Masalah, masalah dan masalah selalu datang di kehidupan Rey. Bayangan tentang masa lalu nya terus saja terngiang di pikiran nya.
Masa lalu nya yang begitu kelam dan membuat hati Rey serasa sesak saat mengingatnya.
"ARGHHH!" teriak Rey menjambak rambutnya kasar.
Nafas lelaki itu terdengar memburu antara menahan emosi juga segala perasaan yang bergejolak di dalam hati nya.
Ayah?
Ibu?
Tidak ada.
Ya, Rey adalah seorang anak yatim piatu yang haus akan kasih sayang kedua orang tua nya.
Hidup nya terasa hampa setelah bertahun-tahun ia hidup sendiri.
Bahkan kakak nya sebagai keluarga satu-satu nya pun jarang sekali ada waktu untuk nya.
Terkadang Rey berpikir mengapa hidup nya begitu berat seperti ini?
Sejak kecil Rey mungkin bisa dibilang adalah seorang anak 'broken home' bahkan sejak masih ada kedua orang tua nya.
Ah, rasanya Rey tak kuat untuk sekedar mengingat bagaimana kehidupan nya dahulu.
Harusnya Rey sekarang sedang bergabung dengan teman nya untuk berbincang-bincang atau bercanda gurau.
Namun, tempat yang dikunjungi Rey bersama teman nya sekarang itu tidak pas.
Mengapa?
Karena tempat ini yaitu perbukitan ini adalah tempat favorit nya dulu saat kecil. Dan Rey kecil sering mengunjungi bukit ini untuk sekedar bercerita tentang hidup nya.
Jadilah Rey memisahkan diri dari teman-teman nya dan memilih untuk duduk di bukit persis saat dulu kala.
Tangan Rey bergerak menggulung tangan kemeja yang ia kenakan.
Setelah terbuka, tampak ada sebuah bekas luka yang terdapat pada tangan nya itu.
Luka ini...
Sudah lah.
"Rey dicariin juga malah di sini!" seorang lelaki tiba-tiba datang dan duduk di samping Rey.
Ternyata kedatangan laki-laki itu tidak sendiri melainkan bersama teman-teman nya yang lain.
Defan.
Erlang.
Gino.
Haris.
Ya, mereka yang mengajak Rey untuk hangout bersama. Dan ternyata tempat yang sudah mereka pilih untuk menghabiskan akhir pekan itu di bukit ini.
Mereka berempat adalah sahabat-sahabat Rey. Bahkan sudah Rey anggap sebagai keluarga nya sendiri.
"Lo kenapa?" tanya Erlang.
Rey menggeleng, "Yang ngusulin tempat ini siapa?" tanya balik Rey.
"Gue!" Bukan diantara sahabat-sahabat nya yang menjawab melainkan Fawaz.
Ya, Fawaz kakak Rey lah yang mengusulkan untuk memilih bermain di tempat ini.
"Gue tau lo sering datangin tempat ini, pas lo kecil," terang Fawaz sambil berjalan mendekat kearah Rey.
"Gue gak nyangka lo berani datang ke tempat yang jauh dari rumah," lanjut Fawaz.
"Berhenti bahas itu!" tegas Rey.
Sahabat-sahabat nya bingung akan apa yang di katakan Fawaz dan Rey ini.
Pasal nya, mereka hanya menuruti perintah dari Fawaz dan mereka kira hanya akan bersenang-senang.
"Hidup lo sebenernya gak banyak masalah, tapi lo sendiri yang bikin suatu hal jadi masalah," jelas Fawaz sambil menepuk pundak adiknya itu.
"Hidup lo itu tentram Rey, lo cuma tinggal lupain apa yang ada di masa lalu terus lakuin kehidupan lo sekarang."
"Lo gak ngerti apa-apa bang!" tukas Rey.
Fawaz tersenyum, "Gue tau Rey, gue tau semua tentang lo!" ujar Fawaz, "Lo terlalu berlarut-larut sama masa lalu lo dan lo bawa-bawa masa lalu lo sampe sekarang dan itu bikin lo kaya orang depresi lo tau?!"
"Gue emang depresi! Hidup gue berat bang! Gak kaya hidup lo enak tentram! Dari dulu selalu gitu, lo yang enak gue yang susah!" terang Rey dengan emosi yang menggebu-gebu.
Fawaz menggeleng tanda tak membenarkan perkataan Rey. "Pandangan lo salah. Lo itu udah dewasa Rey! Seharusnya lo bisa lebih dewasa juga ngedepin masalah yang emang udah lo tanggung bertahun-tahun ini. Lo gak cape terus mikirin masalah ini?"
"Bahkan waktu buat gue aja lo jarang, dan sekarang lo seenaknya ceramahin gue kaya gini? Larang gue ini itu? Lo siapa?" kata Rey yang tersulut emosi.
Dan kalian tahu bagaimana ekspresi sahabat-sahabat Rey?
Sedari tadi mereka menatap cengo Fawaz dan Rey yang sedang berdebat itu.
Rey mengibaskan tangan nya, "Terserah lo bang!"
Rey lalu melenggang pergi.
-----------
Part awalan masih pendek wkwk😁
Happy Reading guys!♡
Next!
![](https://img.wattpad.com/cover/198871393-288-k471866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand
Teen FictionPertemuan Dayra Aqila dan Reynand Graha selalu di bumbui dengan perdebatan dan perselisihan. Hingga akhirnya Rey terlibat dalam sebuah taruhan, yakni menaruhkan Ayra. Karena Rey merasa bertanggung jawab akan taruhan itu, Rey memutuskan untuk menjadi...