[61] 'Ikhlaskan'

3.5K 121 7
                                    

Rey sudah hampir satu minggu ini menjaga Adley di rumah sakit. Dan selama seminggu itu pula Adley belum juga sadarkan diri.

Rey sebenarnya merasa bersalah ketika Ayra hilang dan ia tak ikut mencarinya namun ketika Rey mengingat Adley seketika rasa bersalah itu tergantikan oleh rasa kecewa nya pada Ayra yang telah membuat Adley kecelakaan hingga koma.

Entahlah, Rey sendiri bingung akan perasaan nya. Mungkin sekarang Rey hanya ingin fokus pada Adley. Toh Ayra akan baik-baik saja tanpa Rey, berbeda dengan Adley yang sangat membutuhkan nya.

Dan saat ini Rey sedang berada di dalam ruangan dimana Adley dirawat. Rey duduk tepat di samping Adley sambil berbicara pada Adley seolah Adley akan mendengar dan menjawab, hal ini sudah sangat sering Rey lakukan selama Adley dirawat.

"Cepet bangun, aku kangen. Masa kamu mau jadi putri tidur yang kerjaan nya cuma tidur? Aku mohon, kamu bangun ya."

Ya, kata-kata manis selalu terucap dari mulut Rey untuk Adley. Layaknya seorang lelaki yang sangat menyayangi kekasih nya.

Namun jika di ingat-ingat, bahkan perkataan Rey akan lebih lembut kepada Adley dibandingkan kepada Ayra. Jika kepada Ayra, Rey berkata lo-gue namun jika kepada Adley aku-kamu. Sebenarnya siapa pacar Rey itu?

Rey juga senantiasa menggenggam erat tangan Adley yang terasa dingin itu. Dalam hati Rey selalu berharap agar Adley cepat sadar dari koma nya lalu Rey dan Adley bisa mengulang masa indah-indah mereka seperti dulu.

Sedang memperhatikan wajah Adley yang pucat serta mata nya yang selalu tertutup itu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan menampakan kakak laki-laki dari Adley, Keenan.

Melihat ada Keenan, Rey langsung menghampirinya dan berpelukan sesaat.

"Gimana keadaan Adley?" tanya Keenan pada Rey.

Rey menghela nafas nya panjang. "Gak ada perubahan."

Keenan mengangguk-anggukkan kepala nya, "Kita bawa Adley ke Jerman aja."

Rey sedikit terkejut akan pernyataan Keenan namun ia pun menyetujuinya.

"Gue mau lo ikut juga," putus Keenan dengan tegas.

Sempat ada perasaan bimbang di hati Rey, namun akhirnya Rey mengangguk.

"Lusa kita berangkat," ujar Keenan.

Sementara Keenan menghampiri ranjang dimana Adley terbaring, Rey memilih untuk keluar dari ruangan untuk duduk di kursi panjang depan ruang inap Adley.

Pikiran nya tertuju pada keputusan Keenan tadi. Ia harus ikut ke Jerman untuk kesembuhan Adley? Lalu itu artinya Rey harus meninggalkan sementara teman-teman nya serta Ayra.

Setelah beberapa menit bergelut dengan pikiran nya, akhinya Rey pun yakin akan keputusan nya untuk ikut ke Jerman. Toh hanya sebentar dan ini juga demi Adley.

Sedang bengong, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menepuk pundak nya. Tentu saja Rey kaget namun dengan cepat Rey merubah ekspresi wajah nya ketika melihat siapa orang yang telah mengejutkan nya.

"Kita mau bicara sama lo," ujar Haris.

Haris, Erlang, dan Gino datang ke rumah sakit untuk menemui Rey yang selama berhari-hari ini tidak ada kabar sama sekali.

Mereka berjalan menuju lahan belakang rumah sakit yang lumayan sepi. Mungkin urusan kali ini sangat privasi hingga orang lain tidak boleh ada yang tau.

"Langsung to the point aja!" ucap Rey.

"Santai aja bro," balas Haris sambil terkekeh pelan seolah meremehkan. "Basa-basi dulu kita sebentar."

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang