Tigapuluhtujuh

64 4 0
                                    

Ternyata hari yang ditunggu oleh annisa telah tiba setelah lamanya harus menunggu satu bulan agar bisa nonton konser bts secara VIP. Walaupun ia tak sesempurna itu bisa berdiri dekat dengan bias dipanggung. Tetapi Annisa merasa bangga dan juga merasa terharu. Malam kali ini ia harus tidur dan bangun tepat pada pagi hari yang cerah. Annisa mengambil lightstick fandom bts yang ada diatas rak. Lalu ia menelpon devan. Membagikan perasaannya yang sangat gugup ingin bertemu dengan biasnya.

"Devan! Devan! Ko gak ada orang?" Lalu terdengar suara langkahan kaki dari ponsel. Ini pasti devan.

"Iya dengan keperluan apa?"

Annisa tercengang karena mendengar suara perempuan yang begitu lembut mana mungkin devan melakukan operasi pita suaranya sehingga suaranya berubah menjadi cewek seperti ini. "Hmm devannya ada?"

"Dia sibuk lu jangan suka ganggu kesibukan devan sama gue yak"

Telepon terputus.

Annisa hanya diam ditempat sambil memandangi dengan tatapan kosong. Apa jangan-jangan devan sedang bermain dengan cewek lain diluaran sana? Mana mungkin jika tidak telfonnya diangkat oleh cewe. Kenapa perasaanku mengatakan hal yang tidak ingin aku harapkan sama sekali. Semoga saja tidak sedemikian itu.

Pintu kamarku ada yang mengetuk, aku menyuruhnya untuk masuk karena tak dikunci juga. Sang ayah masuk kedalam kamar sambil membawa tas yang akan kubawa ketika menuju perjalanan konser besok.

"Besok kamu akan berangkat bareng sama devan?" Tanya sang ayah kemudian berdiri disampingku dan mengelus rambutku.

"Iya ayah" jawab annisa dengan wajah yang masam membuat sang ayah bertanya-tanya.

"Ada apakah gerangan? Kok masam gitu?"

Annisa menghembus nafasnya. "Tadi annisa telpon devan kok yang jawabnya cewe?"

"Positif thinking aja mungkin itu saudara cewenya atau adiknya"

"Tapi devan anak tunggal, dia mana punya adik"

"Saudaranya kali mungkin kamu jangan mikir yang tidak-tidak, coba kamu telpon lagi aja si devan barangkali dia lagi kemana pas aku telfon" Ayah ada benarnya, aku harus menelpon kembali devan. Namun kehadiran ayahku membuat annisa menjadi malu. "Kenapa? Ohh yaudah ayah keluar" Ayah mengerti kemudian iapun keluar dari kamar. Membiarkan anaknya telfon manja devan.

"Hallo nis ada apa?"

"Kamu dimana?"

"Aku ada didepan kamar"

Telinga annisa mendengar sebuah suara yang begitu dekat jaraknya. Ia berbalik kebelakang ternyata devan sudah ada didepan kamarnya sambil membawa sekuntum mawar biru yang aku sangat suka.

"Ihhh devan buat aku kaget aja" kata annisa.

Devan menghampiri kekasihnya tersebut. Kemudian berlutut dan memberikan mawar itu kepada kesayangannya. "Tadi kamu telpon aku bukan?"

Annisa mengangguk dengan wajah yang masam. "Kok murung gitu wajahnya?"

"Aku telpon kamu tadi, tapi pas diangkat itu suara cewe. Pasti kamu lagi main-main ya dibelakang"

"Astaghfirullah beb kamu nuduh aku yang enggak-enggak mana ada kayak gitu. Tadi itu si ChaCha rese main lagi kerumahku. Entah buat apa dia, yang terpenting aku tidak pernah berani main-main dibelakang kamu"

"Alah sepenuhnya omongan kamu sembilan puluh sembilan koma lima persen adalah bullshit"

"Yaudah kalo kamu gak percaya gapapa tapi ada tuhan yang selalu ada. Aku cinta sama kamu sama aja aku takut sama tuhan"

"Yaudah deh percaya ko percaya" Annisa melirik sekuntum mawar biru yang ia tengah pegang. "Ini mawar biru yang kamu petik dibelakang ya?"

Devan menepuk jidatnya. "Kenapa sih kamu nuduh aku mulu? Itu aku beli"

"Awas aja kalo ketaman entar bunga-bunga aku yang warnanya biru ini ilang"

"Besok kamu mau berangkat jam berapa? supaya aku bisa setel alarm malam ini"

"Pagi-pagi aja deh"

"Jam berapa pagi tuh?"

"Jam 6"

"Buset dah, aku jam segitu masih merajut mimpi sama kamu hehehe" ucap devan. "Lagian juga kita ngisi bangku VIP kenapa harus sepagi itu"

"Yaudahiya jam 10 deh awas aja kamu telat jemput atau kurang tepat waktu. Kurang semenit aja aku bakalan gak ngomong-ngomong sama kamu. Aku gasuka orang yang ngaretnya nauzubillah" Ancam annisa. Devan menengguk ludahnya karena takut dengan ucapan annisa baru saja. Jika begitu aku harus pulang sekarang juga dan langsung setel alarm. Biasanya jam 10 tuh devan baru melangkahkan kaki kekamar mandi. Haduh.

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang