Tigapuluhlima

77 4 0
                                        

Devan memutuskan untuk pulang kerumah pada sore hari karena ia amat rindu pada kamarnya, sudah lama tak kembali kerumah itu lagi. Namun pemandangan anehpun mulai terlihat oleh devan, ada sebuah mobil didepan rumah dirinya. Devan melepaskan helmnya, Kemudian ia melangkah masuk kedalam rumah.

Benar saja, diruang tamu ada ChaCha duduk disamping bersama bunda yang sudah kembali dari perantauan. "Kamu sudah pulang, kalo gitu mamah pergi dulu" Mamah memutuskan untuk pergi, daripada menganggu kami berdua. Dari dulu dia memang mamah yang tak pernah perhatian sedikitpun walau kepalaku diperban seolah itu hal biasa. Yang penting aku masih hidup dan bernafas didunia ini, mamah aku tak akan menunjukkan kepedulian.

"Lo ngapain kesini? Kok tau rumah gue?" Tanya devan.

"Gue taulah rumah lho"

"Dari jam berapa?"

"Barusan tadi abis pulang sekolah gue mutusin buat kesini"

"Lebih baik lo pulang aja dari neraka ini"

"Lha lha lah? Kok disuruh pulang, guekan pengen ketemu sama lo, gue rindu sama lo"

Devan menyerngitkan kedua alisnya. "Lo gak baper kan setelah insiden kemarin?"

Chacha mengelengkan kepala. "Gue ini udah ada sejak lo kenal sama annisa bahkan ketika lo masih kecil"

"M-maksud lo?"

"Coba ingatan lo kembali lagi, pasti seru kali ketemu gue hari ini"

"Udah deh kehadiran lo bikin gue badmood, pergi"

"Gue pengen..." Belom sempat ChaCha berkata, devan langsung membawa paksa chacha sampai keluar rumahnya. Kemudian ia menutup pintunya dengan cepat. Sebenarnya dia itu siapa sih? Selalu menanyakan masa lalu, ingatan, serta kehadiran dia lebih dulu sebelum annisa.

ChaCha menatap sebal pintu yang ada didepan rumahnya. "Gue gak akan nyerah dev, karena lo adalah milik gue seutuhnya" Kata chacha bertekad kemudian ia masuk kedalam mobil dan pergi dari halaman rumah devan.

Devan melewati kamar ibunya kemudian ia mengetuk kamar bundanya. Ia melihat bundanya sedang menelepon, entah menelpon siapa dan yang pasti percakapannya sangat serius. "bundaaa" panggil devan. Ia memanggilnya bunda. Nama lengkapnya bunda Lia.

Melihat devan masuk, bunda lia otomatis mematikan ponselnya. "Ada apa sayang?" Tanya bunda lia saat ini prioritas pada devan.

"Aku ingin bersama bunda. Udah lama sekali bunda gaada dirumah, devan sendirian mulu dirumah" Kata devan bernada manja. Diluar terlihat ganas tetapi ketika dirumah bersama bundanya, dialah yang paling manja.

Kami duduk diatas kasur, bunda mempersilahkan kepala devan meniduri kedua pahanya sambil mengelus-elus rambut sang anak. Melakukan perbuatan seperti ini serasa devan ditarik lagi ke masa lalu. Masa yang ia berusaha ingat hanyalah sebuah sekelebat bayangan tanpa fokus yang jelas.

"Kamu kenapa suruh pulang ChaCha?" Tanya bunda. "Terus juga kenapa didahi kamu dipake perban? Kamu sekolah dalam keadaan seperti itu?" Tanya bunda lagi, devan hanya terdiam terhadap pertanyaan kedua.

"Hmmm devan gasuka aja kehadiran dia. Selalu tanya masa lalu sama ingatan devan mulu sebenarnya dia itu siapanya devan di masa lalu?"

Bunda tertawa kecil. "Kamu amnesia ya?"

Devan mengangkat kedua bahunya. Tidak tahu. "Chacha itu adalah teman saat masih kecil dulu kalian sangat dekat sekali bagaikan Pensil dan kertas saling membutuhkan, tapi setelah kalian berpisah. Kamu dan ChaCha tidak bertemu lagi sampai saat ini"

"Begitu bun?"

Bunda lia menganggukan kepalanya. "Udah kamu bangun, bunda mau pergi" bunda lia berdiri dan turun dari kasurnya.

"Bunda mau kemana lagi?"

"Bunda ada urusan sayang, kamu baik-baik ya disini, entar papamu balik lagi"

Bunda lia mengambil tas selempang yang selalu dibawa berpergian. Menyisakan aku sendiri menatap sang bunda, makhluk yang paling aku sayangi pergi kembali seperti ia pergi dahulu. Bunda, aku ingin bunda selalu ada seperti bunda yang lain, tidak pernah pergi dan selalu temani anaknya. Batin devan.

***

Spontan in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang