Dua

595 28 0
                                    

Akhirnya muter-muter di koridor blok IPA sudah selesai katanya Devan akan beneran pingsan jika terlalu lama, tetapi menggendong Annisa sama seperti menggendong anak kecil. Annisa tidak terpikirkan akan dekat dengan siswa laki-laki disekolahnya, selama ini semua siswa laki-laki hanya bersikap biasa saja padaku dan tidak terlalu menarik perhatian Annisa, mungkin mereka sudah terbayangkan betapa repotnya memiliki pacar yang tidak sempurna. Kami berdua memang bercanda dan mengobrol ria sesekali aku toyor saja kepalanya jika candaanya terlalu membuatku kesal. Devan mengetuk pintu kelas lalu membukanya, memang benar sudah ada bu guru yang sedang memberikan materi. Devan melangkah masuk sambil menggendong diriku yang menjadi pusat perhatian orang-orang, malu banget pengen mati aja. Annisa sejak awal masuk menelusupkan wajahnya pada punggung devan dan menutupinya dengan rambutnya. Tapi Devan santai banget seakan lagi ga bawa orang di belakangnya. Devan menyalami tangan bu guru dan memerintahkan siswa yang ada didepan mata untuk ambil kursi roda yang ada dibawah tangga. Bu guru juga ternyata notice akan suara gaduh dari luar rupanya mereka yang terlalu kebawa suasana sampai lupa menjaga sikap mereka. Devan tertawa kecil sambil meminta maaf. Gila ini dia begitu santai dan aku malu menjadi pusat perhatian sejak tadi kursi roda punyaku belom sampai juga datang, Didepan semua anak-anak kelas. Annisa mendengar beberapa suara kecil mengenai cibiran tentangnya. Annisa sudah menduga itu. Setelah sekian menit siswa yang diperintahkan oleh Devan mengambil kursi rodaku tiba juga. Annisa langsung ditempatkan diatas kursi roda. Bu guru melanjutkan kembali pelajarannya. Annisa masih sama tertunduk malu ga berani menengadah kepalanya keatas dan lurus pandangannya kedepan. 

"Belajar yang rajin" Ucap Devan sambil melemparkan senyuma, mengelus-elus rambut Annisa yang panjang kemudian berdiri dan berjalan menghampiri bu guru untuk pamit. Tindakannya sopan biasa Devan main nyelonong tanpa permisi. Setelah Devan keluar ku kira dia tidak akan membuat Annisa malu setengah mati. Annisa mengangkat kepalanya di rasa suasana sudah membaik dan anak-anak kelas sudah tidak memperhatikan diriku lagi. Annisa di toel oleh teman sebangkunya dan menunjuk kearah jendela. Ya tuhan dia disana sambil tersenyum kayak lagi bapak nganterin anaknya pertama kali sekolah. Annisa mengisyaratkan mengusir Devan dengan wajah yang kesal. Semakin kesal Annisa dibuatnya malah semakin kesenengan dia. Memang kurang hajar dia. 

"Ehh annisa kok lo bisa digendong sama devan?"

"Btw devan itu baik sih Romantis pula"

"Apalagi gue liat senyumnya itu lho aduh meleleh gue"

"Aduh kalian! gue itu mau belajar, jadi jangan ganggu gue deh plis" Kata Annisa membubarkan sekumpulan teman-teman disekitar bangku kanan, kiri depan dan sampingnya. Memang mereka ini sedikit agak risih kalau bertanya-tanya pasal kehidupan pribadi seseorang. Ya itu sebabnya mereka dijuluki sebagai segerombolan orang kepo. Annisa merasa malu kali ini dirinya menjadi topic of the day di sekolahnya. 

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang