[36] Gombalan Maut

3.1K 117 1
                                    

Pagi ini mading di penuhi oleh para siswa siswi yang kepo akan berita yang terpasang di mading tersebut. Mereka saling berdesak desakan layaknya ibu ibu ngantri sembako gratis.

Ayra dan Rey yang baru saja memasuki area koridor pun menatap heran kearah mading yang ramai itu.

"Ada apaan sih?" bingung Ayra.

Rey menoleh kearah Ayra, "Penentuan ruangan buat ujian."

Sontak mata Ayra pun melotot kaget, sedetik kemudian ia pun ikut heboh. "Ayo, Rey liat!"

Rey pun hanya pasrah menuruti kemauan Ayra ini. Ia mengekori Ayra hingga kerumunan siswa siswi pun bisa Ayra terobos saking kepo nya dia. Sedangkan Rey hanya geleng geleng kepala melihat tingkah laku kekasih nya itu.

Ayra berjinjit hendak melihat pengumuman itu, letak mading yang memang lumayan tinggi dan badan Ayra yang pas pas-an tinggi nya jadi ya ia harus loncat loncat.

"Makanya tinggi itu keatas," ketus Rey. Lalu ia melihat nama 'Dayra Aqila Agrakala' di susunan nama nama yang terpajang di mading.

Hingga mata nya akhirnya menangkap objek yang ia cari. Nama Ayra terletak di kertas paling atas, pantas saja Ayra tidak kunjung menemukan nama nya sendiri.

"Lo sekelas sama gue." Rey memberi tahu informasi yang telah ia dapatkan dari mading tersebut.

"Serius? Bohong ya lo?," mata Ayra menyelidik tak percaya.

Rey mengedikkan bahu nya, "Liat sendiri aja."

"Lo mah ngejek gue banget." Ayra mengerucutkan bibir nya kesal.

"Iya kali ah, males gue liat si mading yang pendek itu," tentu nya ucapan Ayra hoax, jelas mading tinggi gitu dikata pendek.

Lalu mereka pun segera menjauhi area mading dan berjalan menuju ke kelas nya. Koridor kelas IPA dan IPS tentu nya beda, dan kini Rey berjalan di koridor IPA, jika kalian bertanya kenapa? Ya, Rey hanya ingin mengantarkan Ayra dan memastikan bahwa Ayra benar benar selamat, pacar idaman.

"Lain kali ga usah nganterin gue Rey, koridor IPA sama IPS itu lumayan jauh, gue bisa sendiri kok." Ayra terus saja mengomeli masalah ini kepada Rey dan tidak pernah Rey tanggapi.

"Lo khawatir gue cape?" goda Rey.

Ayra mendelikkan mata nya, "Sejak kapan lo jadi percaya diri gini."

"Sejak sama lo," Rey menunjukan sederet gigi putih nya namun hanya sekilas.

Ayra tambah di buat heran atas sikap Rey. "Gue ngeri lama lama sama lo, makin lama makin aneh.".

"Kan gara gara lo."

"Rey! Udah lah sana lo," Ayra malas mendengar gombalan dari Rey yang benar benar itu semua garing.

Disempatkan Rey sedikit mengacak ngacak rambut Ayra, hingga membuat Ayra kesal setengah mati. Sudah lama lama menata rambut dan kini harus rusak hanya dengan tangan jahil Rey.

Ketika Ayra memasuki kelas nya, ia disambut dengan kekehan renyah dari sahabat sahabat nya. Hal itu membuat Ayra bingung sendiri.

"Cieeee yang pagi pagi udah dapet gombalan maut dari babang Rey," celetuk Fara.

Sudah diduga, pasti saja penyakit kepo teman teman nya itu kambuh. "Apaan sih."

Sasa pun ikut menimbrungi, "Udah lah neng Ayra jangan malu malu gitu."

"Biasa nya juga malu maluin kok," kini giliran Vivian yang ikut merecoki.

Ayra memilih cuek saja, mood nya kali ini sedang tidak baik. Dari mulai tadi pagi yang ia diceramahi oleh Ayah dan Bunda nya gara gara semalam ia bertengkar dengan Defan, lalu Rey yang mengejek nya hingga mengacak ngacak rambut Ayra yang sudah rapih, dan kali ini datang lagi dari para sahabat sahabat nya.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang