Teaser-1

1.3K 49 0
                                    

Bunyi bel sekolah menegah atas SUKAJATI berdering murid-murid yang masih berada di luar berhamburan masuk ke dalam kelas. Sementara Annisa keluar kelas dan sudah menunggu dibawah pada pukul tujuh pagi. Pak baban dengan inisiatif dan rela menghantarkan Annisa ke pertengahan lapangan walau tak terlalu tengah. Annisa mengucapkan terima kasih pada pak baban. Beliau guru kesenian yang paling santai dan ramah pada murid, beliau favorit satu sekolahan. Annisa merasa sendirian, selalu dan harus mulai terbiasa menjalani rutinitas yang tidak ada gunanya. Matahari pagi memang tidak sepanas siang hari tetapi kulit Annisa sudah mulai menghitam oleh karena itu sebelum aktivitas berjemur dimulai, Annisa selalu mengoleskan sunscreen dan sunblock untuk mengurangi intensitas sinar matahari walaupun pada pagi hari sangat bagus untuk pertumbuhan tetap saja kaki Annisa tak dapat digerakkan. Dari kejauhan Annisa mendengar sayup-sayup suara bu guru yang semakin dekat semakin jelas  bahwa dia sedang memarahi sembari menjewer telinga seorang siswa berandal. 

"Kamu ini Devan masih pagi selalu saja membuat masalah....."

oh namanya Devan. Annisa sama sekali tidak peduli pada kejadian disekitarnya dan nampak sekali Devan merasa mengenali sosok perempuan yang berada tak jauh disampingnya walaupun separuh wajahnya tertutup oleh beberapa helai rambut. 

"UDAH! Devan saya hukum kamu hormat ke bendera sampai jam istirahat"

"Tapi bu... Devan janji gak akan nakal lagi"

"HALAH alasan kamu! udah deh jangan ngibulin saya cepat!"

Devan menghela nafas panjang dengan ogah-ogahan melaksanakan hukuman. Bu guru pemarah itu akhirnya pergi juga dari lapangan dan nampaknya semakin hilang. Devan menurunkan tangannya lalu melakukan perenggangan. Karena penasaran pada siswi yang berada disampingnya duduk di kursi roda Devan memulai percakapan dengannya sebab, Sebelum ini belom pernah Devan melihatnya. Bisa di bilang hukuman dijemur sudah jadi hukuman favorit buat dia. 

"Anak baru ya?" 

"Enggak, udah lama" Annisa tetap merespon pertanyaan Devan meskipun tak menoleh pada Devan. 

Mendengar dari suaranya Devan merasa familiar dan pernah bertemu dengan orang yang sebelumnya memiliki tone suara yang sama Devan harap bukan dia. Setelah beberapa menit tak ada interaksi hanya mereka berdua saja di lapangan yang sepi dengan suara gaduh di beberapa kelas. Devan pun menghampiri Annisa karena khawatir Annisa tak ada pergerakan sama sekali dan betul sekali, Annisa tak sadarkan diri. Devan menggerak-gerakkan tubuh Annisa sekuat mungkin, tidak ada respon. Lalu Devan seketika terheran-heran melihat wajah perempuan itu Dan firasatnya tak pernah meleset. Devan mengatur nafas beberapa kali karena tak beraturan lalu inisiatif segera menggendong tubuh Annisa karena di lapangan tak ada seorangpun yang lewat dan bisa dimintai tolong. 

Didalam ruangan unit kesehatan siswa. Devan menunggu dengan setia sampai Annisa mungkin membuka matanya. Devan mengesampingkan helai rambut Annisa yang menutupi separuh wajah. Semakin di lihat semakin nyata dia hadir setelah beberapa tahun menghilang. Padahal Devan sudah berada pada tahap ikhlas dan Annisa muncul lagi dengan keadaan yang sangat berbeda semenjak terakhir kali kita pernah bertemu. Melihat keadaan dan kondisi fisik Annisa saat ini membuat Devan merasa sedih sekaligus prihatin. Oleh siapa kamu jadi seperti ini Annisa? nasib kamu sungguh malang. 

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang