Pagi ini rumah sudah rame akan teriakan Wanda yang meneriaki anak anak nya yang tak kunjung turun meski jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi.
"ISQI!"
"DEFAN!"
"AYRA!"
Wanda sudah seperti mengabsen nama anak anak nya. Beda nya jika disekolah diabsen itu pakai suara yang biasa saja namun ini teriak teriak.
Karena geram akhirnya Wanda pun naik ke lantai dua berniat menghampiri anak anak nya yang tak kunjung turun ke lantai dasar.
Hingga sampai di lantai kedua, terlihatlah pintu kamar Ayra yang terbuka. Wanda menyeringitkan dahinya bingung, tidak biasanya Ayra membuka pintunya. Karena penasaran, akhirnya Wanda pun melangkah masuk ke kamar Ayra.
"Astagfirullah," kaget Wanda ketika memasuki kamar Ayra dan menemukan Isqi dan Defan sedang menepuk nepuk pipi Ayra pelan dan mata Ayra yang terpejam serta mulutnya yang terus bergumam.
"Badan Ayra panas bun," panik Isqi.
"Ya allah, kok kamu bisa gini sih sayang," khawatir Wanda sambil menempelkan punggung tangan nya pada dahi Ayra.
"Panas banget ini," Wanda bertambah panik.
"Isqi cepetan bawa baskom yang diisi air sama kain nya juga," perintah Wanda dan Isqi pun segera melaksanakan perintah bunda nya itu.
Sebenarnya Wanda ingin mengomeli kedua anak lelaki nya ini, karena bagaimana mungkin Ayra sakit seperti ini bunda nya tidak dipanggil.
Beberapa menit kemudian Isqi datang dengan membawa barang barang yang diperintahkan oleh bunda nya.
Wanda langsung saja mengopres Ayra agar panas nya sedikit turun. Bahkan Isqi yang seharusnya ada jadwal kuliah pagi pun ia abaikan.
"Fan, di depan kaya nya ada Rey yang nungguin Ayra. Kamu bilangin gih Ayra sakit gitu, kasian nungguin," ujar Wanda di sela sela kegiatan nya.
Defan langsung berjalan keluar dari kamar Ayra menuju ke pintu depan menghampiri Rey.
Ketika sampai di depan pintu depan ternyata benar, sudah ada Rey yang duduk diatas motornya sambil memainkan handphone nya.
"Rey!" panggil Defan dan membuat Rey yang tadinya tertunduk menjadi mendongak menatap Defan dan berjalan menghampiri nya.
"Ayra?," tanya Rey ketika sudah berada di hadapan Defan.
"Ayra tiba tiba sakit Rey, badan dia panas banget," jawab Defan sambil tertunduk.
"Seriusly?"
"Mana mungkin gue bohong tentang kaya gini yang ada ma-" ucapan Defan terpotong ketika Rey langsung menerobos dirinya dan masuk kedalam rumah.
Ketika Rey mendengar bahwa Ayra sakit, tiba tiba hati Rey bergemuruh. Ia tak memperdulikan lagi tentang apapun, yang terpenting kini ia ingin melihat keadaan kekasihnya itu.
Rey berjalan cepat kearah kamar Ayra. Karena Rey seringkali main di rumah ini bersama Defan ya jadi mudah saja untuk Rey menuju ke kamar Ayra.
"Ayra," cicit Rey.
Rey berjalan kearah ranjang Ayra yang disamping nya masih ada Wanda dan Isqi yang terus memperhatikan Ayra.
"Ayra gapapa Rey, dia cuma panas" Wanda berusaha menenangkan Rey. Saat melihat Rey, Wanda menjadi tidak tega apalagi saat sorot wajah Rey yang menampilkan kecemasan. "Lebih baik kamu sekolah."
"Saya mau jagain Ayra sebentar, bunda" mantap Rey tanpa pikir panjang.
"Sekolah mu bagaimana?," tanya Isqi menatap heran Rey yang bersikukuh ingin menjaga Ayra.
![](https://img.wattpad.com/cover/198871393-288-k471866.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand
Teen FictionPertemuan Dayra Aqila dan Reynand Graha selalu di bumbui dengan perdebatan dan perselisihan. Hingga akhirnya Rey terlibat dalam sebuah taruhan, yakni menaruhkan Ayra. Karena Rey merasa bertanggung jawab akan taruhan itu, Rey memutuskan untuk menjadi...