Plukk..
Suara seperti sesuatu yang terjatuh membuat Ayra menengok kearah atas.
"Kampret tu burung seenaknya aja buang air dimana mana, udah mah kena pala gue lagi ah. Kalo gue bisa nangkep tuh burung bakal gue perkedel aja tuh," cerocos Ayra kesal karena ada kotoran burung yang terkena di kepala Ayra.
Defan menoleh ke arah Ayra yang sedang ngomel sendiri. "Kenapa lo?"
Saat ini Ayra, Defan dan Isqi sedang berjalan jalan di area komplek untuk menikmati udara segar di sore hari.
"Kena meteor," nada bicara Ayra terdengar sewot padahal Defan nanya nya biasa aja.
"Ih Ay, itu di kepala kamu apa?," tanya Isqi jijik.
"Ah abang mah, ini tuh gara gara si burung tuh buang air sembarangan aja" kesal Ayra.
"Coba cium Ay, bau ga?" tanya Defan polos.
"Bangsul, ya bau lah," Ayra menatap tajam Defan.
"Coba jilat aja sama kamu, Fan" celetuk Isqi masih terus menatap kepala Ayra yang terkena kotoran tadi.
"Ogah banget, jijik bang jijik," Defan memperagakan seperti orang muntah.
"Udah ah, pulang aja yuk," ajak Ayra lalu menarik tangan Isqi dan Defan.
"Lah, kita kan baru sebentar jalan jalan," Isqi menahan tangan Ayra.
"Kakak, ga liat apa ini kepala Ay udah kena kotoran gini? Pokonya cepetan pulang, Ay mau keramas sama mandi pake bunga tujuh rupa," cerocos Ayra tanpa jeda.
"Dikira mau 4 bulanan apa, pake bunga tujuh rupa segala," cibir Defan lalu disusul tawa ngakak dari Isqi.
"CEPETAN ABANG PULANG!" teriak Ayra kesal.
"Gausah teriak lah, Day" tegur Isqi.
"Nyebelin," gerutu Ayra lalu pergi meninggalkan Isiq dan Defan sambil menghentak hentakan kaki nya.
"Oh iya, Ay marah sama kalian berdua," Ayra berhenti dari memberhentikan sejenak langkah nya dan menatap Isqi dan Defan tajam.
Ayra berjalan meninggalkan Defan dan Isqi yang terus menertawai nya, hal itu membuat Ayra kesal setengah mati.
"BUNDA!" teriak Ayra ketika baru saja memasuki rumah nya.
Wanda datang sambil membawa spatula nya. "Kenapa sih, sayang?"
"Kepala Ay kena meteor," adu Ayra sambil mencebikkan bibirnya.
"Aduh yang bener, terus meteor nya gapapa?" heboh Wanda.
"Wah parah banget, bukan nya nanya anaknya malah meteor nya yang ditanya," gerutu Ayra.
Wanda terkekeh, "Meteor apa sih maksud kamu?"
"Kotoran burung," dengan ogah ogahan Ayra menjawab.
"Kok bisa?" tanya Wanda dengan muka cengo nya.
"Ah bunda mah ngeselin, bodoamat ah bodoamat," kesal Ayra lalu berjalan menuju ke kamar nya di lantai dua.
****
Sedangkan di lain tempat, kini Rey sedang duduk termangu di salah satu kursi di rumah sakit.
Bosan, itulah yang Rey rasakan sekarang. Tiap hari nya Rey harus tidur tidur dan tidur. Rey tidak dapat bermain bersama teman teman nya dan balapan balapan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand
Fiksi RemajaPertemuan Dayra Aqila dan Reynand Graha selalu di bumbui dengan perdebatan dan perselisihan. Hingga akhirnya Rey terlibat dalam sebuah taruhan, yakni menaruhkan Ayra. Karena Rey merasa bertanggung jawab akan taruhan itu, Rey memutuskan untuk menjadi...