[22] Balapan

3.6K 154 0
                                    

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, tapi Rey masih belum tertidur dan memilih memainkan gitar nya di balkon kamar nya. Petikan gitar mulai terdengar merdu dan suara Rey juga mulai terdengar bernyanyi.

Drtt..drrtt.

Bunyi dari handphone membuat Rey harus berhenti memainkan gitar nya dan mengangkat telepon itu, disana tertera nama Gino.

"Heh onta, lo dimana? Ini anak anak udah pada kumpul, lu ga lupa ada balapan kan," suara disebrang sana terdengar kesal.

"Hm," lalu Rey mematikan sambungan secara sepihak.

Setelah itu Rey segera mengambil jaket yang bertuliskan "Leader" di bagian belakang nya juga mengambil kunci motor nya dan langsung menuju ke area balapan yang sudah ditentukan. Hanya membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk menuju tempat yang telah di tentukan sebelum nya.

Rey melemparkan kantung kresek berisi cemilan dan rokok yang sempat ia beli di minimarket saat sudah sampai di hadapan teman teman nya.

Mereka menyambut kedatangan Rey dengan suka cita, meskipun yang lebih disambut itu makanan nya sih.

"Wah makanan!" heboh Gino.

Haris menoyor kepala Gino kasar, "Makanan terus otak lo."

"Yang di tunggu udah datang rupa nya." Seseorang membuat Rey serta teman teman nya menoleh kearah sumber suara.

Fino, ia berjalan kearah Rey dengan tatapan angkuh nya.

Jika di ingat ingat berapa kali Rey dan Fino balapan maka setiap balapan pasti Rey yang selalu memenangkan nya, begitu juga saat tawuran pasti nya sekolah Rey yang selalu menang. Namun, memang watak Fino yang keras kepala mau kalah beribu kali ia tak akan pernah berhenti mengganggu kehidupan Rey.

"Lah banyak bacot!" balas Haris.

Beberapa menit kemudian balapan pun akan segera dimulai, Rey dan Fino sudah duduk di motor nya masing masing. Di depan nya berdiri seorang wanita dengan pakaian seksi yang memberi aba aba.

Ready? Three... two... one.. GO!

Motor Rey dan Fino langsung melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan yang lumayan sepi.

Riuh penonton menyemangati andalan nya masing masing membuat suasana semakin panas.

Hingga terlihat lah motor Rey yang terlebih dahulu sampai di garis finish membuat para pendukung Rey riuh kegirangan.

"Menang lagi bro," seru Defan bertos ria dengan Rey.

"Ck, sial!" umpat Fino yang baru saja sampai di garis finish.

"See, taruhan nya." Rey tersenyum miring.

"Taruhan?" bingung Haris.

"Sebelum balapan ini Rey dan Fino taruhan, kalo Rey menang Ayra gak bakal di jadiin mainan nya si Fino dan kalo Fino menang sebaliknya ya Ayra jadi mainan nya Fino," jelas Erlang.

Defan yang mendengar bahwa kembaran nya menjadi taruhan pun sontak tersulut emosi. "Maksud lo apa bangsat!" emosi Defan sambil menarik kerah baju Fino.

"Gue suka sama kembaran lo," ujar Fino dengan muka santai nya.

Bugh..

Defan menonjok pipi sebelah kanan Fino hingga membuat Fino tersungkur, teman teman Fino yang melihat pemimpin nya di tonjok pun langsung berlari membantu Fino dan hendak membalas menonjok Defan namun langsung di tahan oleh Fino.

"Kalo lo emang cowo, tepatin janji lo!" ucap Defan dengan nafas yang memburu.

"Liatin, siapa yang akan mendapatkan Ayra." Fino menunjukan seringai nya lalu berlalu meninggalkan area balapan itu.

"Lo harus tenang Fan."

"Kita harus jagain Ayra, jangan sampe dia jatuh ke pelukan Fino," nafas Defan masih terdengar memburu.

"Cabut!" intruksi Rey lalu segera berjalan mendahului teman teman nya yang lain.

****

Saat ini Rey sedang duduk di sebuah bukit yang sering Rey datangi ketika ia sedang gelisah ataupun mempunyai banyak masalah.

Ucapan Fino tadi terus terngiang di otak Rey membuat dada Rey terasa sesak. Ayra, hanya wanita itu yang ada di pikiran nya kali ini. Pikiran nya terasa buntu karena terpenuhi oleh Ayra.

Rey tidak bisa membayangkan jika seandainya Ayra jatuh ke pelukan Fino dan Fino memainkan perasaan nya.

Perasaan bukan lah mainan, semua orang mempunyai perasaan masing masing. Apalgi perempuan yang memiliki hati yang lembut.

"Lo kenapa?" tanya seseorang membuat lamunan Rey buyar.

Di belakang nya berdiri lah Fawaz. Jika kalian bertanya bagaimana Fawaz bisa tahu keberadaan Rey maka jawaban nya GPS. Fawaz memang sengaja memasang GPS di gelang yang dipakai oleh Rey, untuk mengetahui keberadaan Rey disaat saat genting.

Rey menoleh kearah Fawaz. "Entah, gue bingung."

"Lo ngomong apaan sih?"

"Gimana sih kalo lo ngerasa gamau terjadi apa apa sama cewek yang jelas jelas bukan siapa siapa lo?"

"Terjadi apa apa? Maksud nya khawatir takut kehilangan gitu?" tanya Fawaz dan mendapatkan anggukan dari Rey.

"Menurut gue, lo lagi suka sama cewek deh!" goda Fawaz dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Rey.

"Gini deh, kalo lo sayang sama seseorang tentu nya lo gak mau dia kenapa-kenapa kan? Nah rasa takut kehilangan itu muncul karena lo sayang," jelas Fawaz.

Rey hanya diam mencerna segala ucapan panjang dari Fawaz tadi. Rey pun masih bimbang atas perasaan nya, Rey tidak mau terlalu cepat menyimpulkan dan akhirnya malah anak orang yang sakit hati.

"Fino."

"Kenapa lagi dia?" tanya Fawaz sambil menatap Rey bingung.

Fawaz memang memgetahui segala permasalahan Rey termasuk tentang Fino yang salah paham itu.

"Dia jadiin temen gue sebagai taruhan, tepatnya dia bakal mainin perasaan temen gue itu," Rey menjelaskan apa yang sedang ia pikirkan.

"Temen lo cewek atau cowok?"

"Cewek."

"Siapa emang?"

"Ayra."

"Ayra adik nya si Isqi?" tanya Fawaz kaget.

Rey hanya berdehem sebagai jawaban. "Dan Fino bilang dia suka sama Ayra."

"Lo harus gercep Rey, lo harus jagain dia sebelum dia dijagain Fino," saran Fawaz. "Soal ngejagain nya gue ga bisa ngasih saran, itu semua tergantung lo."

Rey hanya diam bergeming, ia bimbang akan perasaan nya. Pikiran dan hati nya bergelut memikirkan permasalahan ini.

Pikiran nya mengatakan bahwa tidak mungkin ia bisa menyukai seorang perempuan dengan waktu yang cepat. Sedangkab hati nya berpendapat bahwa memang ia menyukai nya.

Setelah itu, Rey dan Fawaz sama sama pulang ke apatemen nya. Fawaz pun mengerti akan pikiran adik nya ini, ia sedang bimbang kali ini dn sebaiknya memang pulang akan sedikit membuat tenang.

Rey segera merebahkan tubuhnya di kasur kingsize nya dan menatap langit langit kamar nya. Raga nya memang ada namun pikiran nya melayang entah kemana.

__

Maap ya nii pendek:(
Jangan lupa pencet tombol bintang kawan kawan♡

Happy reading

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang