[23] Perintah?

3.6K 141 0
                                    

Ayra berjalan di koridor dengan langkah ceria sambil sesekali menjawab sapaan teman teman nya yang menyapa.

Defan yang berada di samping Ayra hanya menatap datar kearah depan dan itu membuat Ayra kesal.

"Gausah sok datar datar gitu muka nya, lo tuh lebih keliatan nya kaya tembok lumutan tauga," cemooh Ayra lalu tertawa terbahak bahak.

"Kembaran laknat," gerutu Defan sambil mengelus ngelus dada nya.

"Ayra kampret!" teriakan Defan menggelegar di koridor hingga membuat siswa siswi yang berjalan melewati nya menatap bingung kearah Defan.

Ayra berlari menghindari amukan singa jantan itu, bisa bisa jika ia tidak lari mungkin ia akan menjadi seperti perkedeng kentang.

Tanpa Ayra sadari, kecepatan Defan berlari itu cepat maklum lah atlet marathon. Defan berhasil menyusul Ayra dan segera menahan pergelangan tangan Ayra dan mebatap nya tajam sedangkan Ayra hanya menunjukan cengiran nya.

"Ampun bang jangan makan gue, daging gue ga enak eh gaada daging nya deh berarti lo gabakal kenyang kalo makan gue bang, dan lo malahan sakit gigi gara gara makan tulang gue," cerocos Ayra sambil menutupi muka nya dengan telapak tangan nya.

"Alay lo!" cibir Defan lalu meninggalkan Ayra yang menatap cengo mearah nya.

"Ya terus tadi nagapain coba gue lari kaya maling yang dikejar warga," gumam Ayra menatap ngeri kearah Defan yang sedang berjalan.

"Tumben jam segini baru dateng," celetuk Fara ketika Ayra baru memasuki kelas nya.

"Gue abis kejar kejaran dulu sama si Defan," kesal Ayra sambil melemparkan tas nya ke kursi nya kasar, sedetik kemudian ia tersadar di dalam tas nya itu ada handphone nya dan langsung berlari mengambil tas nya mengusap ngusap tas nya itu.

"Heh jin iprit, tas nya kaga ngerasain sakit pas lo lempar tadi kaga usah lah di usap usapin gitu, mending lo usapin pantat gue aja nih," ucapan Fara membuat Ayra menatap nya dengan jijik.

"Gesrek," cibir Ayra lalu segera duduk di kursi nya.

Tak lama setelah itu, bel tanda masuk pun berbunyi membuat siswa siswi yang berada di luar kelas segera masuk kedalam kelas.

Guru mata pelajaran pun masuk, yaitu pelajaran Pak Darmono guru Fisika.

"Anak anak kita belajar nya di lab ya, ayo segera ke lab dan bawa alat tulis kalian," perintah Pak Darmono lalu siswa siswi pun mengikuti perintah nya dan segera berjalan menuju ke lab.

Saat berjalan di lapang hendak menuju ke lab, angin yang bertiup kencang membuat rambut Ayra sedikit acak acakan. Ayra pun segera merogoh saku androk nya mengambil kunciran dan langsung menguncir rambut nya yang digerai itu.

Kebetulan saat Ayra melewati lapangan, kelas XI IPS 1 sedang berolah raga, siapa lagi kalau bukan kelas Rey. Tanpa Ayra sadari anak anak kelas XI IPS 1 memperhatikan Ayra yang tadi mengucir rambut nya, wajah nya yang terkena sinar matahari dan rambut nya yang berterbangan membuat ia tampak terlihat sangat cantik.

Mereka memperhatikan Ayra tanpa kedip begitupun juga dengan Rey. Ia tak menampik bahwa Ayra memang cantik, sangat cantik.

"Woi zina mata woi!" teriak Defan menatap tajam teman teman nya yang menatap Ayra seperti tatapan yang lapar.

Ayra segera berjalan lagi setelah menguncir rambut nya itu tanpa memperdulikan sekitar nya dan juga tidak memperhatikan anak anak yang sedang berolah raga itu.

Setelah sampai di lab, praktik pun dimulai yang dipimpin oleh Pak Darmono sendiri. Anak anak mengikuti intruksi Pak Darmono dengan baik.

Setelah habis waktu nya anak anak dibubar kan dan dipersilahkan menuju kelas nya masing masing.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang