TigaPuluh

106 3 0
                                    

Bagas sedang duduk dikursi depan kelasnya. Ia amat bingung dengan perasaanku sendiri, ditambah ia amat risau pada annisa. Koridor nampak ramai oleh murid yang berjalan-jalan membeli makanan dari kantin karena waktunya istirahat. Tatapan mata bagas kosong kedepan.

Pasti sekarang annisa akan membenci gue sepenuhnya karena gue udah melukai devan. Ah lagian itu bagus, dendam gue udah tercapai. Tapi... Benarkan devan pacaran sama annisa? Kayak enggak mungkin banget. Batin bagas berkelut. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan. Terlebih lagi ketika ayah annisa nampak biasa saja saat aku memasuki rumahnya. Dia sama sekali tidak marah bila aku datang. Hanya tanpa bicara serta wajahnya yang datar.

Bagas mengeluarkan ponselnya dari saku celana lalu menekan tombol call pada kontak yang bernama annisa.

"Hallo nis. Hmmm kamu ada acara gak nanti sore?"

"Engga ada kenapa?"

"Aku tau dimana devan sekarang?"

"DIMANA? Kok kamu gak bilang dari sebelumnya"

"Aku bisa antar kamu"

Perasaaan sesal mulai Bagas rasakan bagaimana ia bisa menyembunyikan batinnya yang saat ini amat mencintai annisa. Kenapa pula waktu itu bagas meninggalkannnya? Bodoh njer! Sekarang bagas menyesal dan pintu taubat telah ditutup.

***

Sore harinya bagas mengantar annisa kesebuah rumah sakit. Saat sampai didepan parkiran bangunan tersebut. Annisa merasa sedih karena saat ini devan sedang dirawat. Bagas mendorong kursi roda milik annisa. Ingatannya kembali saat dulu, saat pertama kali ia masih pacaran dengan annisa. Kemana-mana bagas selalu menemani annisa. Hingga akhirnya malu memiliki pacar yang cacat seperti annisa.

Bagas mengantarkan annisa sampai didepan kamar anggrek nomor 52. Annisa membuka pintu ruangan tersebut. Nampak devan tengah tertidur dengan pulas. Luka didahi yang dibalut oleh perban serta seorang wanita yang tengah tertidur diatas sofa. Annisa mendorong kursi rodanya sendiri. Bagas membiarkannya kemudian ia menutup pintu. Annisa bahkan hampir saja terisak karena melihat kondisi devan yang sekarang amat parah. 

"Devan kamu kok kayak gini? Aku khawatir banget sama kamu. Kenapa kamu gak bilang" Ucap annisa. Tangis tak dapat dibendung. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Lalu devan membuka matanya karena mendengar suara rintihan seorang wanita yang amat ia kenali.

"Annisa" kata pertama yang terucap oleh devan saat siuman. Kemudian tangan kirinya memegang pergelangan tangan Annisa. "kamu kok ada disini?" Tanya devan bernada cemas.

"Kamu kemana aja si devan? Aku udah hubungi kamu. Tapi kamu hanya baca doang pesanku terus juga kamu ilang dua hari ini. Terus aku kesini dan lihat kamu terluka kayak gini? Pasti kamu tawuran waktu itu" Simpul Annisa pada akhirnya. Kedua mata bagas melotot sambil melihat kedepan. ChaCha yang terganggu karena mendengar suara annisa yang cukup besar.

"Kalian siapa?" Tanya ChaCha tak mengerti dengan dua orang yang datang keruangan Devan. "Lo siapa?" Tanya ChaCha sambil menunjuk pada annisa.

Annisa memutar kursi rodanya agar bisa berhadapan dengan chacha. "Gue pacarnya devan"

"Ohh lu pasti annisa yang sering diceritakan sama devan kan?"

"Maksud lu yang sering diceritakan apaan?"

"Saat disini devan tak henti-hentinya ngoceh tentang lu. Gue aja dengernya sampai muak. Dari pagi sampai malam, curhatin tentang annisa Mulu. Kadang dia rindulah, khawatir lah apalah. Katanya dia amat cinta sama lu" Kata chacha. Mendadak bagas langsung keluar dari ruangan membuat annisa bertanya-tanya.

Annisa kembali memutar kursi rodanya menghadap devan yang tersenyum. "Kamu tau ga? Kedatangan kamu itu buat aku merasa lebih baik"

"Devan kamu ko bisa luka-luka gini? Cerita van sama aku"

Devan terdiam cemas apabila ia mengatakan hal ini pada annisa. Kemungkinan besar perempuan tersebut marah besar dan bisa jadi ia diputusin. "Aku kecelakaan dijalan tol"

"Kok bisa? Kamu pasti lagi mabuk ya"

"Ehh enggak kamu ini. Ada truk besar rada oleng terus tabrak aku. Udah deh"

"Kira aku kamu ikut tawuran"

Segitunya lu berbohong sama cewe lu sendiri van. Batin ChaCha yang berdiri sambil melipat kedua tangannya.

"Btw tadi yang antar kamu kesini siapa?" Tanya devan.

"Oh itu bagas, dia antar aku kesini"

"Bagas? Dimana dia?"

"Tauu mungkin udah diluar"

"Kamu kok bisa kenal sama dia?"

"Aku kenal sama bagas jauh sebelum aku kenal sama kamu"

Wahh pasti ada apa-apa bagas dengan annisa. Batin devan.

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang