Selepas singgah dari rumah Annisa dan waktu masih jam delapan malam, padahal Devan ingin sekali berlama-lama dengan Annisa tadi dirumah hanya saja Ayahnya menyuruh Devan untuk segera pulang dengan alasan takut orang tuanya khawatir. Padahal mereka sama sekali tidak peduli dengan apa yang aku lakukan saat ini. Untuk menghabiskan malam ini Devan pergi mengunjungi toko bar milik kenalan karib-nya, Fahri. Devan kenal Fahri sewaktu menyelamatkan dia dari begal sewaktu pulang ke rumahnya. Berawal dari Devan yang mengantar Fahri ke klinik terdekat, lalu mereka mencoba berkomunikasi dengan topik yang abstrak tidak disangka nyambung. Walau umur Devan sedikit lebih muda dari Fahri, mereka menganggap kita adalah saudara. Semenjak kejadian klinik itu mereka menjadi lebih intens dan lebih dekat. Fahri yang semula bekerja di toko waralaba kini bertukar profesi sebagai barista di sebuah bar milik pamannya. Yah segitu cerita pendek mengenai awal mereka berdua bertemu.
Bel berbunyi ketika seseorang baru masuk kedalam toko. Fahri melihat dari kejauhan Devan baru datang setelah sekian lama. Kondisi bar yang tidak terlalu ramai karena hari biasa dan baru saja dibuka sejak pukul tujuh malam. Memang kerja di bar sama dengan menginap di toko sampai subuh. Biasanya puncak keramaian itu jam-jam dini hari menjelang subuh. Karena kondisi bar yang tidak terlalu ramai dan beberapa pelanggan di handle oleh barista yang lain. Fahri menghampiri Devan, bersapa ria dan bersalaman karena sudah lama tidak bertemu. Fahri menawari bir kepada Devan, Devan menyetujui penawaran itu dengan perasaan senang.
Fahri menuangkan bir kedalam gelas berbentuk cekung. "Kenapa lo? Kayaknya lagi bahagia" Kata fahri.
Devan mengambil gelas tersebut lalu meminumnya sampai habis. "lo pasti ga percaya sama cerita gue"
"Cerita apa emang?" Fahri mengisi kembali gelas yang di pegang Devan oleh bir.
"Perasaan gue akhir-akhir ini ga jelas, gatau maunya apa, kadang-kadang gue kangen dia padahal baru ketemu...."
Fahri sudah bisa menebak inti cerita Devan, sambil mengelap meja ia sambil menahan tawa. Pasalnya cerita Devan selalu saja menyedihkan dan bikin kasihan. Kali ini cukup menggelitik hati.
"Lu lagi jatuh cinta tu"
"kayaknya"
"Dia balik lagi selama ini gue ga pernah notice sama kehadirannya, seseorang yang udah lama gue incer udah lama gue tunggu dia. Akhirnya gue bisa deketin dia lagi, dia muncul di waktu perasaan gue ke dia udah mulai padam perlahan-lahan tapi pas gue liat dia lagi, gue jadi ada rasa lagi sama dia, hm gitu aja" Devan berceritera sambil tersenyum-tersenyum. "terus biar gue bisa dapetin perasaan dia gimana ya?"
Fahri menghela nafasnya. "Pertama-tama deketin dia dulu saat ini, mengakrabkan diri lah istilahnya. Terus kasih perhatian dia secara konsisten jangan sampe putus, perlakukan dia sebagai ratu sama jangan terlalu cepat nyatain perasaan lo ke dia"
"Lah napa dah?"
"Karena cewe gasuka semuanya blak-blakan di awal dia mau pelan-pelan aja dulu..."
BUK! Devan mengeplak meja yang terbuat dari porselin itu dengan cukup kencang hingga tak merasakan sakit sama sekali. Devan nampak salah ambil arah.
"Weh nape lo?"
Devan mengatakan tidak apa-apa padahal dalam hatinya gusar mendengar perkataan dari fahri ini. Bagaimana ini dia sudah menyatakan cinta sama Annisa terlalu awal patut saja Annisa nampak kaget sekaligus bingung tadi. Fahri berpamitan karena bar sudah mulai semakin ramai dan sepertinya pegawai lain membutuhkan tenaga dia.
Fahri lalu balik lagi dengan membawakan sebotol minuman anggur. "Kasih tau-lah sama gue siapa sih dia" Devan menuangkan anggur kedalam gelas lalu meminumnya. "Heh devan! Dengerin gue! Cewek tipe lo itu kek gimana?"
"Cewek tipe gue?" Fahri mengangguk dengan tersenyum. "Cewek tipe gue itu cewek yang buat gue jatuh cinta, udah"
"Udah?"
"Iya"
"Maksud gue itu misalkan dari postur tubuh, muka kek, tinggi atau pendek, sifat kek apa kek"
"Cinta bukan soal fisik tapi soal perasaan yang otomatis terhubung oleh batin, jadi cinta gausah memandang fisik. Kalau sayang sih semiskin apapun kita pasti bakalan setia"
Fahri tercengang dengan omongan Devan yang terdengar macam Mario Teguh sambil bertepuk tangan. Devan meminta sebuah rokok kepada Fahri, dia bahkan tau saja kalo Fahri sedang membawa roko di saku bajunya. Devan memang sangat suka merokok, katanya rokok salah satu obat atau cara ampuh mengatasi yang namanya stress dan melampiaskan rasa senang. Mungkin sekadar ingn bergaya saja macam anak nakal.
Devan keluar dari bar tersebut sambil mengisap sebatang rokok. Asap keluar dari mulutnya menambah udara kotor di langit. Devan mengeluarkan ponselnya dan melihat-lihat kontak Annisa bagi orang ini memang gila tapi bagi devan inilah kesenangan dia. Devan ingin sekali berbicara dengannya rasa rindu ini sudah tidak bisa ditahan-tahan lagi. Masa bodoh sama ucapan Fahri tadi kalau pendekatan cewe harus pelan-pelan. Devan mau buka-bukaan saja di awal karena kalau pake cara Fahri tadi makin banyak korban ghosting lagipula Devan termasuk orang yang tidak sabaran serta semua ingin cepat pasti aja. Devan menekan tombol call pada kontak Annisa. Dijawab sama dia!
"Hallo devan? Ada apa?"
Devan tersenyum sesaat mendengar suara annisa barusan. "Kamu belom tidur?"
"Aku harus ngerjain pr"
"Pr apa? Bukannya tadi kamu gaada pr"
"Iya aku lupa tadi, kamu lagi diluar ya?"
"Iya aku ada diluar"
"Hikss udah malam lho entar kamu masuk angin terus juga jangan lupa kerjain pr kamu"
"Iyaiya annisa. Kamu jangan lupa tidur, sama Jangan lupa berdoa atau bayangin muka aku sebelum tidur"
"Biar apa bayangin wajah kamu?"
"Biar nanti setannya gak bakalan ganggu kamu"
"Ehh emang ada seperti itu"
"hehe karena setan suka merasuki pikiran seseorang nah kalau mikirin aku terus yang ada setan-setan pada takut gangguin kamu"
"Terserah kamu aja deh"
Hening beberapa saat hanya deru nafas kami yang saling bersahutan. Mau tutup telpon juga ga bisa karena ga pengen berakhir percakapan.
"gaada lagi kan yang kamu mau omongin? aku tutup yah"
"eh jangan dulu. Hm anu aku hm aku... Cuman mau ingetin aja kalau setiap orang punya kapasitas kesabarannya masing-masing, jadi jangan terlalu lama yah"
Panggilan terputus secara sepihak. Annisa bahkan tidak merespon perkataan Devan tadi. Devan memasukan kembali ponselnya kemudian menyalakan mesin motornya lalu pergi dari tempat bar. Betapa besarnya harapan ini yang aku taruh padamu aku harap aku bisa menjadi salah satu pria terbaik yang ada dalam hidupmu. Menerima segala kekurangan yang kamu miliki. Aku ingin mempunyai memori yang indah bersamamu. Melihat kamu yang dulu dan sekarang tidak sama sekali mengurangi rasa sayangku sama kamu. I LOVE U ANNISA.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/201648083-288-k613039.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Spontan in Love
Genç Kurgu"Kenapa kamu jatuh cinta pada wanita seperti aku? Punya fisik yang tidak cantik dan sesempurna wanita lainnya?" "Terkadang cinta yang sesungguhnya itu bukan dari dia sempurna tapi, bagaimana ia mengubahnya menjadi sempurna," Kehidupan Annisa sebelu...