[26] Cafe

3.5K 161 1
                                    

Sudah berjalan satu minggu hubungan Rey dan Ayra. Hubungan mereka selalu di bumbui oleh pertengkaran juga perdebatan dan kadang membuat sahabat sahabat nya geleng geleng melihat tingkah mereka.

Ayra dan Rey pun sering bertemu, namun bukan dalam artian ngedate atau ngapel ya. Mereka bertemu karena sahabat sahabat mereka sering ngumpul.

Seperti saat ini, mereka sedang berkumpul di sebuah cafe di kawasan Bandung. Mereka berbincang bincang sambil terkadang tertawa terbahak bahak.

"Gue pengen nyobain kripik bubur tauga," celetuk Haris ngaco dengan muka bloon nya.

"Alah gaada yang jualan tu mah, ada nya juga goreng batu," timpal Gino dengan muka sok serius nya.

"Jalma gelo kabeh," ujar Fara dengan bahasa sunda nya.

"Mba mba!" Tiba tiba saja Defan memanggil seorang pelayan.

Salah satu pelayan pun datang dengan senyuman ramah nya dan ide jahil pun muncul di otak Haris.

"Mba nya jangan senyum gitu dong, lama-lama saya diabetes gara gara liat senyum mba yang manis itu," goda Haris membuat pelayan itu tersipu malu.

Teman teman nya yang mendengar pun langsung menghadiahi Haris dengan jitakan kecuali Rey dan Ayra yang hanya tertawa pelan saja.

"Mba saya pesen makanan yang gak ada ya."

"Tapi gak ada mba," jawab pelayan itu.

"Ya harus ada lah kan temen saya bilang yang gak ada." Vivian pun ikut menimpali.

"Tapi makanan yang gak ada ya gak ada mba." Pelayan itu masih berusaha sabar.

"Loh gimana sih masa makanan yang ga ada malah ga ada sih," cibir Ayra ikut ikutan.

"Bangsat kaga ngerti gue," kesal Defan dengan muka garang nya.

"Udah jangan gangguin mba nya, kasian noh muka nya nahan marah," serobot Erlang dengan kekehan nya.

"Iya nih kasian, kalo dia marah tar gue malah ga cinta," timpal Haris.

"Alah lo kan emang ga pernah cinta ke cewek," cibir Gino.

"Terserah gue lah!" teriak Haris dengan suara sangat cempreng. Hingga para pengunjung di cafe pun memperhatikan Haris dengan tatapan aneh karena Haris tadi berteriak layaknya ia sedang berada di hutan.

"Malu maluin," gumam Rey menatap datar Haris namun masih bisa di dengar oleh teman teman nya.

Ayra hanya tersenyum sambil terus memperhatikan teman teman nya yang terus bercanda ria.

Hingga fokus Ayra tertuju pada panggung kecil yang terletak di tengah tengah cafe, dan disana ada seorang anak muda yang sedang bernyanyi. Para pengunjung juga boleh boleh saja bernyanyi di panggung itu asal suara nya bagus saja agar tidak memalukan.

Ayra tersenyum kecil lalu bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju panggung itu. Teman teman nya menatap Ayra dengan tatapan seolah berbicara 'mau kemana tuh anak'.

"Mba saya mau nyanyi disini, bisa kan?" Ayra meminta ijin kepada seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di sebelah kanan yang seperti nya pemilik cafe itu.

"Tentu saja," wanita itu tersenyum.

Ayra pun segera menaiki stand itu dan tersenyum manis yang menunjukan lesung pipi nya dan membuat kaum ada yang berada di sana menatap nya kagum dan tak sedikit pula yang menggoda Ayra.

"Oke perkenalkan nama gue Dayra Aqila dan disini gue mau nyumbang sedikit lagu, semoga kalian suka," Ayra melakukan perkenalan terlenih dahulu dan teman teman nya yang mendengar pun langsung menengok keget kearah Ayra.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang