[47] Tengkar?

2.9K 120 1
                                    

Sepeninggalan Isqi, Ayra dan Rey masih sama sama membisu. Aura canggung sangat terasa diantara mereka.

Tangis Ayra sudah mereda, hanya sedikit sesenggukan terdengar dari mulut Ayra. Sedangkan Rey yang masih terus mengelap ngelap darah dari sudut bibir nya hingga membuat darah mencecer kemana mana.

"Gue pamit." Rey beranjak dari duduk nya, namun belum sempat ia melangkah, Ayra sudah menahan nya.

Rey menengok kearah Ayra dengan tatapan bertanya.

"Biar gue obatin luka lo," ujar Ayra.

Rey tak langsung mengiyakan permintaan Ayra, namun hendak menolak pun Ayra sudah terlebih dahulu pergi mengambil kotak P3K.

Rey masih berdiri mematung hingga Ayra kembali lagi dengan kotak P3K di genggaman nya.

"Sini, duduk dulu," Rey pun menuruti perintah Ayra.

Ayra mulai mengobati luka Rey karena ulah Defan tadi. Ayra terlihat sangat serius mengobati luka Rey.

Bahkan Rey sama sekali tidak merintih kesakitan saat Ayra menyentuh luka nya. Dalam posisi sedekat ini, Rey bahkan dapat melihat sisa sisa air mata yang membekas di pipi Ayra. Sungguh kali ini Rey sangat menyesal.

Ayra mengobati luka Rey seolah tidak terjadi apa apa tadi. Ia terlihat sangat tulus, dan terlihat pula raut kekhawatiran terpancar di wajah nya.

"Maaf," lirih Rey menatap manik mata Ayra.

Ayra tersenyum tulus lalu mengangguk. Tidak dipungkiri, hati Ayra masih nerasakan sakit yang teramat dalam sebab Rey membentak nya tadi bahkan mengatai nya juga. Namun, baginya hubungan nya lebih penting daripada harus mementingkan ego.

Sekitar 10 menit Ayra membersihkan luka diwajah Rey. Selama itu juga mereka saling terdiam, Rey yang terus memperhatikan Ayra sedangkan Ayra yang fokus akan kegiatan nya.

"Udah selesai," ujar Ayra.

Rey berterimakasih, lalu ketika Ayra berdiri hendak menyimpan kembali kotak P3K nya. Rey langsung menarik tangan Ayra hingga membuat Ayra terduduk kembali dengan posisi memeluk Rey.

Tentu ini maksud Rey, ia ingin memeluk kekasih nya ini yang hati nya telah ia buat sakit. "Maafin gue, Ayra."

Ayra sempat kaget akan tindakan Rey yang tiba tiba seperti ini. Namun ketika Rey memeluk nya dengan begitu erat, akhirnya Ayra pun membalas pelukan Rey.

Ayra mengangguk lemah dalam pelukan Rey.

"Gue bajingan, gue brengsek, gue gak pantes buat lo," lirih Rey yang masih memeluk erat Ayra.

"Hubungan kita berjalan untuk saling melengkapi, lo gak bisa ngomong kaya gitu."

"Maaf Ayra, maaf."

Ayra menepuk nepuk pelan punggung Rey. Berusaha menenangkan suasana hati kekasih nya ini. Ayra tahu, kali ini Rey sedang di selimuti rasa  bersalah nya.

Cukup lama mereka berpelukan, hingga suara deheman dari seseorang menginterupsi acara pelukan itu.

"Inget, berdua duaan itu yang ketiga nya setan," celetuk Defan dengan muka yang super menyebalkan.

"Yaudah kalo gitu gue pamit, gue duluan ya Def." Rey menepuk sekilas pundak Defan dan Defan hanya menatap malas Rey lalu setelah Rey sudah berada di pintu depan, Defan mengusap ngusap pundak nya yang telah di pegang Rey, "Huh, untung gue masih suci."

"Lo Defan, bukan Suci," balas Ayra lalu segera menyusul Rey.

"Lo gak usah terlalu mikirin masalah tadi." Ayra tersenyum tulus kearah Rey.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang