepertimu, aku pasti akan senang.
***Mereka berdua sedang menunggu bus di halte, karena malam mulai menyapa, tak banyak bus-bus yang berlalu-lalang, mengandalkan google maps hanya kendaraan ini yang bisa mengantar mereka pergi ke kediaman Haruno, jadi mereka harus menunggu, memang bukan bus terakhir tapi tetap saja agak lama.
"Sudah tidak dingin 'kan? Sini jaketku." gadis itu masih memakai jaket lusuh miliknya, bukan apa-apa, Sasuke hanya tak suka fakta bahwa saat Sakura memakai jaket itu, Sasuke merasa jaket itu teramat kotor, benar-benar tak layak dipakai oleh dia.
"Masih dingin tau," ucapnya bohong, tentu saja sudah tak dingin, tapi Sakura menyukainya, entah karena apa, pokoknya suka.
"Tapi kau berkeringat," ada beberapa keringat diwajah putih Sakura, tentu saja lelaki sepintar Sasuke tak akan melewatkan celah terkecil, tentu saja wanita itu sedikit berbohong, tapi untuk apa juga?
"Ini keringat dingin, kau tak tau kan aku tidur bersama angin berjam-jam, anginnya masih didalam tubuhku, jadi masih butuh penghangatan," jawabnya dengan nada suara khas, senyum itu tak mau hilang walaupun sedang dalam keadaan genting begini.
"Aku benar-benar kedinginan AAAA, lihat aku Sasuke," Sakura melepas jaket itu dan bereaksi demikian.
"Aku benar-benar kedinginan tanpa jaket ini, aku harus bagaimana? Tapi kamu ingin jaket ini dikembalikan, tidak apa-apa, kau mungkin ingin aku mati kejang-kejang,"
"Lihat aku lihaat, kau tak ingin dengar pesan terakhirku?"
"Sudah pakai lagi saja," ucap laki-laki itu dingin tapi wanita itu tersenyum saja lalu dengan cepat memakai jaket itu lagi.
"Nah gitu dong," senyumnya merekah lalu pergi saat laki-laki itu beranjak, bus mereka sudah datang.
"Yeay busnya kosong," Sakura menarik lengan Sasuke untuk duduk, mereka duduk berdampingan ditempat paling depan.
"Kau tau tidak apa permintaan terakhirku jika aku tadi benar-benar mati?" Sasuke hanya menatap kedepan, tidak tampak tertarik untuk menjawab pertanyaan Sakura, dan tidak mau tau juga, apapun pesannya tak akan membuat Sasuke hidup bahagia kan?
"Sasuke.." panggilnya lagi dengan nada yang benar-benar sama, seperti suara anak kelas dua sekolah dasar, bukan untuk gadis remaja berumur enam belas tahun.
"Apa?"
"Aku ingin kau tenang menjalani hari jika aku mati,"
"Tentu saja aku akan tenang," jawabnya dengan ekspresi yang datar, wanita itu tak tampak kecewa, tawanya malah terbentuk, mengalahkan suara angin yang terdengar karena bus itu sedikit ngebut.
"Tapi aku tak mati, jadi jangan harap akan tenang, kau akan tenang saat kita lulus nanti," lagi-lagi Sasuke diam, dia bahkan tak yakin masih bisa bersekolah disana lagi atau tidak setelah melakukan kejahatan yang disengaja pada anak gadis pemilik sekolah itu.
"Wow seru sekali, aku baru sekali ini naik bus, ternyata tak buruk juga," merasa tak dianggap oleh sosok disampingnya Sakura memilih untuk berbicara sendiri saja seperti biasanya, Sasuke memang sudah membuat dia agak menyimpang dari kodratnya sebagai manusia, dia jadi lebih suka berbicara sendiri sungguh menyedihkan.
"Kalau jam kerja tak akan sesepi ini, jadi ini akan buruk jika kau naik saat berangkat atau pulang sekolah," Sakura mengangguk, matanya tak mau lepas dari pemandangan yang ditawarkan lewat jendela besar, dia juga merasa tinggi, melihat kendaraan dibawah begini.
"Seperti kereta api yang saat itu ya?" tanyanya tanpa memandang Sasuke yang ternyata sedang menatapnya dengan intens, apa gara-gara dia lalai tentang wanita ini, dia harus mengakhiri masa-masa sekolahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
So Long!
Фанфик"Tahun ini ayah tidak akan mengirim satu anak khusus untuk mengajariku kan? Aku ingatkan mulai sekarang, itu tak akan berhasil," © Mashashi Kishimoto